24 || CIEE

2K 166 21
                                    

"Wahai hati, berjanjilah untuk tidak menjatuhkan hati kecuali pada dia yang menemani ibadah hingga mati."

-AGAM-

🍁🍁🍁

***

~HAPPY READING~

"Kecelakaan Kakek Nenek, terjadi gara-gara gue."

Deg!

Lagi-lagi Aisya mendengar pernyataan itu, sebenarnya apa yang terjadi? Apa benar? Maksudnya, kenapa bisa Agam yang menjadi gara-gara kematian sang Nenek & Kakek? Itu yang terus melintas di pikiran Aisya.

Helaan nafas bisa Aisya dengar keluar dari mulut Agam, ntah mengapa ia merasa Agam akan mengatakan sesuatu. Jujur bulu kuduknya sudah berdiri karena terpaan angin hujan yang dinginnya minta amphon, tapi ia tidak mungkin meninggalkan Agam yang sedang membutuhkan atensinya.

"Iya, nak. Nenek Kakek akan segera ke sana. Ini sedang hujan lebat, sayang." Ucap sang Nenek di telepon, ia dan suaminya sedang di mobil menuju hotel tempat Agam merayakan ultahnya dengan kondisi hujan yang lebat.

Mau menepi, tapi sang cucu pasti akan sedih. Nenek tidak mau hal itu terjadi. Apalagi, Agam adalah cucu kesayangannya, termasuk pewaris dari Keluarga Nicholas.

"Aaaaa, Nenek sama Kakek udah nggak sayang lagi sama Agam?! Ayo cepet ke sini! Ini ulang tahun Agam!" Sentak Agam kesal membuat Assa mengambil alih HPnya.

"Agam gak boleh kasar sama Nenek Kakek, sayang. Mama sama Papa sedang di jalan? Mau dijemput? Kan kalian belum tau tempatnya." Ucap Assa.

"Boleh, nak. Tapi hati-hati ya, di daerah ini hujan deras. Mau neduh, takut kalo Agam sedih."

"Iya Mama." Assa pun menutup panggilannya.

"Nenek Kakek akan datang kan, Pa?" Cicit Agam.

"Tentu saja, sayang. Ini Papa mau jemput Nenek Kakek dulu ya."

"Agam ikuuuuttttt." Rengek Agam.

"Nggak boleh, di luar sedang hujan lebat loh."

"Agam mau ikut, Pa. Agam merasa bersalah sama Nenek karena tadi udah ngebentak dia." Ucap Agam menyesal membuat Assa tersenyum hangat.

"Yaudah, nanti minta maaf sama Nenek ya. Kita jemput mereka sekarang, hm?" Agam menganguk antusias, akhirnya Assa, Sherly dan Agam pun menjemput sang Nenek Kakek.

"Pak, bisa lebih cepat? Cucu kami menunggu." Ucap Nenek gelisah.

"Tapi ini sedang hujan lebat, Bu. Resikonya akan sangat berbahaya." Ucap Pak Sopir.

"Cucu saya lebih penting untuk saat ini, saya mohon Pak." Mohon Nenek membuat Pak Sopir akhirnya luluh.

Dengan jalanan licin dan guyuran hujan deras. Pak sopir pun mengegas mobilnya dengan kecepatan hampir maksimal. Dengan Sang Nenek terus berharap bahwa Agam tidak akan sedih. Karena dari bicaranya tadi padanya, sepertinya Agam sedang marah padanya. Ia ingin segera memeluk cucunya dan meminta maaf.

Di perempat saat itu sepertinya sepi menurut Pak sopir, pada akhirnya ia terus menjalankan mobilnya dengan cepat. Namun ternyata, sebuah truk besar datang dari arah kiri membuat Pak Sopir gelagapan tak tentu arah, dan..

"AWAS!"

BRAAAKK!!

Mobil yang ditumpangi oleh Nenek & Kakek itu terpental dan berputar tak tentu arah. Karena kondisi jalan yang licin, mobil itu terbalik. Asap keluar dari arah mesin mobil tersebut. Dan Nenek Kakek, serta Sang Sopir meninggal di tempat dengan kepalan bercucuran darah.

A G A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang