"Gue udah jelasin sedemikian rupa, terserah lo semua mau percaya atau enggak."Ketiga temannya itu memasang tampang bengong mendengar penjelasan panjang dari Jeanna tadi.
"Lo gak lagi ngedongeng kan Je?" tanya Riko
"Ya enggak lah. Kan gue bilang apa, lo pasti gak bakal percaya!"
"Gue percaya!" balas Sera cepat
"Lo tau Je, kejadian waktu itu di depan gudang sekolah?" Jeanna mengangguk tahu.
Sera menghela napas "Kali ini kejadian lagi."
"What, serius lo?"
"Setau gue, bukannya dia jatuh dari tangga ya?" ujar Kevin.
"Iya, tapi gue liat di tangannya ada bekas gigitan, persis kayak bekas gigitan waktu itu," ujarnya penuh yakin
Jeanna terdiam sebentar, jika memang itu ulah vampir, tentu saja Jeanna tak akan menyangkalnya lagi. Tapi, apa mungkin mereka juga berada di sana?
"Kira-kira siapa yang ngelakuin semua itu ya?"
_____________
"Kenapa lama sekali!" sedari tadi Alaric tak sabaran menunggu Jeanna agar segera keluar dari rumah itu.
"Aku ingin menanyakan satu hal lagi padamu," yah ternyata sedari tadi Alaric dan Stefen tengah mengobrol satu sama lain.
"Apa lagi?" balasnya seraya mendengus kesal.
Stefen menghela napasnya sesaat "Apa kau benar-benar mencintai adikku?"
"Apa perlu aku menjawabnya?" balasnya dengan santai.
"Tentu saja, bagaimana pun aku ini kakaknya. Aku akan sangat khawatir jika adikku merasa tersiksa saat bersamamu."
Ucapan Stefen sukses memancing kemarahan Alaric, namun ia masih mengingat jelas ucapan Jeanna saat sebelum kemari.
'Kau tidak boleh bertengkar atau bahkan berkelahi dengan mereka mengerti? Jika kau melanggarnya aku benar-benar akan marah padamu seumur hidupku!'
Akhirnya ia mencoba menahan emosinya. "Apa kau meragukan ikatan seorang mate? Lalu bagaimana denganmu sendiri?"
Stefen mengerutkan dahinya, ia tak mengerti akan ucapan pria di hadapannya ini.
Alaric mendengus kesal. "Bagaimana perasaanmu kepada wanitamu itu, dasar bodoh!"
Stefen nampak tak terima akan ucapan Alaric, belum sempat ia balas mengatai Alaric, Jeanna tiba-tiba muncul terlebih dahulu.
"Hohoo... kalian tidak bertengkar kan?" ujarnya dengan nada jahil.
"Tidak, kami hanya sedikit mengobrol," jawab Alaric, Jeanna hanya mengangguk percaya.
"Kau sudah selesai bukan? Kalau begitu ayo kita kembali!" ujar Alaric seraya menggandeng lengan Jeanna.
"Tunggu!"
"Apalagi mate?"
"Aku-ingin berbicara dengan kakakku sebentar."
Jeanna memasang raut memohonnya, jika sudah begini tentu saja Alaric tak bisa menolak.
"Baiklah, hanya 1 menit!" Jeanna tampak tak setuju dengan Alaric. "Iya atau tidak sama sekali? Sudah terlalu lama aku menunggumu sejak tadi."
"Ya ya baiklah, 1 menit," ucap Jeanna pasrah, ia pun berjalan ke arah Stefen.
"Aku harus kembali," ucapnya, Olivia dan yang lain mengangguk paham.
"Gue baik-baik aja kok di sana, percaya deh," ujarnya pada Stefen yang masih terlihat tak rela akan kepergiannya.
Stefen menarik Jeanna ke dalam pelukannya, seakan tak ingin melepasnya saat ini juga.
"Bukannya dulu kita gulet mulu ya Kak kalau bareng." Jeanna tertawa di tengah pelukan kakaknya itu. "Dan seharusnya lo gak masalah saat adik lo ini ngejalanin kehidupan baru, kita udah cukup lama terpisah Kak sejak lo sama Olivia." Stefen mengeratkan pelukannya, mungkin ini akan menjadi pelukan terakhirnya.
"I'll miss u so bad. Kakak bakalan kangen sama mulut cerewet kamu itu," ujarnya saat Stefen menyudahi pelukannya.
Jeanna mendengus kesal mendengar perkataan Stefen barusan. "Kalau gitu aku pamit." Jeanna melambaikan tangannya kepada Stefen dan yang lain.
"Sering-seringlah main kemari Je,"
"Atau mungkin sesekali..." Tatapan tajam Alaric membuat Victoria mengoreksi ucapannya.
Mereka berdua pun pergi meninggalkan Stefen dan yang lain, berjalan ke dalam hutan. Jeanna hampir meneteskan air matanya saat Stefen memeluknya tadi, namun sebisa mungkin ia tahan agar kakaknya itu tak khawatir.
Selama di perjalanan mereka berdua hanya diam tak bersuara, tentu saja karena Alaric yang sangat irit berbicara. Jeanna juga malas untuk memulai pembicaraan, namun sesekali dirinya melirik ke samping untuk melihat raut pria itu.
"Kenapa?"
"Apanya yang kenapa?" seketika langkah Alaric terhenti.
"Ada apa mate? Sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu," kenapa pria ini selalu tau tentang isi kepalanya.
"Aku..." Alaric terus menatap Jeanna dengan lekat, menunggu jawaban yang keluar dari mulut gadis itu.
Lagi-lagi tatapan Alaric membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
"Jangan menatapku seperti itu!" ujar Jeanna tak jadi melanjutkan kata-katanya barusan, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Alaric terkekeh melihat raut wajah Jeanna yang terlihat seperti salah tingkah.
"Kenapa kau selalu menghindari tatapanku? Apa aku menakutkan?" tanya Alaric dengan jahil.
'Bukan menakutkan, tapi tatapanmu itu bikin jantungku jedag-jedug gak karuan bambang!'
"Kenapa aku harus takut denganmu?!" Jeanna tertawa sumbang.
"Kalau begitu tatap aku, dan katakan apa yang ingin kau katakan!" ujarnya dengan serius.
'Pake ditantang segala! mana bisa bang...'
Alaric meraih bahu Jeanna, ia menarik tubuh gadis itu untuk berhadapan dengannya. Tinggi Jeanna yang sebatas dagunya membuatnya harus sedikit menunduk untuk melihat raut wajah gadis itu.
Ia meraih dagu Jeanna agar gadis itu menatap ke arahnya, Jeanna benar-benar gugup karena perlakuan Alaric. Tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya, Alaric yang melihat akan hal itu malah terfokus pada bibirnya saat ini.
"Apa kau segugup itu hingga kau menggigit bibirmu?" ujar Alaric dengan suaranya yang berat, Jeanna semakin salting dibuatnya.
"Hah? A-aku tidak gugup!" wajah Jeanna benar-benar panas, oh apakah wajahnya ikut memerah?
"Apa kau sakit mate? Wajahmu benar-benar merah saat ini."
Benar saja!
Jeanna langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia berpaling dari hadapan Alaric, melanjutkan jalannya dengan cepat mendahului pria itu. Tak peduli jika ia akan tersesat nantinya, yang penting untuk saat ini Jeanna tak ingin dekat dengan Alaric.
Berdekatan dengan Alaric membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Pria itu memang berbahaya untuk kesehatan jantungnya, bisa-bisanya ia mempermainkan dirinya seperti tadi.
»Jangan lupa Vote & Komennya ya, thx u
{ 03-08-22 }

KAMU SEDANG MEMBACA
Switch Over
FantasiJeanna yocelyn, sosok gadis manis yang sangat ceria dan tak pernah kenal takut. Saat ini Jeanna tengah menempuh pendidikannya di sekolah menengah atas. Namun Jeanna harus berhenti menempuh pendidikannya begitu saja, ketika orang tuanya harus pindah...