Cherry masuk kedalam kamarnya dan mengunci ganda pintu. Setelahnya mengetikkan sesuatu di grup.
SUGAR BABY NIH BOS!
Cherry A-
Oi, gue nanti pulkam ke belanda.
Mungikin semingguan, absenin gue.
Jangan kangen ya bestai!
Bye2! Gue mau tdr!Setelah mengetik itu, Cherry memode pesawat lalu mematikan ponselnya. Melempar asal benda pipih tersebut dan segera bergegas tidur.
Tuhan, bolehkan kali ini dirinya tidur dengan tenang?
Akhirnya Cherry pun terlelap, atau.... pingsan?
Gadis itu tak membersihkan diri ataupun berganti pakaian. Sekaan sadar jika dirinya akan tertidur lama dan ingin mengingat 'moment itu' saat dia bangun.
Kamar Cherry sendiri gelap gulita dengan suhu Ac yang tinggi. Mari kita doakan semoga Cherry tidak mati tetapi hanya tidur yang entah sampai kapan.
....
Sudah seminggu wajah ketiga sahabat itu murung dan gelap. Hari-hari mereka sangat tak mengenakkan. Apalagi penyebabnya kalau bukan Cherry yang tiba-tiba menghilang alis pulkam.
Entah sudah ke berapa kalinya Lai menghela napas. Wajahnya setiap hari sendu dan galau memikirkan cherry. "Tuh anak kapan pulangnya, sih? Gue gak tenang udah seminggu gak ada kabar." Rengek Lai seperti bayi.
"Lo pikir gue engga? Apa kita susul aja , ya? Sekalian liburan." Tanya Gea, mata Lai berbinar.
"Jangan. Gue rasa dia lagi gak pingin di ganggu." Sahut Jena, gadis itu menopang dagunya. "Kita tunggu aja, kalian paham kan kalau Cherry menghilang kita harus apa?"
Lai menggebrak meja kantin, "Gak asik! Sukanya ngilang, bibit tukang ghosting pasti!"
Gea dan Jena hanya bisa menghela napas pasrah. Cherry itu anaknya suka menghilang tanpa kabar dan tak mau di ganggu, di cari, apalagi di susul. Bisa ngamuk pasti.
Mata Lai menatap tak suka Darla yang baru masuk ke kantin berasama para babunya. "Gue gemez pingin remes jantung tuh anak, deh!"
Gea melotot, "Sikopet!"
"Abisnya sok polos banget jadi manusia. Gue jadi curiga biasanya kan yang polos itu menyesatkan!" Tuduh Lai masih menatap tajam Darla.
"Iya juga, sih. Eh, kenapa kita gak tanya tuh anak setan kemana Cherry pergi?" Gea melontarkan idenya.
"Gooodjob, sister! Tumben otak lo bekerja baik? Gue jadi terharu, huahh!" Lai memeluk Gea erat, "Ayo kita tanya, gadis cantik ini sudah sangat amat penasaran dimana babi Cherry healing."
Lagi-lagi Jena mencegah, menarik Lai dan Gea agar terduduk kembali. "Jangan."
"Kenapa lagi sih, Jen!"
"Iya, halangin mulu prasaan!"
"Lo gak pingin Cherry balik?!"
Jena membasahi bibir bawahnya, menatap keduanya bergantian. "Dia masih sama mereka, mereka pasti gak bakal biarin kalian bicara sama dia. Paham kan?"
Lai dan Gea menggeleng kompak.
"Mereka kan gak suka sama kita, apalagi ditambah kejadian Cherry kemarin. Mereka belum balas dendam ke Cherry dan Cherry sendiri statusnya menghilang. Mereka tentu saja marah dan lebih possesive ke, Darla."
Jena menjeda, "Paham?"
Lai dan Gea menggeleng kembali.
Jena berdecak geram, "Tunggu Darla sendirian kalau mau tanya!"
Lai dan Gea hanya diam dengan tatapan bodoh mereka.
"Sialan!" Umpat Jena lalu melangkah pergi dengan aura mengerikannya.
Lai dan Gea tertawa keras, berhasil mengerjai Jena.
"Biar dia rasa gimana udah ngomong panjang lebar kali tinggi tapi gak di respon. Hahahah, mukanya kalau marah imut juga ya, Jena. Hahaha!"
"Iya, anying. Haha--- heh, gak boleh ketawa keras-keras! Ingat kita masih berduka!" Tegur Lai serius.
Gea mengangguk mantap, "Ayo, sambil nunggu Cherry kita cari sugar daddy!"
"Let'ts to the go!"
"Lets go!"
Stress!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIST
Fantasy17+ Gadis itu bernama Rachel, semua orang sangat memuji otaknya yang sangat cerdas dan parasnya yang cantik dengan senyuman yang seindah sunflower. Hingga suatu kejadian merubah segalanya, Rachel di lecehkan, diperkosa, disiksa, dan dia hamil.... R...