47 || LUKA

601 64 14
                                    

"Bahkan jika harus menguras air mata, kita harus tetap percaya. Bahwa takdir terbaik, adalah apa yang telah ditentukan oleh-Nya."

-AGAM-

🍁🍁🍁

***

~HAPPY READING~

"Aisya, nunggu siapa?"

Deg!

Sepertinya Aisya tau suara siapa itu, jantungnya berdetak begitu cepat. Namun ia sembunyikan lewat wajah datarnya. Gadis itu menoleh menatap Agam, lalu kembali fokus ke arah depan.

Tidak ada sahutan dan jawaban tak membuat Agam marah maupun kesal. Ia memaklumi sikap Aisya padanya. Cowok itu berdiri di samping Aisya.

Hening menyelimuti keduanya, dengan pikiran mereka masing-masing. Hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang di depan mereka.

"Kamu benci saya?" Tanya Agam yang tiba-tiba saja terlontar begitu saja.

Aisya terdiam sejenak, "Gue lebih benci diri gue sendiri." Gumam Aisya yang dapat didengar oleh Agam.

"Tak apa, biar saya yang mencintaimu."

Kini keduanya kembali hening, tanpa menyadari bahwa keduanya sama-sama merasa bahwa jantung mereka masing-masing telah berdetak begitu kencangnya. Nafas mereka bahkan sama-sama tercekat.

"Gimana bisa seseorang terus menerus mencintai orang yang sama?" Aisya menjeda ucapannya, "Rasanya mustahil kalo jatuh cinta terus menerus dengan orang yang sama." Lanjutnya.

"Setiap kali saya melihatmu, saya jatuh cinta lagi."

"Lucu." Ungkap Aisya datar.

Agam menganguk pelan, "Mungkin benar tidak semua orang bisa jatuh cinta terus menerus pada orang sama, bahkan setelah mereka berpisah. Dan saling mengecewakan." Ucap Agam.

"Itu, kamu?" Tanya Agam menoleh pada Aisya.

Benarkah? Seperti ini kah ending kisah mereka? Beginikah mereka sekarang? Berakhir disini kah kisah mereka berdua?

"Gue gak pernah tanya apapun ke lo, kenapa sekarang lo jadi kasih pertanyaan kayak gitu ke gue?" Tanya Aisya mulai terbawa emosi.

Agam terdiam, lalu kembali menatap depan, "Sebab saya tiba saat isinya hanya separuh. Saya terlambat, untuk jatuh dan berlabuh." Jawab Agam tenang, meski tak dipungkiri hatinya sangat nyeri.

"Ternyata benar," Suara Aisya mulai serak, "Terkadang upaya terbaik tidak memikirkannya, tidak penasaran, dan tidak membayangkan. Semakin gue gak tau, semakin baik." Ucap Aisya.

Posisi Agam kini menghadap Aisya sepenuhnya, "Apa yang kamu ketahui tentang saya, ya Aisya?"

Aisya menelan salivanya, "Kisah yang belum pernah gue mulai, namun harus berakhir tanpa kata selesai." Luruh sudah air mata Aisya setelah mengatakan itu.

Gadis itu menghadap Agam, hingga mereka berdua saling bertatapan, "Lo inget nggak? Dulu lo yang ajak gue terbang berdua. Tapi di ketinggian, lo juga yang biarin gue jatuh sendirian. Lo tau apa yang terjadi sama gue setelah itu?"

Dengan lirih gadis itu menyambung ucapannya, "Berantakan."

Agam berkaca-kaca mendengar itu, "Kalau kita marah terhadap keadaan, ingatlah bahwasanya pasti ada hikmahnya, Allah gak mungkin tega nyakitin kita."

"Boleh gue ungkapin kalo gue kecewa sama lo?"

Agam tersenyum getir, "Boleh pula saya ungkapkan bahwasanya saya sedang difitnah?"

A G A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang