21 || HUKUMAN

1.6K 158 8
                                    

"Bayangin orang yang lu bayangin lagi ngebayangin apa yang lo bayangin coba bayangin."

-AISYA-

🍁🍁🍁

***

~HAPPY READING~

"ADA APA INI?!"

Suara bariton itu membuat keduanya berhenti saling menjambak, namun masih di posisi menjambak, Nia dan Aisya menatap guru tersebut. Ternyata itu adalah Pak Ojik yang menatap mereka tajam.

"Apa-apaan ini kalian?!" Pak Ojik mendekati keduanya, dan melerai mereka. "Kenapa kalian bertengkar di sini?! Kalo sampai Pak Imam tau, bagaimana?!" Imbuh Pak Ojik.

Mereka pun akhirnya melepaskan jambakan mereka. Bisa dilihat, banyak gumpalan rambut di tangan Aisya membuat semuanya melotot, termasuk Aisya. Ia menatap Nia dan rambut Nia yang ia genggam secara bergantian.

"RAMBUT GUE!" Pekik Nia menatap tak percaya tangan Aisya yang menggenggam rambutnya.

"Lo nggak punya riwayat sakit kanker kan? Gw nanti merasa berdosa loh, udah ngedzolimin orang sakit." Ujar Aisya menatap Nia kasihan membuat Nia melotot .

"SEMBARANGAN LO!" Sentak Nia yang hendak menyerang Aisya lagi, namun dihentikan Pak Ojik.

"Udah stop! Ngga ada kapoknya ya kalian! Kalian berdua, ke ruang guru sekarang!" Titah Pak Ojik tegas kemudian pergi menuju ruang guru.

Saat Pak Ojik pergi, tak sengaja Aisya menatap rambut Nia. Sontak hal itu membuatnya tertawa geli.

"Ngapain lo ketawa?!" Sungut Nia.

"Lo kek habis disetrum mati, BWAHHAHAHAHA.. Wajah lo kek kambing congek, BWAHAHHA.." Ejek Aisya tertawa renyah kemudian memberikan sisa rambut Nia sebelum ia melangkah menuju ruang guru, meninggalkan Nia yang menatapnya tak percaya.

****

Di sinilah Nia dan Aisya berada, di ruang guru. Dengan ALECXO GENG dan Hani mengintip dari luar, sebab pintu ruang guru terbuat dari kaca.

Tatapan tajam Pak Ojik yang menghunus mata Nia dan Aisya. Pria paruh baya yang menutupi kebotakannya dengan wig berwarna coklat itu menatap keduanya heran, yang satu sibuk merapikan rambutnya, yang satu lagi meratapi rambutnya yang lepas dari tangkainya. Kok Pak Ojik merasa, nggak ada yang takut sama dia ya?

"Kalian ini apa-apaan?! Berantem di sekolah, tidak malu diliatin anak-anak lainnya?!" Omel Pak Ojik dibalas gelengan membuat Pak Ojik melongo. "Kalo mau berantem di lapangan, jangan di sekolah!"

"Siap, Pak. Ntar kita cari lapangan kalo mau berantem." Ucap Aisya membuat Nia menyenggol lengannya.

"Nanti pulang sekolah, kalian jangan pulang dulu! Ambil soal di ruangan ini, dan kerjakan di rumah! Besok harus selesai, pukul 7 pagi, saya tunggu di sini!" Tegas Pak Ojik membuat keduanya mendengus.

"Aelah, botak satu ini kerjaannya ngehukum mulu." Gerutu Aisya dalam hati.

"Kamu Aisya, ya?!" Tanya Pak Ojik yang dianguki Aisya. "Kok kamu lebih cantik dari Bu Hanum, gimana bisa?" Tanya Pak Ojik melirik sinis Aisya.

"Lah, emak bapak saya cakep-cakep, Pak. Pada most wanted di sekolah ini dulu, sekarang giliran anak-anak nya." Ujar Aisya bangga.

"Sok cantik lo!" Sewot Nia.

"Dih, emang gw cantik. Wlee.."

"Udah stop!"

Pintu ruang guru terbuka, ternyata dibuka oleh Bu Hanum membuat Pak Ojik langsung tersenyum sumringah. Dalam hati, Aisya ingin sekali mencukil wig coklat milik Pak Ojik. Punya guru napa gini banget sih.

A G A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang