Oke, jadi setelah menelisik kisah percintaan keempat sepupu yang lumayan rumit, mari kita beralih ke waktu di mana mereka berempat latihan.
Iya, mereka punya grup. Jadi kayak girl grup koriyah. Kadang mereka malah nge-band.
Hiyahiya.
Ada Nakyung, Lia, Winter, Chaeryeong dan Jiwon—temannya Nakyung dan Chaeryeong.
Jiwon pemegang bass, Nakyung dan Winter sebagai pemegang gitar, Lia pemegang keyboard, sementara Chaeryeong pemegang drum.
Chaeryeong suka gebuk orang, makanya dia belajar main drum. Mirip kayak band dei siks kan ya 😎.
Tapi kadang-kadang dia juga memegang gitar, bass atau keyboard. Jadi kalau malas memukuli drum, dia bisa memilih memainkan alat musik apa.
Itu jika mereka nge-band, mereka juga biasanya cover dance girl grup atau boy grup koriyah.
Paling sering sih cover NCT Dream, Straykids, ATEEZ sama Treasure.
Nah, saat ini mereka berlima sedang berada di sebuah studio.
Mereka memainkan satu lagu karena gabut dan baru saja menyelesaikannya. Jiwon sedang duduk bersandar di tembok, Nakyung duduk di belakang drum sambil sesekali memukulnya, Lia masih berdiri di belakang keyboard sambil memainkan ponsel, sementara Winter dan Chaeryeong sedang rebahan di lantai sambil sesekali terkikik.
Sebenarnya Nakyung itu heran. Yang kembar kan Lia dan Winter, tapi kenapa Winter lebih dekat dengan Chaeryeong?
"Guys, kita dapet undangan nge-band di salah satu kafe." Lia tiba-tiba berujar.
"Kapan?"
"Di kafe ABCD. Malming besok, kalian bisa kan?"
"Bisa, lah. Kita kan jomblo."
Lia meringis mendengar sahutan Chaeryeong. "Mau bawain lagu apa?"
"Maniac."
"Glitch Mode!"
"Darari!"
"Guerrilla!"
"Lonely St."
"Beatbox!"
"Jikjin!"
"Halazia!"
"Haduh, kalian nggak usah ngadi-ngadi, deh." Lia pusing sendiri. "Kita mau nge-band, bukan mau ngedance."
"Kapan-kapan ngedance, yuk." ajak Winter. "Udah lama nggak ngedance."
"Ayo aja!"
"Iya-iya, kita pikirin ngedance nanti. Kita mau bawain lagu apa?"
"Sweet Chaos!" Winter berseru.
"Nggak ada yang versi Inggrisnya." Jiwon mengeluh.
"Mending Congratulations atau You Were Beautiful atau Zombie aja." Chaeryeong memberi saran.
"BOLEEHH!" Ini Nakyung yang berteriak.
"Ya udah, berarti Arley bawa drum, ya."
"Tapi gue males mukul drum."
"Lah ..."
***
Penampilan mereka berjalan lancar malam itu. Tepuk tangan dan suara siulan menggema, semakin membuat suasana meriah.
Karena pegang drum, Chaeryeong cuma kebagian "Uh whoa~" aja.
Tapi gak apa, dia gak perlu repot-repot latihan nyanyi.
Jiwon tersenyum lebar. "Makasih atas apresiasinya, semoga kita bisa ketemu lagi minggu depan di kafe ini!"
Kelima cewek itu membungkuk dan segera pergi dari stage. Alat musik yang mereka gunakan milik kafe, jadi mereka tidak perlu repot-repot membereskannya.
Nakyung dan kawan-kawan segera menemui pemilik kafe. Setelah mendapat bayaran mereka, kelimanya pergi dari kafe.
Tapi sebelum keluar dari kafe, Lia dapat melihat Minho dan pacarnya yang tengah bersenda gurau.
Niatnya nge-band untuk menghilangkan beban, tapi dia malah jadi galau.
"Ngeliatin siapa, sih?" Winter tiba-tiba berada di sampingnya. "Oh ... Mas Reno sama Maura." Dia melihat sang kakak angkat bersama dengan sang pacar. "Duh, kasian banget kembaran gue. Sabar, ya."
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Lia menyukai Minho.
Lia menghela napas. "Kenapa gue nggak bisa move on dari Mas Reno, ya?"
"Soalnya kalian ketemu terus. Tinggal satu rumah juga. Gimana bisa move on?" Winter melihat seseorang kemudian melebarkan senyumnya. "Tapi lo bisa move on kalo sering habisin waktu lo sama cowok lain."
"Siapa contohnya?"
"Bian." Winter menunjuk Soobin yang duduk di motor sambil menunduk memainkan ponselnya.
Mereka sudah keluar dari kafe, ngomong-ngomong.
Winter mendorong-dorong punggung Lia. "Sana pergi sama Bian. Have a nice malming!"
Lia terkikik melihat tingkah Winter. Kakinya perlahan melangkah ke Soobin. "Bian?"
Soobin mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. "Udah selesai nge-bandnya?"
"Lo tau gue nge-band?"
Soobin mengangguk. "Dikasih tau Wina tadi. Ayo, kita malmingan."
Berbeda dengan Lia dan Soobin, Nakyung dan kawan-kawan sedang berjalan menuju tempat parkir dengan tenang.
Sebelum akhirnya Nakyung melihat motor Renjun yang terparkir di sana dengan sang pemilik motor yang sedang melamun.
Nakyung menatap kawanannya. Bingung ingin menghampiri Renjun atau tetap bersama para kawanannya.
"Samperin aja, Sen. Kasian ngelamun gitu. Nanti kesurupan." Jiwon bersuara.
Nakyung mengangguk kemudian menghampiri Renjun. Menoel-noel pundaknya sampai Renjun hampir terjatuh dari motornya. "Asem. Kaget gue!"
Yang diumpati hanya cengengesan. "Ngapain di sini?"
"Jemput lo. Katanya lo nggak ada tumpangan. Ya udah gue ke sini. Nanti sekalian bantuin gue beliin kado buat temen, ya."
"Gas aja gue mah, yang penting ada sogokan."
Renjun mendengkus. Cowok itu menyerahkan helm pada Nakyung yang diterima si cewek. "Ya udah iya, terserah lo."
"Asiiik!" Nakyung dengan segera menaiki motor Renjun. Menepuk-nepuk pundak cowok itu sambil berujar, "Let's gooo!"
Jiwon, Winter dan Chaeryeong menatap kepergian dua sejoli tersebut. Yang tertua menatap dua sepupu itu. "Um, maaf ... gue udah dijemput pacar gue juga ... kalian nggak apa-apa gue tinggal, kan?"
Chaeryeong tersenyum. Dan Winter mengangguk. "Santai aja, Kak Dhea. Kita bisa pulang bareng, kok."
"Ya udah kalo gitu ... gue duluan, ya!"
"Iya! Bye-bye!" Winter dan Chaeryeong melambai-lambaikan tangannya.
"Yah ... kita berdua lagi, Ar." Minjeong berujar.
"Mau gimana lagi? Cuma kita berdua yang nggak punya gebetan."
"Bener, sih." Winter mengalungkan tangannya di lengan Chaeryeong yang segera dilepas oleh sang empunya lengan. "Ke mall, yuk!"
"Ngapain?"
"Cuci mata."
"Lo tuh ya, cuci mata terus."
"Jadi mau, nggak?"
"Ya udah ayo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu
FanfictionCuma cerita sehari-hari Minho, Nakyung, Lia, Winter, Chaeryeong dan Sunoo sebagai sepupu. Juga tentang kehidupan asmara keenamnya. lokal!au