02.

56.4K 4.7K 70
                                    

Saat ini Cherry sedang berada di perjalanan menuju mansion kedua orang tuanya. Ada sedikit rasa kecewa karena selama dia dirawat tak ada seorang keluarga pun yang menjenguknya. Rachel sebenarnya tidak apa-apa, tetapi dia merasa jika perasaan asli tubuh ini masih tersisa.

Supir mobil membukakan pintu, Cherry berjalan dengan angkuh memasuki rumah. Rahangnya mengeras ketika ingatan Cherry asli yang tak dianggap dan di anak tirikan melintas.

Suara gelak tawa terdengar keras saat dia melintasi ruang keluarga. Tanpak harmonis sekali.

Cherry tersenyum miring, melihat daddy dan si nyonya Ara sedang memeluk si anak kesayangan, Darla, sambi bercanda gurau.

"Kak cherry!" Pekik Darla riang, berdiri dari duduknya lalu berlari memeluk Cherry yang menegang. "Akhirnya.. kak Cherry pulang, yey!"

"Lepas!" Desis Cherry.

"Ke--Kenapa kak? Ka-- kak Cherry masih marah ya sa-- sama, Darla? Hiks, Bukan aku yang mau. Ta-- tapi kak Gala yang cin-- cinta sama, Darla. Hiks!"

"Tck!" Decak Cherry, mendorong Darla hingga jatuh terjengkang.

"CHERRY!" Teriak Yuan marah. Yuan dan Ara langsung menghampiri dan memeluk Darla erat.

"Sayang kamu gak papa?" Cemas Ara dengan air mata yang mulai menetas.

"Sayang, maaf ya. Cherry kamu benar-benar keterlaluan! Anak tak tau diuntung!" Amuk Yuan saat melihat siku Darla mengeluarkan darah.

Cherry mengibaskan rambutnya sombong, "Saya tidak perduli! Dasar hama!" Cherry menendang kaki Darla lalu berbalik pergi menuju kamarnya. Tak memperdulikan gonggongan mereka yang meneriakinya.

"Keluarga prik!" Gerutunya sambil menaiki anak tangga, lima hari bergaul dengan Gea dan Lai membuat sosok Rachel yang kalem berubah jadi bar-bar, walau sedikit. Dan ternyata sifat dan perasaan si pemilik tubuh asli masih membekas.

Cherry menggeleng, lagi-lagi dia berpikir tentang Rachel. Tidak! Rachel udah mati!! Dan kini dia adalah Cherry! Tak ada lagi sifat kalem, polos, dan bodoh sekarang!!

Cherry membuka pintu lalu menutupnya dengan bantingan, tak lupa untuk menguncinya. Cherry menatap kamarnya, tampak minimalis dan tertata rapi. Pasti art disini yang selalu memberihkan kamar ini, tak mungkin Cherry yang memberihkannya karena Cherry alergi debu.

Cherry menghela napas panjang, dia segera mandi lalu merebahkan diri di atas kasur. Hingga kantuk menyerangnya.

••

Dengan malas Cherry turun kebawah untuk makan malam. Dan ternyata mereka sudah selesai makan saat Cherry sampai di sana.

Cherry menarik kursi dengan kesal, dirinya merasa tak di hargai. Eh? Sejak kapan memang mereka menghargainya? Mengganggapnya saja tidak!

"Kak, Cherry! Ma-- maaf ya... kita makan duluan. Ta--"

"Diem!" Gertak Cherry, dia langsung duduk mengambil banyak porsi nasi dan lauk yang tersisa dengan wajah datar. Tak memperdulikan semua mata yang menatapnya dengan kaget.

Kenapa? Karena Cherry yang mereka tau adalah vegetarian! Sangat menjaga bentuk lekuk tubuhnya dan sekarang gadis itu dengan beringasnya memakan ayam panggang, sate sapi, dan masih banyak lagi.

"Napa liat-liat? Mau gue culek mata lo?!" Ketusnya sambil menodongkan pisau ke arah Darla dan Ara. Darla ketakutan, dia memeluk sang nyonya yang sedang mengendalikan emosi.

"Kurang ajar! Kamu semakin hari semakin tak sopan, Cherry! Saya jijik punya anak seperti kamu." Marah Yuan.

"Saya juga ogah punya orang tua kaya anda. Najis!" Balas Cherry tak kalah tajam.

"KAMU!" Yuan menggebrak meja, urat-urat lehernya menonjol dengan wajah memerah. Darla teriak ketakuan dan semakin menangis, begitupun dengan Ara. "GADIS MURAHAN SAMA SEPERTI IBUNYA!"

PRANGG!

Bukan, bukan Yuan maupun Cherry yang menyebabkan suara pecahan itu. Tetapi, siapa dia?

Cherry membeku melihat sosok itu. Matanya membola lebar dengan mulut terbuka.

Dia!

Dia.....

"Jaga ucapan anda pak Yuan terhormat. Ibu saya tentunya lebih baik dan berharga daripada kalian!" Tekannya dengan datar dan dingin. Wajahnya begitu menyeramkan, dengan tatapan yang mematikan dan menusuk.

"Sekali lagi anda menghina ibu saya maka," Dia menjeda kalimatnya, "Anda tau akibatnya." Lalu dia pergi keluar rumah dengan meninggalkan hawa dingin yang kental.

"Dia! Anak itu... kalian berdua sama saja! Anak tak tau di untung!" Geram Yuan sambil meremas dadanya sesak. Ara dan Darla panik, membantu Yuan pergi dari sana.

Cherry terpaku, dia menurunkan dua tusuk sate yang sempat mau dia gigit. Hatinya bergetar melihat sosok tadi, tak sadar Cherry meneteskan air matanya. Dengan bibir bergetar Cherry berujar,

"Ka-- kak!"

ANTAGONIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang