56

13.2K 1K 124
                                    

Lucas menjadi sering marah dan uring-uringan karena Cherry yang menghilang tak ada kabar selama tiga hari. Bahkan, dia bertanya kepada ketiga sahabat gadis itu, tapi ketiganya juga tidak tahu dan bungkam. Seolah menyembunyikan sesuatu.

Wajah tampan Lucas nampak dingin dengan aura mengerikan. Siap melahap siapa saja yang mengganggunya. Padahal cuaca sedang cerah dan hangat pagi ini.

"SAYANG!"

"Sayang! Tungguin gue!" Teriakan cempreng dari belakang itu bukannya menghentikan langkah lebar Lucas, tapi malah membuat langkah itu semakin cepat dan lebar. Membuat sipeneriak menggerutu sebal dan semakin berlari kencang.

Tangannya menarik tas Lucas hingga membuat pemuda itu berhenti.

Lucas melirik datar, menatap gadis gila yang sedang menetralkan napasnya. Wajahnya terlihat merah kelelahan. "Akhirnya... hosh... kita... ketemu.. lagi.. hosh... gue--"

Tanpa mendengar lebih lanjut, kaki Lucas kembali berjalan.

Melihat itu, murid baru bernama Pitaloka Sevannya itu kembali mengejar Lucas sambil merengek.

Telinga Lucas merasa panas mendengar rengekan Pita, dia membenci gadis itu karena berani mendekatinya. Apa dia tidak tahu kalau hatinya sudah di cengkram erat oleh Cherry seorang.

"Gue mau ngomong bentar. Ih! Jangan cepet-cepet jalannya! Gue sa--"

"BISA DIEM GAK?!" Bentak Lucas marah.

Seketika Pita langsung kicep dengan wajah shock. Bibirnya bergetar saat Lucas menatapnya dengan tajam dan pandangan yang membunuh.

"Sampah!" Setelah mengatakan itu, Lucas langsung memasuki kelasnya.

"Ayang gue kenapa galak banget?" Keluhnya, namun sedetik kemudian bibirnya yang semula melengkung kebawah kini keatas dengan lebar. "Menarik! Jadi pingin buat lo bucin deh. Hihihi!" Dengan perasaan bahagia, gadis itu pergi dari sana dengan melompat-lompat kecil.

--

"Lo dimana?" Tanya Berry setelah panggilan terhubung.

Terdengar grasak grusuk di telfon. Membuat dahi Berry berkerut. "Cherry?"

...

"Gue disini, kakak!" Jawaban itu membuat Berry menoleh kebelakang. Sedetik kemudian tubuhnya terdorong dua langkah kebelakang.

"Gue kangen bangset sama bau ketek lo! Heumm!" Candanya disusul tawa yang renyah. Cherry semakin mengeratkan pelukannya karena Berry ingin melepaskan pelukan itu.

Berry berdecak kesal, "Enak aja kalau ngomong!"

"Hehehe. Kangen!"

Berry menghela panjang, membiarkan adik manjanya ini memeluknya hingga puas.

Tak lama, Cherry melepaskan pelukannya. Menatap Berry yang sangat cantik malam ini meskipun hanya memakai kaos hitam yang dilapisi jaket kulit hitam.

"Ayo."

Cherry mengangguk, menyerahkan koper lilac miliknya kepada Berry. "Bawain ya..." cengirnya lalu memeluk lengan Berry.

Berry merotasikan matanya malas, meskipun enggan tangannya tetap menarik koper itu menuju mobil.

"Mau makan dulu ga?" Tanya Berry setelah mobil melaju.

Cherry menoleh, melepas topi abu-abu gelap yang dia pakai. Gadis itu menyandarkan punggungnya, "Boleh, sekalian gue lagi pingin kopi Starbucks."

"Hm."

Mobil pun melaju menuju mall yang terletak tak jauh dari apartemen Berry.

Keduanya turun dari mobil dan langsung masuk kedalam mall. Perut rata Cherry terasa dingin dan merinding saat air conditioner mall yang sangat dingin menyapu halus kulitnya.

ANTAGONIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang