48 - firasat buruk

62 15 0
                                    

"Sennaaa, uuuuuu! Nuga meonjeo johahamyeon eottae! Sennaaa! Uuuuuu!" Haechan bernyanyi sambil joget-joget.

"Apaan sih lo, cicak gepeng?!" sungut Nakyung yang sedang dalam mood yang tidak baik.

Ini masih jam enam pagi masalahnya, Nakyung baru saja akan tidur kembali ketika ponselnya berdering dan Haechan bilang jika ia sudah berada di depan kos.

Siapa yang tidak bad mood, coba? Nakyung itu sudah lelah setelah mencoba mengerjakan skripsinya semalam. Mumpung hari ini dia tidak ada jadwal bimbingan, jadi niatnya Nakyung akan tidur sampai siang nanti. Tapi eh tapi ... malah diganggu satu makhluk astral ini.

"Galak amat." komentar Haechan kemudian duduk di sebelah Nakyung.

Mereka ada di kamar kos Nakyung, ngomong-ngomong.

"Kenapa ke sini?" Nakyung bertanya.

"Ah, itu. Gue sama Bang Jeffrey mau balik. Mau pamitan sama lo."

"Balik hari ini?"

Haechan mengangguk. "Yoi, nanti jam sembilan. Bang Jeffrey masih di hotel, ngambil koper."

"Terus lo ngapain ada di sini, bocah?" Nakyung berdecak. "Kenapa nggak bantuin Bang Jeffrey aja?"

"Bang Jeffrey nyuruh gue ke sini, sekalian beli sarapan katanya." jawab Haechan. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di kasur Nakyung. "Gue kayaknya bakal kangen lo, deh, Sen."

"Ya, gue emang ngangenin."

"Bodo. Nggak denger gue." Haechan mendengkus. "Lo nggak bakal kangen gue?"

"Bodo. Nggak denger gue." Nakyung membalikkan kata-kata Haechan.

"Plagiat lo."

"Bukan, itu namanya copas."

"Sama aja, jones!"

"Kalo mau ngatain orang ngaca dulu, dong!"

"Enak aja! Gue nggak jones, ye! Gue jopy! Jomblo happy!"

"Spesies dari mana, tuh? Merkurius?" tanya Nakyung dengan wajah menyebalkannya.

Tok, tok!

"Senna! Nyabu, yok!" ajak seseorang yang mengetuk pintu.

"Astaghfirullah, Senna! Lo pakai sabu?!" pekik Haechan tidak percaya. Ia duduk, lantas mencengkram erat pundak Nakyung dan menggoyangkannya.

Ceklek!

Pintu terbuka, menampilkan Lia yang baru saja datang. "Eh, loh, ada Echan toh? Halo!"

"Wah! Elo dalangnya!" tuding Haechan. "Nggak nyangka gue, Na." katanya, seolah-olah menjadi pihak yang paling tersakiti.

Lia mengernyit. "Ngomong apaan sih, lo?"

Jari telunjuk Haechan menunjuk-nunjuk Lia. "Lo ngajak Senna ke jalan yang nggak baik! Gue bilangin ke Tante Juwi, ya!"

"Ya Allah, salah paham lo, Chan ..." balas Nakyung yang lemas karena pusing menderanya setelah Haechan mengguncangkan tubuhnya dengan kuat.

"Nggak usah bela orang yang salah, ya! Ina ngajak lo pake sabu, masa iya dibela?! Mana ngajaknya pagi-pagi gini!"

Kening Lia mengernyit lebih dalam. "Pakai sabu?"

"Iya! Tadi kan lo ngajak Senna nyabu!"

Lia menepuk jidatnya.

"Nyabu itu nyarap bubur, bego."

***

Sudah seminggu semenjak Junkyu dan kawan-kawan berada di sini. Dan inilah saatnya mereka untuk pulang.

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang