Bag 50. Kekecewaan

15.2K 1.1K 57
                                        

Tandain kalau ada typo ya guys :)


"Ada apa gerangan kemari?"

Jeanna menghempaskan tubuhnya pada sofa, kini ia dan juga ketiga temannya itu tengah berada di rumah Sera.

"Jahat banget gak ngajak gue main!" ujar Jeanna dengan nada marah.

"Gue kira lagi berduaan sama si ayang."

Jeanna berdecih, "boro-boro, tiga hari gak ada kabar, gak tau tuh cowok ngilang ke mana."

"Lah, emang dia gak ngasih kabar? Chat gitu," ujar Sera lagi.

"Enggak!"

"Nih kayaknya ya, kalau menurut versi kita sebagai cowok, bisa jadi si doi ada main sama yang baru Je. Iya kan Vin?" ujar Riko memprovokasi.

Kevin ikut mengangguk, "atau bisa jadi sudah mulai bosan." Mereka berdua pun menggeleng seraya berdecak.

"Lo berdua mending diem! Jangan bikin orang makin panik!" Sera melempar bantal sofa ke arah dua lelaki itu.

Sedangkan Jeanna tampak terdiam, ucapan kedua temannya itu membuat perasaan Jeanna resah. Apa mungkin Alaric seperti itu? Tapi tidak mungkin! Jeanna sangat yakin jika Alaric tak mungkin melakukan hal demikian!
_______________

Sudah seminggu lebih tak ada kabar dari Alaric. Jangankan menemui Jeanna, memberinya kabar lewat chat pun tak pernah. Jeanna menggeram kesal, sepertinya kali ini ia harus membuang jauh gengsinya.

Sore ini Jeanna memutuskan untuk menemui Alaric di kediamannya. Ia pun mengganti bajunya dan turun dari kamarnya, Jeanna mengambil kunci mobil milik papanya dan berjalan keluar rumah.

"Kau mau pergi ke mana Je?" tanya Olivia yang kini berada di teras rumahnya.

"Menemui seseorang." Jawabnya singkat.

"Sudah membuat keputusan?"

Jeanna menghentikan langkahnya, ia berbalik ke arah Olivia. "Untuk soal itu--"

"Kau harus cepat-cepat membuat keputusan Je, aku tau itu sulit tapi kau harus bisa memutuskannya. Aku tak mau kau menyesal nantinya."

Ucapan Olivia membuat Jeanna tersadar, mungkinkah hal itu yang membuat Alaric tak kunjung menemuinya? Pria itu pasti tengah menunggu keputusan dari Jeanna.

Jeanna pun mengangguk, "baiklah, aku akan memutuskannya sekarang!" ujarnya penuh yakin.

Olivia pun tersenyum lega saat mendengar jawaban dari Jeanna. Jeanna segera menaiki mobilnya, sepertinya kini saatnya bagi Jeanna untuk memutuskan pilihannya. Dengan penuh yakin, Jeanna melajukan mobilnya menuju kediaman Alaric.

Jeanna segera memarkirkan mobilnya di lantai basemant, bergegas keluar dari mobil dan berlari ke arah lift. Jeanna menghentakkan kakinya tak sabaran saat menunggu lift sampai pada lantai di mana apartemen Alaric berada. Dan akhirnya pintu lift pun terbuka.

Ia segera berlari ke arah apartemen Alaric, sesampainya di depan pintu, Jeanna menekan Bell hingga berkali-kali. Namun pintu itu tak juga terbuka, ia memutuskan untuk menelpon Alaric. Lagi-lagi panggilannya tak juga diterima, perasaannya mulai tak tenang, Jeanna berpikir sesaat, mungkin Bella mengetahui keberadaan Alaric.

Tapi bagaimana cara Jeanna menghubungi Bella? Ia bahkan tak punya nomor gadis itu. Jeanna mengutak-atik ponselnya, ia pun memutuskan untuk menelepon seseorang.

"Halo Ra! Jadi gini, gue sekarang ada di depan apartemen Alaric tapi kayaknya dia gak ada di dalam, gue mau nanya ke Bella tapi gue juga gak punya kontak dia, kira-kira gue mesti gimana ya Ra?" ujar Jeanna dengan nada panik.

Switch OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang