44 || BACK?

691 79 12
                                    

"Aku kehilangan dirinya saat aku sudah terbiasa dengan kepergiannya. Sebab itu aku beranjak pergi dan tidak akan terpaku untuk menunggunya."

-AISYA-

🍁🍁🍁

***

~HAPPY READING~

Sentuhan bahu dirasakan oleh cowok yang tengah menatap bintang-bintang indah di sana. Pada akhirnya Agam menoleh menatap dua seseorang yang selalu ada untuknya pun selain Aksa.

Yang satu teman sekamarnya, Keham, orang asli Mesir. Namun ia sedikit bisa bahasa Indonesia. Dan yang satunya adalah seorang ustadz di sana, Ustadz Akbar, beliau juga fasih bahasa Indonesia. Jadi Agam mudah pula berbicara dengan mereka berdua.

"Mikirin apasih anak Abi?" Tanya Ustadz Akbar.

Selain menjadi gurunya, beliau memang sudah menganggap Agam sebagai anaknya sendiri. Apalagi setelah mendengar perjalanan kehidupan Agam.

Agam tersenyum, "Istri Agam, hari ini ulang tahun, Abi." Jawab Agam sopan.

Ustadz Akbar tersenyum tulus, "Semoga kalian dipertemukan dan samawa sampai maut memisahkan. Semoga Allah menjaga iman dan cinta istrimu." Ucap Ustadz Akbar tulus.

"Aamiin," Agam menunduk tanpa melunturkan senyumannya, "Agam sangat merindukannya."

"Abi yakin, kamu bukan hanya merindukan raga istrimu saja, kan?" Goda Ustadz Akbar.

Agam menganguk dengan mata memerah, "Allah telah meng-anugerahkan Agam seseorang yang melihat Agam dengan hatinya, bukan matanya. Dia mencintai Agam dengan segala ketulusan yang ada di dalam hatinya, bukan perkataannya."

Ustadz Akbar tersenyum haru mendengar itu, ia mengenal sosok Aisya karena ia adalah cucu dari Pak Imam, dan Pak Imam adalah sahabatnya saat Pak Imam juga kuliah di Al-Azhar ini.

Ustadz Akbar kagum kala Agam menceritakan bagaimana istrinya itu benar-benar tulus mencintanya. Saat orang lain menganggapnya rendah, Agam rasa hanya Aisya yang bisa membuatnya merasa dihargai. Ustadz Akbar yakin bahwa Agam dan Aisya akan bahagia nantinya.

"Dia, dialah cinta yang sesungguhnya buat Agam. Kehadiran dia adalah definisi bahagia bagi Agam, Abi." Imbuh Agam yang tanpa sadar menitihkan air mata.

"Your loyalty also deserves appreciation, Agam." Ucap Keham.

Agam terkekeh sembari menepis air matanya, "Qolbie laa yaro illaa habieban lahu." (Hati ini tidak akan melirik selain pada kekasihnya) Kata Agam sangat tulus, setulus itu Agam pada Aisya.

Meski Agam tau, ketulusannya tidak bisa tertandingi oleh ketulusan Aisya yang selalu ada untuknya.

"Udah packing?" Tanya Ustadz Akbar.

"Masih beberapa, tinggal buku-buku." Jawab Agam.

Benar, Agam telah melewati S1 pada fakultas Syari'ah dan Hukum Umum selama 5 tahun ini. Masa kuliahnya hampir berakhir, lelaki itu berhasil melewatinya.

2 hari lagi, Agam akan pulang ke Indonesia.

Jeng jeng jeng

🍁🍁🍁

"Aidhan!"

Yang punya nama pun menoleh, ternyata yang memanggilnya adalah Alzam. Alzam menghampiri cowok tersebut.

A G A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang