18 || HEBOH

1.4K 137 6
                                    

"Budayakan mengenal sebelum menghujat."

-AISYA-

🍁🍁🍁

***

~HAPPY READING~

Sebelum berangkat ke sekolah, si kembar A dan Nenek Kakeknya sarapan. Sedangkan Anjas dan Aqeela berada di ruang tamu, bersiap-siap untuk Anjas berangkat ke kantor.

Aqeela menata dan mempersiapkan berkas-berkas Anjas, kemudian memasukkannya ke tas kerja Anjas. Dan Anjas? Suaminya itu terus memandanginya, hal itu membuat Aqeela menatap sang suami.

"Nggak capek mandangin Aqeela terus?" Tanya Aqeela.

"Ck! MasyaAllah, kamu nggak capek cantik terus, hm?" Decak Anjas balik bertanya.

"Ceilaahh, gombal." Cibir Aqeela.

"Bentar ya." Anjas beranjak membuat Aqeela langsung mencekal pergelangan tangan suaminya itu.

"Mau kemana? Cepetan pake sepatu trus berangkat sana."

"Tapi Mas mau ke rumah Bunda bentar, sayang. Mau cari Bunda."

"Ngapain?" Heran Aqeela.

"Mau ngucapin terimakasih karena udah nglahirin istriku yang secantik dan semanis ini." Jawab Anjas membuat Aqeela menatapnya datar, kirain apaan.

"Mulai." Gumam Aqeela. "Udah sini pake sepatunya cepet!" Imbuh Aqeela menepuk dada Anjas gemas+kesel, nahan salting sih sebenernya, tuh nyatanya Aqeela tersenyum.

"Aduh duh duh.." Rintih Anjas memegangi dadanya membuat Aqeela melotot cemas.

"Kenapa kenapa? Terlalu kenceng ya nggeplaknya?" Tanya Aqeela mengelus dada Anjas cemas.

"Kayaknya Mas kena diabetes, soalnya senyuman kamu manisnya keterlaluan." Goda Anjas kembali.

Dengan tenaga dalam, Aqeela mendorong dada Anjas hingga membuat Anjas tersungkur. Capek ya, Qeel? Sabar dong. Untungnya tulang Anjas baik-baik saja, kira-kira dong, Qeel kalo mau dorong.

Di ambang pintu utama, ada Bu Elsa yang melihat semuanya. Ia tersenyum hangat melihat bagaimana Anjas selalu membahagiakan Aqeela, dan Aqeela yang bahagia dengan apapun yang Anjas lakukan.

Ia lega kala menyadari bahwa putri satu-satunya itu telah tumbuh dengan baik dan bahagia. Ada yang membahagiakan Aqeela, ada yang mencintai Aqeela, ada yang merawat Aqeela, dan ada yang menyayangi Aqeela.

"Jadi, jika Bunda telah tiada, ada yang bisa menggantikan posisi Bunda dalam membahagiakan kamu, nak." Batin Bu Elsa.

***

Kriiiinngggg! Kriiiinnggg! Kriiiiinnngg!

"WOY! WOY! LU SEMUA HARUS KELUAR KEKNYA!" Teriak Alve heboh saat baru memasuki kelas membuat yang lain terkejut, termasuk ALECXO GENG yang lain.

Semua sudah masuk kelas, kecuali Alve, Zayn, dan Alzam.

"Kenapa? Gw lagi enak-enak sarapan nih." Ujar Aisya yang sedang memakan bekal roti isi yang disiapkan Mamanya, sudah biasa kalo Aisya makan di kelas.

"Sekarang, ibu kota Banten di serang! Trus ibu kota Sulawesi Tengah di Palu, Sya! Kita harus cepet-cepet beresin ini semua!"

"Huuuuuuuuu..!!" Cibir semua murid membuat Alve tertawa, dia ternyata ngeprank.

"Kurang ajar lo! Gue kira apaan, anjirr!" Umpat Dewa melepar kertas yang ia bulat-bulat ke arah Alve.

"AISYAAAA.." Teriak Zayn merengek kembali membuat yang lain terkejut.

A G A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang