27 || BERDAMAI?

1.7K 178 30
                                    

"Tarik nafas dalam-dalam, berikanlah waktu untuk pikiran dan hatimu menyadari apa yang saat ini telah kamu miliki."

-AISYA-

🍁🍁🍁

***

~HAPPY READING~

Ceklek!

"AGAM!!"

Semua berlari menuju Agam yang sedang tergeletak di bawah dekat brankar UKS tak sadarkan diri, dengan hidung berdarah dan wajah memerah.

"Gam, lo nggak mati kan?" Tanya Aisya sembari terus menepuk-nepuk pipi Agam, namun tiada sahutan. Agam pingsan.

Akhirnya mereka pun segera membawa Agam ke rumah sakit. Tak lupa pula mereka mengabari keluarga Nicholas.

***

"Bagaimana keadaan anak saya, dok?" Tanya Assa cemas.

"Saya rasa pasien sangat lelah, dari lelah fisik serta mentalnya. Mungkin pasien terlalu sering banyak pikiran hingga membuatnya stres, dan akhirnya jatuh sakit. Demamnya sangat tinggi, Pak." Jelas Pak Dokter membuat yang lain cemas dengan keadaan Agam.

"Tapi tidak ada yang serius, hanya saja demamnya belum turun sekarang. Saya pun tidak yakin bahwa demam pasien akan turun secepatnya, sebab melalui pikiran pun pasien bisa saja pingsan kembali. Jadi saya sarankan agar nak Agam dirawat inap untuk beberapa hari sampai kami rasa nak Agam benar-benar pulih." Saran Pak Dokter.

"Iya, dok. Terimakasih banyak." Ucap Sherly.

"Baik, saya permisi." Pamit dokter tersebut kemudian melangkah pergi.

Sherly mulai tak bisa membendung air matanya lagi. Ia merasa jadi ibu yang buruk, tak tahu menahu tentang perasaan sang anak. Anak satu-satunya, anak semata wayangnya. Inilah jadinya.

"Kak Sher.." Lirih Aqeela merangkul pundak Sherly membuat Sherly langsung memeluk Aqeela dan menangis di sana.

"Kakak itu ibu yang nggak berguna, Dek. Pantes Agam nggak pernah mau cerita dan berbagi rasa sedihnya sama aku, ternyata aku bukan ibu yang baik." Lirih Sherly membuat Aisya menatap Sherly sendu.

Kalian tau kan bahwa selama ini, Aisya lah yang selalu menjadi tempat Agam berkeluh kesah. Agam selalu cerita semuanya hanya dengan Aisya seorang, tidak ada yang lainnya selain Aisya. Dan Aisya, satu-satunya orang yang tau tentang semua kehampaan seorang Agam.

Melihat Aisya diam, Anjas dan Aidhan menghampiri Aisya. Mengelus bahu dan menatapnya hangat. Hal itu sontak membuat semua juga menatap Aisya, mereka sadar bahwa hanya Aisya perempuan satu-satunya yang sangat dekat dengan Agam.

"Papa tau kamu mengetahui semua yang Agam rasakan." Ucap Anjas yang perlahan memeluk anak perempuan satu-satunya itu dengan lembut.

"Mau temuin Agam?" Tanya Aidhan. "Siapa tau pikiran Agam bisa lebih rilex saat ada bersamanya." Imbuhnya.

Ada rasa sakit di relung hati Sherly kala menyadari bahwa Aisya tau semuanya. Dia yang ibunya, yang melahirkannya bahkan tidak tau apapun, dan Agam ternyata lebih nyaman dengan istrinya. Ntah sedih atau senang, Sherly pun bingung.

***

"Gimana perasaan kamu, nak?" Tanya Assa kala Agam telah sadar, dan dibalas senyuman saja.

"Cepet sehat ya, anaknya Mama." Ucap Sherly dan dibalas senyuman pula.

Tatapan Agam terhenti dibelakang Assa, yakni Aisya. Ntah mengapa Agam ingin sekali Aisya berada di dekatnya, hati rapuh itu ingin sekali Aisya yang mendengarkan dan memperbaikinya.

A G A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang