Tandain kalau ada typo ya guys :)
Pagi ini Jeanna dan Alaric tengah bersiap menuju bandara, dua jam lagi pesawatnya akan lepas landas. Ia terus menatap Alaric yang sedang fokus mengemudi. Saat Alaric menengok ke arahnya, Jeanna langsung membuang pandangannya ke samping.“Kenapa?”
Jeanna menggeleng. “Tidak ada,” wajah Jeanna seketika memerah saat mengingat kejadian semalam, hal itu juga membuat Jeanna merasa canggung saat ini.
Ia masih tak menyangka jika statusnya kini sudah berubah, menjadi istri dari Alaric chaiden darker. Alaric yang mengetahui isi pikiran Jeanna pun terkekeh.
“Sepertinya kau tidak bisa melupakan yang semalam ya?” wajah Jeanna semakin memerah, bahkan kini ia merasakan panas pada wajahnya.
“Tidak!” selanya, ia melirik ke sana-kemari untuk menghindari tatapan Alaric. “Kenapa kita berhenti?” tanya Jeanna mencoba mengalihkan topik.
“Tentu saja karena kita sudah sampai,” Jeanna menatap ke arah samping, rupanya ia sudah sampai di bandara.
Merasa tak sanggup ditatap Alaric seintens itu, Jeanna pun melepaskan seat beltnya buru-buru. Namun benda ini tak juga terlepas, membuat Jeanna memaki di dalam hati. Tiba-tiba Alaric mencondongkan tubuhnya ke arahnya dan mengunci pergerakannya. Jeanna reflek memundurkan kepalanya saat wajah Alaric semakin mendekat.
Ketika jarak mereka hanya beberapa senti lagi, suara ketukan pada kaca mobil membuat Jeanna memalingkan wajahnya dengan cepat. Alaric pun menjauh dari hadapan Jeanna, sebelah tangannya kini tengah melepas seat belt yang menghalangi tubuh Jeanna.
Jeanna pun segera turun dari mobil, ia mencoba mengatur napasnya agar detak jantungnya kembali normal.
“You okey?” tanya Bella dengan dahi yang berkerut.
Jeanna mengangguk, “ya, tentu saja!” ia tersenyum kikuk ke arah Bella, membuat gadis itu menatap aneh ke arahnya.
“Baiklah, sekitar satu jam lagi pesawatmu akan lepas landas. Kau sudah memastikan semuanya, kan?” tanyanya lagi.
“Sudah!” jawab Jeanna penuh yakin.
Bella pun segera membawa Jeanna untuk segera masuk menuju terminal bandara, disusul Alaric yang kini berjalan di belakangnya sambil membawa koper. Saat Jeanna tengah berjalan masuk, tiba-tiba suara teriakan seseorang menghentikan langkahnya. Ia pun membalikkan tubuhnya, mencari asal suara tersebut.
“JEANNA WAIT!”
“Sera?”
“Please, tunggu–sebentar...” Ucapnya terbata-bata karena lelah akibat berlari. “Ini, lo pasti lupa bawa ini kan?” Sera menyerahkan powerbank ke arahnya.
Jeanna baru teringat soal benda ini, tentu saja ini cukup penting baginya. Ia pun mengambil powerbank dari tangan Sera.
“Makasih ya Ra, untung lo ngingetin gue.” Sera mengangguk. Tanpa Jeanna duga, Kevin dan Riko pun datang ke bandara, mereka berdua berjalan ke arahnya.
“Je, gue boleh peluk lo buat yang terakhir kali gak?” tanya Kevin dengan raut sedihnya, Jeanna menatap ke arah Alaric untuk meminta izin, namun pria itu diam tak memberi jawaban.
Seakan tak peduli Alaric, Jeanna merentangkan tangannya ke arah ketiga temannya. “Kita saling peluk!” ketiga temannya itu langsung menghambur ke arahnya. Hingga suara deheman Alaric membuat Jeanna melepaskan pelukannya.
“Sesekali gue bakal pulang ke rumah kok,” ujar Jeanna saat mata Sera mulai berkaca-kaca.
“Janji ya? Setiap bulan ya Je!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Switch Over
FantasyJeanna yocelyn, sosok gadis manis yang sangat ceria dan tak pernah kenal takut. Saat ini Jeanna tengah menempuh pendidikannya di sekolah menengah atas. Namun Jeanna harus berhenti menempuh pendidikannya begitu saja, ketika orang tuanya harus pindah...