36 - pulang kampung part tiga

55 12 1
                                    

"Eh? Arley sama Sean udah sampe?"

Dita, Chaeryeong, Lily, Sunoo dan Haruto yang lagi duduk di depan TV sambil ngemil jajanan di toples menoleh ke pintu utama.

Ada kakek nenek mereka, orangtua Haruto, suami Dita beserta anaknya, tidak lupa ada Junkyu a.k.a kakaknya Haruto.

"ARLEEEYY! SEAAANN! KANGEEENN!" Junkyu langsung berlari, menubrukkan tubuhnya di atas tubuh kakak beradik itu.

Untung saja mereka menjaga keseimbangan, jadi tidak penyet karena ditindih Junkyu.

Mereka membalas pelukan Junkyu sebelum melepaskannya. Sunoo berjalan menuju kakek yang sudah duduk di salah satu sofa kemudian berlutut, sementara Chaeryeong ke nenek.

"Sugeng riyadi, Kakung. Mohon maaf lahir batin,"

"Sugeng riyadi, Yangti. Mohon maaf lahir batin,"

*panggilan buat kakek-nenek

Kakek tersenyum. Kemudian mengelus rambut Sunoo pelan, begitu juga nenek yang mengelus kepala Chaeryeong.

"Sehat-sehat ya nduk, dadi anak sing pinter, rajin ibadah."

Kakak beradik itu mengangguk, lalu berganti tempat.

Setelah bersalam-salaman dengan kakek nenek, barulah mereka minta maaf ke orangtua Junkyu dan Haruto.

"Mohon maaf lahir batin, Om, Tante."

"Sama-sama."

Lalu beralih ke suami Dita.

"Papa, meleka ciapa?" tanya sang anak. Panggil aja Mira.

"Ini Tante sama Om kamu. Kenalan, gih."

Chaeryeong tersenyum kemudian berjongkok di hadapan Mira. "Haloo, nama tante Arley."

Gila, ternyata gue udah jadi tante-tante.

"Nah ini Om Sean." Chaeryeong dengan ganas menarik tangan Sunoo yang masih berdiri agar berjongkok.

Sunoo tersenyum kemudian dadah-dadah.

Mira menatap sang ayah. "Tapi Mila balu liat."

Sang ayah tersenyum kemudian mengangguk. "Iya, Arley sama Sean baru sempet dateng ke sini."

"Ohh gituu." Wajah Mira terlihat berseri. "Mau gendong!" Dia merentangkan tangannya kemudian memeluk Sunoo.

Semua orang yang ada di sana pun tersenyum. Mereka kira, Mira akan susah berinteraksi dengan duo Dionysius.

"Kalian baru sampai atau udah dari tadi?" Om mereka bertanya.

"Barusan, kok, Om."

"Ya udah, istirahat dulu kalian. Lila sama Harry, tunjukin kamarnya."

"Sip!" Lily segera bangkit kemudian memeluk lengan Chaeryeong. "Ayo ke kamaaarr!"

"Mira sama Papa dulu sini, Om Sean mau istirahat."

"Nddak mauuu!" Mira merengek. Tangan mungilnya melingkari leher Sunoo. "Mila mau sama Om Cean!"

Cean? Astoge ... nama gue udah bagus Sean diubah jadi Cean [ceray].

"Nggak papa, Kak Dika." balas Sunoo. "Mira biar sama gue aja. Ayo Har, ke kamar."

Haruto mengangguk kemudian pergi bersama Sunoo.

"Gue ikuuutt!" pekik Junkyu yang mengekor.

"Aku lebih milih Arley sama Sean yang mudik dibanding Mas Stevano." celetuk mama Haruto.

"Ibu juga sebenernya lebih milih Arley-Sean dibanding Stevano." Sang nenek berujar.

Dita tersenyum kecil.

Apapun yang sudah dilakukan oleh ayah Chaeryeong dan Sunoo, tidak akan pernah bisa dimaafkan oleh keluarga mereka.

***

Sudah waktunya Minho untuk kembali ke rumah Genora. Mau tidak mau, dia berpamitan pada orangtuanya.

"Pak, Reno mau pulang. Maaf di sininya sebentar."

Younghyun menoleh. "Loh? Udah mau pulang? Kok cepet banget."

"Iya, besok orangtua angkat Reno pulang."

"MAS RENO MAU PULANG? TERUS GUE SAMA ALI PULANG KE JOGJA NAIK APA?" Jisung baru aja nongol udah teriak-teriak.

Membuat Younghyun melemparinya dengan sandal yang dipakainya.

"Aduh! Kok Bapak lempar sandal ke Aji?!"

"Berisik kamu, Ji."

"Nanti kalo udah mau pulang WA aja, ntar gue jemput." balas Minho. "Ya udah, Reno pulang dulu, ya ... bilang ke Ibu, kapan-kapan Reno bakal ke sini lagi."

"Hati-hati, ya ..."

Minho pun pergi.

"Kamu kok bisa ketemu Reno, Ji?" Younghyun bertanya, penasaran.

"Kebetulan Mas Reno sepupunya Arley." Jisung keceplosan. Dia menutup mulutnya sambil melirik takut-takut ke bapak.

Dan benar saja, wajah bapaknya udah kayak bulan gosong. "Hayooo~ Arley siapa hayooo."

"Temen kok."

"Yakin temen doang?" Younghyun menusuk-nusuk pipi sang anak dengan jari telunjuknya. "Kok pipinya merah?"

"Aihhh, Bapak!" Jisung ngambek.

Younghyun tertawa. "Kalo pacaran jangan sampe kelewat batas, ya. Bapak nggak mau punya cucu dulu."

"Yang bilang Aji pacaran siapaaa?!"

***

"Senna! Ada Echan sama Jeffrey, nih!" teriak Tzuyu dari bawah.

Nakyung mengerang sebal.

Kan dia sudah bilang untuk jangan kemari lagi pada Haechan, tapi kenapa cowok itu malah ke sini? Sambil bawa kakaknya lagi.

Nakyung kan kadang suka khilaf kalau lihat Jaehyun.

"Senna!"

Brak!

Pintu kamarnya dibuka dengan kasar. Nakyung melempar bantal pada Haechan yang membuka pintu.

"Berisik! Pergi sana! Gue mau tidur!"

"Aelah, galak amat. Ada Bang Jeffrey tuh." Haechan masuk ke kamar, diikuti Jaehyun.

"Emang kenapa kalo ada gue?"

"Senna kan fan-"

Buagh!

Sebuah bantal kembali melayang ke arah Haechan.

"Diem lo!" sungut Nakyung. "Lagian ngapain ke sini, sih? Gue udah bilang kemarin jangan ke sini, loh!"

"Jangan galak-galak, atuh." kata Jaehyun. Cowok itu duduk di samping Nakyung. "Nanti Juna ilfeel."

Nakyung melotot. Dari mana Jaehyun tahu soal Renjun?!

"Kok ... lo tau ... Juna?"

Jaehyun menunjuk Haechan dengan dagunya. "Dikasih tau itu, tuh."

"EHSAAANN! SINI LOOO!" Nakyung berlari mengejar Haechan yang tiba-tiba keluar kamar.

Cowok itu tertawa keras. "Maap, Sen. Mulut gue kan ember bocor."

Tzuyu yang melihatnya hanya geleng-geleng.

Memang ya, dua bocah itu tidak akan pernah akur.

Apa dia nikahkan saja mereka berdua agar akur?

"Tante Juwi, haloo."

Tzuyu menolehkan kepalanya. Melihat Renjun yang masuk.

Tidak jadi deh menikahkan Nakyung dengan Haechan.

Kan ada Renjun.

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang