Bag 27. Hukuman

24K 1.9K 26
                                        


Tak ada satu pun yang berani membuka suara saat ini, kecuali Jeanna. Ia tak begitu menghiraukan kedatangan Alaric, ia hanya ingin berlatih memanah apa itu salah?

“Untuk apa kau datang kemari? mengganggu kegiatanku saja!” ujarnya dengan nada tak suka.

Alaric tersenyum sinis, gadisnya itu benar-benar keras kepala. “Apa kau tak mengerti ucapanku?”

Jeanna mendengus kesal, tangannya masih setia memegang busur dan juga anak panah.

“Cepat letakkan benda itu dan masuk ke dalam!” entah sudah berapa kali Alaric mengatakan hal itu namun Jeanna tetap tak menghiraukannya.

Para warrior yang melihat itu hanya bisa diam tak berani berbuat apa-apa, begitu pun dengan Glory ia sedikit menyesal telah menceritakan hal tentang perang kepada Jeanna.

Karena sifatnya yang sangat penasaran, jadilah Jeanna pergi menemui Edward dan meminta untuk mengajarkannya memanah. Karena pria itu tak mau mengajarkan dirinya, alhasil Jeanna berlatih sendirian dengan dalih Alaric yang meyuruhnya.

Jeanna tak tahu apa yang telah dilakukannya itu dapat menyulut kemarahan Alaric, Ingin rasanya Glory membawa Jeanna masuk ke dalam kastil agar amarah sang Alpha tak semakin membesar.

“Jeanna!”

“Aku hanya ingin latihan memanah, lagi pula aku bosan terus berada di dalam sana!” Alaric menggeram tertahan, gadis itu benar-benar menguji kesabarannya.

Ia mendekat ke arah Jeanna berniat mengambil benda tersebut yang terus Jeanna pegang sejak tadi. Seakan tahu apa yang akan dilakukan Alaric, Jeanna mundur sambil menyembunyikan busur dan anak panah tersebut di belakang tubuhnya.

“Berikan benda itu!”

No!” Alaric mencoba meraih benda tersebut dari tangan Jeanna.

“Berikan, selagi aku masih memintanya secara halus.”

“Kubilang TIDAK! aku hanya ingin berlatih saja apa itu salah?”

Karena tak tahan lagi akan sikap gadis itu, akhirnya Alaric merebut paksa benda tersebut dari tangan Jeanna.

“Kau ini, apa-apaan aku tidak mau- Aww…” Jeanna meringis, tanpa diduga ujung anak panah yang runcing itu menggores telapak tangannya.

Ia terus mengibas tangannya karena rasa perih. Alaric yang menyadari akan hal itu langsung melempar benda tersebut kesembarang arah, ia menarik tangan Jeanna yang terluka.

“Kenapa kau keras kepala sekali, ini yang kutakutkan!” pria itu merobek pakaiannya sendiri lalu mengikatkannya pada telapak tangan Jeanna agar darahnya tak keluar terus menerus.

Jeanna meringis menahan rasa perih saat tangan Alaric tak sengaja menyentuh lukanya. Setelah selesai menutup lukanya, pria itu tiba-tiba mengangkat tubuhnya.

“Kenapa kau menggendongku, yang terluka itu tanganku bukan kakiku.”

“DIAM!” bentaknya, mulut Jeanna seketika terbungkam. Ia akui saat ini Alaric terlihat menakutkan, dengan rahang yang mengeras dan mata yang semakin menatapnya tajam.

Sebelum melangkahkan kakinya ke dalam kastil, Alaric berucap. “Kalian semua yang berada di sini, kupastikan mendapat hukuman. Termasuk kau Edward!”

Betanya itu hanya bisa menghela napas pasrah, lagi-lagi ia akan menjadi pelampiasan amarah sang Alpha.

____________

Lagi-lagi Alaric membawanya ke kamar, apa tidak ada tempat lain selain kamar? Padahal tempat ini sangat luas.

Switch OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang