38 || BAIKAN?

1.3K 133 23
                                    

"Siapa yang menjalani hidup sambil menikmati trauma? Saking banyaknya trauma dalam hidup, sampe gak sadar kalo itu semua red flag."

-AUBUL-

🍁🍁🍁

***

~HAPPY READING~

Pukul 8 malam, dengan bulan yang menyinari langit, dan bintang yang berada di sisinya, serta angin malam yang cukup menusuk kulit manusia.

Seorang gadis duduk di taman halaman rumahnya, melamun dan menatap depan dengan sendu. Ya, itu ialah Aisya.

Tadinya ia mengantar Aidhan yang akan dinner bersama ALECXO GENG yang lain seperti yang diucapkan oleh Aksa tadi, namun hanya sampai halaman rumah saja. Saat Aidhan telah meninggalkan pekarangan mansion tersebut, Aisya bukannya masuk, tapi malah duduk di bangku taman halaman rumahnya.

Dipikirannya terus dihantui overthinking karena Agam. Ia menghela nafas lelah.

"Kenapa lo mau?"

"Karena-"

"Karena lo udah mulai suka sama Nia!"

"Apa-apaan sih, Sya? Lo jangan ngawur gini lah."

"Apa? Lo mau marah sama gw? AYO MARAH! LO UDAH BOSEN KAN SAMA GW?"

"Apa semua cowok kek gini ya? Mereka buang si cewek pas mereka udah bosen? Dengan cara kek gini?"

"Enggak gitu, Sya. Tolong lah ngertiin gue sekali ini aja." Jawab Agam dengan nada tak bersahabat.

Aisya memejamkan matanya kala ia merasa matanya memanas. Sudah dua kali, Aisya merasa dikecewakan. Pertama oleh Iqbal, yang kedua ialah Agam.

"Apa semua cowok itu sama aja? Kalo gw tau akhirnya bakalan kek gini, gw gamau nrima lo jadi pacar gw, Gam." Batin Aisya.

"Heh!" Tiba-tiba seseorang datang mengagetkan Aisya sembari meraup wajah Aisya.

Aisya menatap tajam si pelaku, "Hih! Mama ih! Men raup-raup wajah anaknya aja. Dikira tangannya gak bau apa?" Kesal Aisya.

"Bau apaan? Mama udah cuci tangan abis cebok." Sahut Aqeela.

"Bau duit."

Aqeela merotasikan bola matanya, ia pun duduk di sebelah anak perempuan satu-satunya itu dengan perlahan. Dengan sigap Aisya membantu Mamanya.

"Mama ngapain ikut duduk? Di sini dingin loh." Ucap Aisya yang khawatir pada Mamanya.

"Ya sekarang giliran Mama yang tanya, ngapain kamu di sini? Udah tau dingin, malah di luar." Ujar Aqeela.

Raut wajah Aisya berubah, "Ya pengen aja di sini." Ucap Aisya pelan.

Melihat raut wajah anaknya itu berubah, Aqeela langsung paham anaknya ini sedang tak baik-baik saja. Ia mungkin tidak tau apa yang terjadi, tapi Aisya sangatlah pandai menyembunyikan rasa sedihnya, kecuali jika anak itu tidak kuat lagi untuk menyembunyikannya.

"Ais," Aisya menoleh menatap sang Mama, "Gimana hari ini? Fun or Sad?" Tanya Aqeela.

Aisya terdiam lalu mengalihkan pandangannya, ntah mengapa di depan Mama nya, mata Aisya kembali memanas. Padahal sudah ia tahan sejak tadi, mengapa saat di dekat sang Mama benar-benar menjadi kelemahan Aisya?

"Mama sok bahasa Inggris." Aisya berusaha menahan semuanya.

"Aisya.."

"Udah dong, Ma. Aisya lagi gamau nangis." Kesal Aisya dengan suara bergetar, ia menahan tangisnya.

A G A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang