37 || WHY?

1K 126 13
                                    

"Terkadang, kamu hanya memikirkan dirimu sendiri tanpa aku. Sehingga selalu berpikir, rasa sakit mana yang tidak pernah aku pendam kala lukamu yang menyembunyikannya."

-AISYA-

***

🍁🍁🍁

~HAPPY READING~

Entah angin santet yang datang darimana. Saat jam istirahat pertama, Aisya melangkahkan kakinya menuju perpustakaan guna mencari buku-buku yang ingin ia baca, yang pasti bukan buku pelajaran.

Sesampainya di perpustakaan, ia langsung memilih-milih buku. Dan kini di tangannya sudah terdapat 6 buku novel yang cukup tebal.

"Ini aja kali ya, udah berat." Gumam Aisya, "Sama ini deh." Imbuhnya sembari mengambil satu buku lagi.

Saat ia berbalik..

Brak!

Aisya mendesis, "Mata lo katarak stadium akh-" Cecar an Aisya terhenti kala ia mendongak sdan tau siapa yang menabraknya.

"Oh, lo lagi, Bal?" Gumam Aisya sembari berjongkok mengambil buku-buku tersebut.

"Aisya maaf, aku ngga sengaja." Panik Iqbal kawatir juga berjongkok mengambil buku-buku yang akan dipinjam Aisya, "Kamu gapapa?"

"Buku gw yang terluka." Jawab Aisya asal, ia berdiri. "Dah, siniin bukunya."

"Biar aku aja yang bawain. Ini berat, Sya. Kalo jatuh lagi nanti bisa rusak." Jawab Iqbal sembari membawa 4 buku tersebut.

"Yaudah terserah, taruh aja di meja sana. Gw mau ambil kartu dulu trus baca di meja situ kok." Ujar Aisya dianguki Iqbal.

Selesai mengambil kartu, Aisya pergi ke meja perpustakaan yang ia tunjuk tadi. Dahi Aisya berkerut.

"Kok lo masih di sini?" Tanya Aisya membuat Iqbal yang tadinya membaca buku langsung menoleh.

"Emang ga boleh? Tujuan aku ke perpustakaan juga buat baca, Sya. Sekalian aja baca bareng kamu." Jawab Iqbal kembali membaca bukunya.

Aisya yang pasrah itupun hanya diam dan duduk di depan Iqbal. Ntah mengapa akhir-akhir ini Aisya banyak bertemu dengan Iqbal, bahkan hampir tiap hari ia berbicara dengan Iqbal. Kebetulan? Or..?

Gaboleh suudjon lu semua.

Karena penjaga perpustakaan sedang entah kemana, terpaksa Aisya harus mengambil jurnal perpustakaan dan kartunya, kemudian menulis dan mencentangi nama dari buku-buku tersebut sendiri.

"Lo ngapain si ngliatin gw kek gitu? Terpesona lo sama kecantikan gw?" Tanya Aisya kepedean kala menyadari Iqbal menatapnya.

Iqbal yang tersadar itupun terkekeh, "Iya,"

"Iya apa?" Goda Aisya.

Iqbal tersenyum hangat, "Gapapa,"

"Hilih, dasar mantan!" Cibir Aisya sambil tertawa pelan membuat Iqbal juga ikut terkekeh kembali.

Agam menghentikan langkahnya kala melihat pemandangan di depannya itu. Lagi-lagi, Agam menemukan Aisya tertawa dan bersama dengan Iqbal. Wajah Agam yang tadinya baik-baik saja, perlahan menjadi kaku dan sulit untuk dipahami.

Sakit sekali melihat perempuan yang sangat kita cintai, tertawa dengan laki-laki lain.

Itu yang Agam rasakan. Melihat istrinya tertawa bahkan dengan mantannya, orang yang pernah Aisya cinta pula, tentu saja sesak memenuhi dadanya. Ia mengalihkan pandangannya dan berlalu meninggalkan area perpustakaan.

A G A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang