"Hanya dengan dirinya saja, diri dan hidup ini merasa dihargai sebagai kekasihnya."
-AGAM-
***
~HAPPY READING~
Aidhan membantu Aisya melepaskan helmnya,
sejak kecil Aisya sama sekali tidak bisa mengunci dan melepas helm. Ada yang sama?Mereka berjalan dari parkiran ke koridor sekolah untuk menuju kelas mereka. Di tengah-tengah lapangan basket, ALECXO GENG yang lain menghampiri mereka.
"Hai Pak Bos, Hai Bu Bos." Sapa Alve melambaikan tangannya.
"Hai Agaaammm.." Sapa Aisya pada Agam, dibalas deheman + senyuman.
"Yang nyapa gue, yang disapa balik malah Agam." Gerutu Alve.
"Oh iya, Bos. Soal keluarga Sandy, gimana ini? Kita sih yakin kalo kematian Om El itu ulah mereka." Ujar Ano.
"Gue juga yakin, keluarga Arsha pasti juga ikutan. Vincent kan ga bakalan diem kalo Anton punya musuh." Ujar Dewa membuat Alzam mengernyit.
"Maksud lo Vincent sama Anton itu bucin? Mereka gay?" Kaget Alzam membuat Dewa menatapnya datar.
"Bukan gitu konsepnya, ceunah!" Sewot Dewa.
"Aisya." Panggil Aidhan pada Aisya yang sedang merenung itu. "Menurut Kakak, kita biarkan mereka dulu. Kalo mereka menyakiti orang yang kita sayangi lagi, kita akan balas dendam lagi ya." Saran Aidhan membuat Aisya menghela nafas berat.
"Iya deh, tapi ini kesempatan terakhir mereka. Kalo sampek keluarga kita yang jadi bahan sasaran mereka, Aisya bener-bener ga akan tinggal diam, Kak." Balas Aisya dianguki yang lain.
Agam melihat Aisya yang sepertinya moodnya sedang sedikit buruk. Ia pun merogoh saku almamater yang di bagian dalam untuk mengambil apa yang akan ia berikan pada Aisya, ia sudah menyimpannya sejak berangkat sekolah tadi di dalam situ. Namun, barang tersebut nampaknya tidak akan jadi Agam berikan pada Aisya.
"Lo kenapa, Gam?" Tanya Aisya melihat raut Agam yang bingung.
"Gapapa." Jawabnya sambil menutupi barang tersebut, padahal ia ingin menghibur Aisya.
"Alah boong! Ayo ngaku, apa tuh yang lo sembunyiin di saku yang itu?" Desak Aisya menunjuk saku almamater Agam.
"Nggak ada apa-apa, Aisya."
Aisya dengan segenap rasa penasaran+kepo+kesal+ngamok itu, langsung merogoh saku almamater tadi dengan cepat. Nggak sopan sih, tapi ya namanya orang kepo. Mana Agam kaga mau ngaku lagi.
Saat sudah mendapatkannya, ia mengeluarkan benda tersebut. Ternyata itu adalah setangkai bunga mawar merah, namun kelopaknya sudah hancur. Mungkin karena sudah daritadi kalo ya, Agam kan banyak gerak, tapi tak bersuara.
"Ini mawar buat siapa, Gam?" Tanya Aisya menatap mawar yang ia genggam.
"Buat lo." Jawab Agam pelan membuat Aisya tersenyum sumringah.
"Hah? Buat gw? Serius nih?"
"Hm, lo buang aja. Udah hancur gitu." Aisya menatap Agam tajam.
"Kenapa dibuang?! Kan mau gw pajang di kamar!" Ucap Aisya galak.
"Tapi itu udah hancur, Aisya. Nanti gue beliin yang baru aja deh."
"Nggak, nggak perlu. Hemat pangkal kaya, ini aja gapapa." Aisya tersenyum menatap bunga itu. "Ntar biar gw pajang di kamar, makasih banyak ya, Gam." Seru Aisya membuat Agam menatap Aisya teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A G A M
Teen FictionSEQUEL TO SUAMIABLE. ON GOING! JADILAH PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN PLAGIAT! AGAM NICHOLAS ALFAHREZA terkenal dengan julukannya yaitu ice prince. Cowok dingin yang diidam-idamkan para murid kaum hawa di SMA Galaxy. Aisyaqeela Rayendrah Al-Fairuz a...