Episode 14

208 9 0
                                    

Sore ini, Danzel di jaga ketat oleh para bodyguard-nya. Mereka selalu memperhatikan gerak-geriknya.

"Tuan Danzel, sepertinya mobil yang ini cocok untuk Nona Jane," ucap Robby memberikan sebuah saran.

Sedari tadi Danzel tak bisa memilih dan hanya melihat-lihat deretan mobil saja.

Danzel melirik Robby malas. 'Andai mereka tidak perlu mengikutiku. Sudah pasti aku sekarang membelikan mobil untuk Stella, bukan Jane,' batinnya dalam hati menggerutu kesal. Jane selalu menjadi penghalangnya dengan Stella.

"Tuan Danzel, saya sarankan yang ini saja. Nona Jane pasti senang," ujar Robby menunjuk mobil warna putih yang terkesan elegan.

"Hm. Terserah saja," kata Danzel tak bersemangat.

Usai 10 menit lamanya memilih mobil mana yang cocok untuk Jane, selesailah membeli hadiah atas perintah sang mama.

"Tuan langsung pulang?" tanya Robby saat berada di dalam mobil. Danzel tampak lesu dan mengantuk. Sepertinya Danzel kelelahan. Robby merasa bersalah karena terlalu lama memilihnya.

Danzel mengangguk. "Iya, aku pulang saja," padahal ia masih ingin berencana menemui Stella. Namun karena situasi tidak mendukung, 7 bodyguard-nya selalu siaga menjaganya.

***

Karena bosan, Jane menonton televisi. Danzel langsung masuk kamar tanpa menyapanya.

"Aku heran dengan Danzel. Dia sama sekali tidak bosan di kamar," Jane tak peduli. Danzel pastinya beristirahat.

Ponsel Jane berdering. Nama mama Anette terpampang jelas disana.

"Halo Jane. Hari ini Danzel akan memberikan hadiah untukmu," sangat ceria mengucapkan itu. Mama Anette ingin membuat Jane merasa bahagia.

Sejenak Jane diam. Sejak kapan Danzel sukarela memberikannya sebuah hadiah? Bukankah kemarin Danzel emosi dan kesal?

"Benarkah?" Jane berpura-pura bahagia dan antusias. Padahal ia tidak percaya.

"Tunggulah. Tadi sepulang dari kerja, Danzel membeli hadiah spesial untukmu," jawab mama Anette mengangguk. Ia sudah menganggap Jane seperti anaknya sendiri. Anette ingin merawat Jane sebaik mungkin karena Jane hidup sebatang kara juga yatim-piatu.

"Mama mau beres-beres dulu ya? Selamat ulang tahun Jane. Semoga hidupmu di berkati Tuhan juga umur yang panjang," kata mama Anette memberikan ucapan selamat yang pertama. Jane tidak menyangka mama Anette-lah orang pertama memberikan ucapan selamat. Selama ini ia pikir ulang tahunnya tidak akan berarti apa-apa.

"Terima kasih," namun Jane tidak mendengar suara mama Anette lagi karena panggilan sudah di akhiri.

Bel di tekan empat kali. Jane menduga bahwa pasti hadiahnya sudah datang. Ia bergegas akan membukakan pintunya.

Saat Jane membukanya, terlihat Robby dan bodyguard yang lain berjejer rapi. Kemudian Robby menyerahkan sebuah kunci mobil pada Jane.

"Tuan Danzel mempersembahkan hadiah mobil baru untuk Nona Jane. Ini, terimalah," menunggu Jane menerima kunci mobil, Robby berharap hadiah ini sesuai apa yang di inginkan Jane.

'Apa? Sungguh? Aku kira Danzel tidak mungkin bisa memberikan sebuah hadiah ulang tahun untuk istrinya. Ah, tapi tadi mama Anette memberitahukan hadiahnya di beli. Pasti atas perintah mama Anette. Danzel terpaksa menurutinya,' batin Jane dengan pandangan melamunnya.

Robby melambaikan tangannya di depan wajah Jane. "Nona? Nona Jane?" panggilnya hingga mata Jane mengerjap bingung.

"Oh, maaf Robby. Aku akan menyampaikan rasa terima kasihku pada Danzel. Dia sudah cukup membuatku se-bahagia ini," mengambil kunci mobil dari Robby. "Kalian boleh pergi. Aku ingin meluangkan waktu bersama Danzel," bibir Jane menunjukkan senyum palsunya di hadapan ketujuh bodyguard mama Anette. Padahal ia tidak mungkin bisa menghabiskan waktu dengan Danzel, suaminya itu lebih betah di dalam kamar.

My Billionaire Husband's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang