39

21.1K 2K 39
                                    

Saat ini Cherry sedang duduk di halte sebrang sekolah elite yang sangat luas dan besar. Tubuh tingginya tenggelam dalam balutan hoodie brown milik Lucas.

Ada alasan mengapa gadis itu duduk sendiri disana, yaitu menunggu Berry pulang sekolah tentunya. Dia kan di skors ditambah diusir, jadi bebas mau kemana saja.

Setelah cukup lama menunggu, gadis itu tiba-tiba berdiri dengan mata berbinar, dengan cepat berjalan menuju ujung halte.

"Bang! Telur gulungnya sepuluh. Cilornya lima ribu. Putihan aja ya." Ujarnya dibalik masker.

"Siap, ditunggu, dek." Penjual itupun dengan semangat membuat pesanan Cherry.

Cuaca siang ini sangat cerah alias panas. Cherry pun membuka tudung hoodienya lalu mengusap peluh di dahinya.

Mata bulat Cherry fokus menatap telur gulung yang di masak, dengan sesekali melirik gerbang kokoh tinggi nan menjulang itu terbuka perlahan. Disusul beberapa mobil mewah keluar dari sana.

Tak kaget, karena sekolah Berry sekolah elite dan unggulan. Rivalnya sekolah Cherry.

"Makasih, bang." Setelah membayar, Cherry pun menyebrang, berdiri di panggir gerbang.

Lama menunggu, membuat Cherry kesal juga. Padahal sekolah mulai sepi, tapi batang hidung kembarannya tak kunjung terlihat.

Sudah hampir satu jam dia berdiri seperti patung selamat datang. Geram, Cherry pun nekat masuk menuju parkiran.

Langkahnya berhenti di samping motor kebanggan Berry.

Motornya ada, tapi si empunya menghilang.

"Woi, Ber!"

Cherry langsung mendongak, dengan sebelah alisnya yang terangkat sebelah. Menatap pemuda gemuk yang berdiri di depannya.

"Perasaan lo tadi pakai jaket item, kok sekarang coklat?"

Cherry hanya berdehem sebagai jawaban.

"Pakai masker pula. Bisulan wajah lo?"

Cherry menendang kaki didepannya saat pemuda montok di depannya ini tertawa kencang.

"Duh, kasar amat. Btw, minta dong. Apaan tuh, telur gulung,ya?"

Cherry dengan segera menyembunyikan makanannya. "Enak aja, beli aja sendiri!" Sentaknya.

"Pelit banget lo!"

"Emang."

"Pelit!"

"Bacot!"

"Pel--"

"HEH, SEMOK! Beraninya lo gangguin ayang gue?!" Teriakan dari belakang sana membuat kedua remaja itu menoleh.

Terlihat sosok pemuda tinggi dengan seragam acak-acakan melangkah lebar kearahnya. Menendang pantat cowok di depan Cherry lalu merangkul pundak Cherry dengan erat.

"Ampun bos... galak amat." Keluh si semok sambil mengusap pantatnya yang panas.

"Apa? Lo ngatain gue galak? Minta gue cin--"

"Lepas."

Mendengar itu, Dehan, pemuda yang merangkul Cherry semakin mengeratkan rangkulnya. "Gak mau, yang. Kangen." Ujarnya manja dengan senyuman manis yang bisa membuat siapa saja meleleh.

Dia pacar, Berry??

"Gue buk--"

"Pulang, yuk. Nanti malam gue jemput, kita nonton sama mukbang seblak."

"Tapi gu--"

"Udah gak ada penolakan. Eh? Lo sakit kenapa pakai masker?" Kedua pipi wajah Cherry ditangkup oleh tangan besar Dehan. Jujur, Cherry risih dan tak suka. Dengan segara gadis itu menepis tangan Dehan dan mendorongnya agar pemuda itu menjauh.

ANTAGONIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang