Mereka pun mengikuti mobil itu.
Jane pikir Danzel tak bisa kabur karena para bodyguard selalu terjaga dan tidur secara bergantian.
Robby menatap Jane dari samping. Terihat gurat marah dan kesal disana. Robby mengerti bahwa Jane sekarang sedang di landa cemburu.
"Tolong tambah kecepatannya sedikit. Itu mobil Danzel sudah tertinggal jauh. Kalian ini bagaimana sih?" gerutu Jane kesal. Ia tak ingin kehilangan jejak Danzel. Letak apartemen Stella memang tidak ia ketahui.
"Siap nona Jane. Bersabarlah. Karena di depan kita sedang ada mobil yang jadi penghalangnya," ujar seorang bodyguard yang bertugas menyupir mobilnya.
"Jangan sampai kalian kehilangan jejak Danzel!"
'Dia tidak merayakan ulang tahunku. Tapi ulang tahun Stella? Rela keluar malam diam-diam dan membelikannya hadiah,' gerutu Jane dalam hatinya kesal.
"Nona Jane, sekarang posisi mobil kita sudah dekat dengan Tuan Danzel," ujar si sopir memberitahu.
Jane tersadar dari lamunannya. Bernarkah?
"Nanti berhenti sedikit jauh saja daripada nanti Danzel mengetahui keberadaan kita," Jane memberikan saran kepada sopirnya. Dia mengangguk paham.
Setelah sampai di apartemen Stella. Jane turun lebih dulu.
"Kalian jaga jarak denganku. Jangan terlalu bergerombol. Sebagian ada yang disini saja. Aku menyusul Danzel dulu," tak ingin berlama-lama. Jane mengikuti langkah Danzel.
"Dimana tempat Stella?" tanya Kevin. Ia membawa sebuah kotak yang berisi kue ulang tahun.
"Stella tinggal di lantai nomor 10. Ayo, jangan lambat! Kau tau Jane kadang bangun tengah malam. Aku tidak mau Jane tau kalau aku tidak ada disana justru pergi menemui Stella," ucap Danzel tak sabaran.
Danzel dan Kevin naik lift lebih dulu. Sedangkan Jane menunggu saja. Jika ia satu lift akan di curigai Danzel.
***
Menekan bel beberapa kali. Danzel memanggil Stella.
"Itu pasti Danzel. Dia mau merayakan ulang tahunku!" senyum gembira di wajah Stella itu terlihat berseri. Ia bergegas membukakan pintu untuk Danzel.
Sedangkan diluar, Kevin baru saja menyalakan lilin yang ber-angka 22 tahun.
"Happy birthday Stella sayang," sedikit gugup Danzel memanggil Stella dengan sebutan sayang.
"Danzel, terima kasih. Kau menyiapkan semua ini? Untukku?" tanya Stella terharu. Ia pikir Danzel tidak akan datang karena pasti di jaga oleh para bodyguard-nya.
Danzel mengangguk. "Aku dan Kevin. Kita pasti merayakan ulang tahun. Tidak mungkin terlewatkan," meraih tubuh Stella ke dalam dekapannya.
"Ayo, tiup lilinnya dan buatlah harapan untuk hubungan kita," Danzel mengambil alih kue yang tadinya Kevin bawa.
Stella terpejam. 'Hadiah termanisku adalah di cium dengan Danzel,' batinnya. Menunggu sampai bibirnya menyatu. Hati Stella gugup.
Langkah Jane tergesa-gesa. Ia harus merusak perayaan ulang tahun Stella malam ini juga.
Melihat seorang laki-laki yang hanya menunggu di ambang pintu dengan kue di tangannya. Jane yakin pasti dia adalah teman Danzel.
Segera Jane menghampirinya. Namun saat akan masuk, matanya melihat pemandangan yang menyakitkan. Danzel tengah bercumbu dengan Stella. Keduanya sama-sama menikmati lumatan lembut itu.
"Tega sekali Danzel mencium Stella. Dan itu di belakangku. Danzel tak punya hati. Kau keterlaluan!" suara Jane yang meninggi itu mengejutkan dua pasangan saling berciuman. Keduanya menjauh dan salah tingkah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
RomantizmBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...