28

27.1K 2.3K 116
                                    

"Hah... seger!" Gumamnya sambil menggosok rambutnya yang basah. Cherry memakai celana selutut dengan kaos oblong berwarna putih. Ia melangkah menuju kamar yang terletak di depan kamarnya.

Berry menoleh saat merasa ada kehadiran seseorang, ternyata Cherry. Saat gadis itu duduk di depannya bau khas bayi langsung tercium.

"Lo pakai minyak bayi?" Herannya.

"Ho oh, kenapa? Enak kan, seger wanginya." Serunya sambil menarik napas dalam-dalam. "Hah... sedap."

"Tumben, biasanya juga pakai minyak nyengkat kayak lonthe." Berry tersenyum miring setelah mengatakan itu.

"Enak aja! Dah lah, sini gue bantu obatin." Balas Cherry ngegas. Kemudian tangan kanannya bergerak meraih kotak p3k milik Berry, dengan perlahan mulai mengobati luka di wajah kembarannya itu.

Cantik dan imut, itulah yang Cherry lihat. Wajah Berry itu sangat mirip dengan Chery, bedanya jika wajah Cherry lonjong sedangakan Berry versi bulat.

Mata Berry lebih bulat sedangkan Cherry sipit.

Hidung mereka sama, tapi Berry lebih pesek sedikit.

Kedua pipi mereka juga tembam.

Gigi Berry bergingsul, sedangkan Cherry rata.

Tapi jika dilihat keduanya sama-sama memiliki wajah yang sangat enak untuk di pandang.

Ternyata gini ya wajah imut yang ditutupi wajah dingin. Menakjubian! Batin Cherry.

Berry sendiri hanya diam, membiarkan Cherry melakukan apa yang dia mau.

Rasanya... entahlah, kapan terakhir kita berinteraksi seperti ini. Bahkan sepertinya terakhir kali adik tinggi nya ini masuk ke kamarnya itu waktu sd. Sudah lama sekali.

"Kok bisa di labrak cabe-cabe an, sih, lo?" Gumam Cherry bertanya, matanya masih fokus menatap luka Berry yang terdapat cakaran cukup dalam serta lebam. "Mengerikan!"

Berry menghela jengkel, "Males gue jelasin, pokoknya mereka itu udah musuhin gue dari kelas satu. Gegara cowok badboy sok ganteng kesayangan mereka suka sama gue. Terus gue tolak dia berkali-kali karena gue gak mau pacaran apalagi modelan jamet kayak dia!"

Cherry menghentikan gerakannya, ketawa sebentar. "Sialan, jamet! Hahahha."

"Iya! Gue jijik sama spesies jamet kayak dia. Dan kalau gak salah gue buat hidungnya patah sampai mimisan deh mangkannya para budak bodohnya itu gak terima dan berakhir labrak gue tadi!"

Cherry masih ngakak, sampai memukul-mukul kasur. Ya, kalau sampai mukul Berry bisa di balas jotosan mematikan. Berry itu kecil-kecil cabe carolina raper!

"Gak mau pacaran? Kenapa?" Tanya Cherry setelah berhasil mengontrol tawanya.

Pandangan mata Berry terlihat rumit. Setelah lama terdiam akhirnya gadis itu menjawab dengan lirih sambil mengedikkan bahunya acuh, "Trauma."

Satu kata, banyak makna.

Cherry paham. Dia mengerti perasaan Berry.

"Gue takut dan paling gak suka liat cowok yang kasar dan berengsek. Karena gue bakal keingat sama papa. Gue gak suka." Berry menjeda, menalan ludah yang terasa pahit. "Gue benci punya papa kayak dia."

Emang Yuan berengsek! Bisa-bisanya sifatnya kek dakjal kepada anak kandungnya sendiri!

Cherry membasahi bibir bawahnya, tatapannya melembut. "Tapi, gak semua cowok kayak gitu kok." Ujarnya ragu. Padahal dalam hatinya sudah memakai semua cowok yang buangsat sekali. Bisanya cuma mikirin napsu dan selangkangan aja!

ANTAGONIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang