23

30.8K 2.6K 59
                                    

Cherry tak menyangka jika kakak kembarnya, Berry, pulang hari ini. Padahal terkahir ia lihat Berry masih koma.

Cherry langsung menjatuhkan sepedanya berserta belanjaannya. Ia berlari ke arah Berry dan refleks memeluknya.

Dengan napas memburu ia semakin erat memeluknya.

Berry tentu saja terkejut. Sudah lama ia tak berinteraksi sedekat ini dengan adiknya. Karena Berry orangnya kaku ia hanya mengelus kepala Cherry.

"Kenapa gak ngabarin mau pulang? Bukannya kak Berry masih koma?"

"Udah sembuh." Jawabnya,

Cherry merasa sedih sekaligus bahagia. Ia menatap sayu lebam yang masih menghiasi wajah cantik Berry.

"Pembohong yang handal."

Berry menoel bibir Cherry, "Lo juga!"

Cherry tertawa, ia pun menggandeng Berry untuk masuk. "Udah makan?"

"Belum."

"Haah... kebetulan gue juga. Untung aja gue tadi beli cemilan banyakkk banget."

"Mana?"

Cherry langsung berhenti, "Mampus, ketinggalan." Cherry langsung berbalik, berlari pergi guna mengambil belanjaannya.

Berry hanya geleng-geleng kepala, ia kembali menghadap depan saat seseorang berhenti di depannya.

Ekspresinya langsung berubah datar dan dingin.

"Selamat datang kembali. Saya kira kamu sudah mati." Ujarnya sinis dengan senyum lebar.

"Terimakasih sudah menyambut tuan rumah. Dan, sepertinya doamu belum dikabulkan Tuhan."

"Berani sekali kamu anak kecil. Tuan rumah? Hanya ada dalam mimpi!"

Berry tersenyum mengejek, "Mimpi? Anda yang bermimpi! Seorang pelakor rendahan seperti anda mana mungkin bisa menjadi tuan rumah ini? Mustahil."

Ara mengepalkan kedua tangannya, "Dengar baik-baik, tak lama setelah ini semua aset di rumah ini akan menjadi milik saya. Dan saya akan menendang kalian berdua, anak pendosa keluar dari sini!"

Berry menampar Ara karena terpancing amarah. "Selama anak pertama masih hidup, hak waris menjadi miliknya."

Ara memegang pipinya yang panas, menatap Berry tak percaya.

"Dan untuk memiliki hak waris itu, anak pertama harus mati!" Ara sudah melangkan tangannya dan hendak menampar Berry.

Namun sebuah tangan lain menahannya, "Sebelum itu terjadi. Gue yang bakal bunuh lo dan anak lo!" Tekan Cherry, menghempaskan tangan Ara kencang hingga Ara terjatuh.

"Duh, yuk kak kita mandi. Gue merasa haram habis pegang dia." Ceplos Cherry pedas.

Berry mengangguk lalu keduanya pergi tanpa beban.

Ara yang masih terduduk dilantai mengeraskan rahangnya. Memukul lantai yang mahal dengan keras. "Arght! Dua parasit yang harus segera gue bunuh!"

***

"Gue mau berangkat sekolah. Tapi gue mau bolos aja nemenin lo dirumah."

Berry dengan tegas menggeleng, "Sekolah aja sana."

"Tap--"

"Sekolah atau gue balik ke rs!"

Cherry cemberut, dengan menghentakkan kakinya ia pun melangkah keluar kamar Berry. "FINE! You winner!" Teriaknya di depan kamar lalu menghilang.

"Gila." Kekeh Berry, lalu kembali tidur.

"Ngapain lo liat-liat, iri karena gue makin cantik?" Senggrang Cherry saat matanya bertemu dengan Darla.

ANTAGONIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang