Gadis berseragam batik merah itu celingukan di ruang guru. Matanya memindai satu persatu orang didalam sana.
"Ngapain kamu? Bikin ulah lagi?"
Suara tuduhan yang sangat ketus itu membuat Cherry terlonjak kaget. Ia melotot garang, "I--"
"Apa? Hah, kamu berani memelototi saya? Iya?!" Semprotnya membahana.
Cherry buru-buru melembutkan ekspresinya, "Ibu nuduh mulu deh, nanti cepat mat-- tua maksudnya."
"Tck! Alasan, ngapain kamu disini? Malas saya liat muka kamu."
Cherry merasa hatinya retak.
"Saya cari pak Darma."
Bu Cakia, kembali melotot dan lebih lebar. "Kenapa? Kenapa kamu cari calon suami saya? Mau jadi bibit pelakor?!"
Cherry mendesis kesal, "Ibu Caki kenapa sewot mulu sih? Gak inget umur, hah? Inget cucu di rumah, bu. Insaf sana, menyebalkan!"
"Kam--"
"PAK DARMA GANTENG!" Cherry berteriak sangat kencang dengan sengaja di depan wajah bu Caki.
Dengan wajah di bikin sesumringah mungkin ia berlari ke arah guru muda tersebut. "Pak Darma yang ganteng saya nyariin dari tadi loh. Bapak kemana aja?"
Cherry menatap Bu Caki mengejek, "Ouh, bapak darimana saja kok keringetan sih? Sini Cherry bantu." Cherry mengeluarkan tisu dari sakunya lalu mengusap keringat guru tampan tersebut dengan lembut.
"Eh?"
Terlihat bu Caki yang sangat ingin memakan Cherry hidup-hidup. Cherry menahan tawanya.
"Pak Darma ganteng ayo duduk, Cherry capek nih."
"I--iya. Ayo," Darma berjalan dengan kaku karena Cherry tanpa malu menggandeng lengannya.
"Dadah, Bu Caki," Ejek Cherry sambil menjulurkan lidahnya.
"Awas kamu!" Bisiknya tajam, pergi dari sana dengan menghentakkan kakinya.
"Wow, berasa gempa."
Darma tertawa pelan, "Ada apa mencari saya?"
Cherry kini memfokuskan pandangannya ke arah Darma. "Saya mau daftar olimpiade matematich, pak!"
Darma menatap Cherry ragu, "Kamu yakin?"
"Iya lah."
"Cherry ini bukan ajang buat main-main," Darma memijat keningnya. "Saya masih ingat nilai matematika mu dari kelas sepuluh merah semua."
Senyum Cherry luntur seketika, "I-- itu dulu saya cuma prank pak. Aslinya saya itu cerdas!"
Darma masih menatap Cherry tak percaya,
Cherry menghela napas berat, "Coba tes aja kalau bapak gak percaya, kalau saya bisa ngerajin semua soal bapak, saya wajib boleh ikut. Gimana?" Tawar Cherry harap-harap cemas.
Setelah berpikir, Darma akhirnya menyerahkan sebuah ipad yang berisi soal-soal matematika. Dalam hatinya ia ragu sebenarnya, tapi tak apalah. Melihat semangat Cherry membuatnya tak tega harus menolak.
Dengan fokus Cherry mengerjakan lima puluh soal tersebut. Hingga dua puluh menit kemudian ia berkata, "Selesai! Yeay!"
Darma mengampil ipad nya lalu mengkoreksi jawaban Cherry. Mulutnya terbuka, tercengang. "Ba-- bagaimana kamu bisa mengerjakan semua soal ini dengan benar?"
Mendengar itu Cherry menepuk dadanya bangga.
"Kamu menyontek ya?"
"Enak saja!" Sewotnya, "Itu murni hasil otak cerdas saya tau! Bapak sendiri di depan saya apa ngeliat saya nyontek?"
Darma menggeleng,
"Nah, kan. Emang dasarnya saya itu jago matematika, cuma selama ini saja pura-pura gabisa."
Senyum Darma tanpa bisa dicegah terbit sangat lebar. Membuat Cherry sedikit salah tingkah.
"Yasudah, kamu boleh ikut. Untuk latihannya akan saya kabari besok."
"Terimakasih bapak ganteng, makin sayang. Hehe, kalau gitu saya pamit dulu." Setelah berpamitan Cherry pun melangkah pergi.
Koridor cukup sepi karena jam istirahat telah usai. Angin berhembus kencang siang ini, saat mendongak, terlihat sekumpulan awan hitam yang bergerak kearah sekolahnya ini.
"Merasa dejavu..." gumamnya. Dan entah mengapa kaki Cherry yang seharusnya berbelok menaiki tangga kini malah lurus ke arah gudang belakang.
Samar ia mendengar suara orang bertengkar. Cherry bersembunyi, ia mengintip di balik celah.
"Ternyata awal konflik cerita sudah di mulai."
Cherry melihat Gala dan Darla yang sedang bertengkar. Lalu, nah ...
Mata Cherry bertemu dengan mata Darla, Darla tersenyum mengejek. Dengan cepat ia merengkuh kepala Gala lalu mencium bibir tebal pemuda itu.
Gala terkejut, tapi tak ayal membalas ciuman gadis itu. Mereka berciuman sangat mesra dan intim. Erangan Darla terdengar mejijikkan.
Lalu Gala membawa gadis itu masuk kedalam gudang yang kedap suara, karena gudang itu bekas ruang musik.
Entah apa dua remaja itu lakukan.
Jika dicerita Cherry langsung terkena serangan emosi dan cemburu buta. Dia langsung masuk melabrak keduanya hingga membuat suasana ricuh.
Cherry terkena tampar Gala dan itu adalah awal dimana Gala berniat membunuh Cherry karena mereka masuk bk karena kegaduhan Cherry.
Tapi untuk masa kini, gadis cantik bernama Cherry itu hanya tersenyum miring. Dia bukan Cherry bodoh yang langsung terpancing emosi.
Ia mengendap-endap, setelah di posisi yang aman ia mengintip. Matanya membola, "Astaughfirulloh, mata ai tidak suci lagi."
Cherry mengelus dada dan matanya, ingin mengintip lagi tapi sebuah tangan besar menutupi mata dan mulutnya. Cherry berontak saat seseorang membawanya pergi dari sana.Entah dimana dia dibawa, setelah tangan besar itu terlepas dari matanya Cherry menendang seseorang itu. "LO APA-APA AN SIH?!
****
Geregetan gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIST
Fantasy17+ Gadis itu bernama Rachel, semua orang sangat memuji otaknya yang sangat cerdas dan parasnya yang cantik dengan senyuman yang seindah sunflower. Hingga suatu kejadian merubah segalanya, Rachel di lecehkan, diperkosa, disiksa, dan dia hamil.... R...