23 - rumah sakit

98 15 0
                                        

Gerombolan yang berisi 4 orang berbeda gender itu terlihat berlari dengan rusuh di lorong rumah sakit.

Dan setelah drama yang terjadi, akhirnya mereka sampai di sebuah kamar biasa yang diisi oleh 4 bangsal, salah satunya diisi oleh Nakyung yang disebelahnya ada Lia yang duduk menjaga.

Pintu terbuka dengan pelan, keempatnya masuk dengan tenang dan berjalan menuju bangsal Nakyung.

"Oh? Udah dateng." Lia meletakkan ponsel yang tadi dimainkannya. "Bentar lagi buka, mau keluar?"

"Kak Sen gimana?"

Lia menatap Nakyung yang masih tak sadarkan diri. "Bisa ditinggal, kok. Dia masih dibawah pengaruh obat bius. Ayo keluar."

Dan berakhir mereka duduk berjajar di salah satu meja yang ada di kantin rumah sakit. Tadi Winter dan Chaeryeong pergi ke minimarket dan membeli beberapa makanan ringan juga air mineral.

Di kantin rumah sakit memang ada air mineral, sih. Cuma dua bocah itu berjaga-jaga jika kehabisan.

Di meja sudah ada 3 cup mi instan yang baru diseduh, dua bungkus keripik kentang, satu porsi soto ayam, satu porsi sop iga dan empat gelas teh hangat.

Iya, cuma empat. Soalnya Chaeryeong tidak suka teh hangat, jadi dia meminum air mineral.

"Berdoa dulu, habis itu baru makan." perintah sang sesepuh.

Mereka pun berdoa, setelahnya membatalkan puasa karena sudah masuk waktu maghrib.

"Senna ... kok bisa kecelakaan? Lo kenapa bisa di sini?" Minho kembali bersuara.

Lia menatap gelasnya yang masih mempunyai dua pertiga teh hangat, kemudian menatap sekeliling. "Senna ditabrak mobil, gara-gara ngebut. Motornya nggak terlalu rusak, tapi yang punya jadi nggak sadarkan diri. Gue ditelpon sama yang bawa Senna ke sini, bilang kalo dia kecelakaan."

"Aih ... itu anak, awas aja kalo udah sadar. Gue omelin. Padahal udah dibilangin jangan suka ngebut. Bandel banget." Chaeryeong menggerutu.

"Udah-udah, makan dulu aja. Ngomelnya nanti." Winter menengahi. Cewek itu sekarang sudah mengaduk-aduk cup mi miliknya. Mengangkat beberapa mi dengan garpu, membiarkan mi yang masih mengeluarkan asap itu mendingin terkena udara.

Lia dan Sunoo ikut-ikutan mengaduk-aduk cup mi mereka.

Iya, yang beli mi instan adalah Lia, Winter dan Sunoo. Sementara Minho membeli sop iga dan Chaeryeong membeli soto ayam. Kelimanya mulai makan dengan tenang.

Tidak juga, sih.

Mereka buru-buru menghabiskan makanan sambil sesekali mengobrol dan menyomot keripik kentang. Jangka waktu maghrib sebentar, bro. Mereka harus cepat-cepat menghabiskan agar bisa shalat maghrib.

Um ... sebenarnya ada satu orang yang masih leha-leha. Winter, cewek itu sedang kedatangan tamu bulan ini.

"Minta sopnya dong, Mas." pintanya sambil membuka mulutnya, menyuruh Minho menyuapinya.

Minho menurut, menyuapi Winter dengan sesendok penuh yang berisi nasi, daging, sayur dan kuah.

Winter memakannya, kemudian mengunyah dengan tersenyum. "Makasih, Mas." ucapnya ketika selesai menelan.

"Kasih mi-nya, dong." Gantian Minho yang mangap.

Melihat itu, Winter menyuapi Minho dengan mi yang dia miliki.

Lah sekarang dua bocah itu malah suap-suapan.

Lia hanya geleng-geleng. Sementara Sunoo iri.

"Kak Arley, minta sotonya."

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang