32 - lebaran, waktunya mudik!

60 12 4
                                    

Minho menghentikan mobilnya di depan halaman sebuah rumah. Jisung dan Felix segera turun, mereka berjalan masuk ke dalam rumah tersebut.

Melupakan eksistensi Minho.

"Assalamualaikum! Ibu! Bapak! Aji sama Ali pulaaaangg!" Jisung berteriak.

"Waalaikumsalam ... pulang naik apa kalian?" Sang ibu bertanya.

"Naik mobil." jawab Felix. Dia tersenyum. "Ada orang yang mau Ali tunjukkin ke Ibu sama Bapak! Bapak di mana?"

"Oh, bapakmu ..."

"Waheng!"

Terdengar suara bersin dari luar. Dan setelahnya terlihatlah sosok bapak yang mereka cari dan Minho yang berjalan di belakangnya.

"Bu! Delok iki! Ono Reno! Iseh ileng ora?"

(Liat nih! Ada Reno! Masih inget nggak?)

"Reno?" Sang ibu menatap Minho tidak percaya. "Raden Putra Reno?"

Minho tersenyum kemudian mengangguk. "Ini Reno, Bu."

Setelahnya cowok itu merasa tubuhnya terhuyung ketika mendapat pelukan dadakan dari sang ibu. Bapak tersenyum kemudian ikut berpelukan.

"Kamu udah sebesar ini, ya ... dulu waktu kamu diadopsi masih kecil ingusan."

Si kembar menahan tawa.

Minho memelototinya.

"Kamu kok bisa ke sini?" Bapak melepas pelukannya.

"Bisa dong." Sang anak sulung kembali tersenyum. "Orangtua angkat Reno keluar kota, jadi Reno ke sini deh."

"Terus saudaramu?"

"Mereka bolehin, kok." Jeda sejenak. "Ayo masuk! Reno laper!"

***

"Mamaaa!" Nakyung berlari masuk ke dalam rumah. Dia baru saja sampai di rumahnya bersama Renjun.

Mereka kan tetangga.

"Ehh, Senna." Tzuyu menyambut Nakyung dengan pelukan hangat. "Gimana kuliahnya?"

"Baik, Ma. Bentar lagi mau skripsian."

"Ke sini bareng siapa?" Sang mama melepaskan pelukan, celingukan mencari seseorang.

"Bareng Juna." Nakyung berbalik. "Lagi di rumahnya, tuh."

"Ya udah ... kamu istirahat dulu, besok kita mau kunjung-kunjung ke rumah saudara."

"Siap, Ma." Nakyung menarik kopernya. "Kamar Senna masih di tempat yang sama, kan?"

"Masih, lah. Udah sana pergi." usir Tzuyu.

Sang anak mengangguk kemudian segera bergegas menuju kamarnya. Niatnya sih hendak rebahan di kasurnya yang empuk, tapi batal saat melihat sesosok manusia yang sedang menguasai kasurnya.

"Kok lo di sini?!" pekiknya dramatis.

Sosok itu mengangkat kepalanya, menatap Nakyung kemudian mengangguk. "Yoi. Udah pulang, toh?"

"Yang lo liat kayak gimana?" Nakyung berdecak malas. Dia menyeret koper, menaruhnya di samping lemari. "Pergi sana! Hus, hus! Gue mau tidur di sini!"

"Mager. Kasur lo bikin nyaman, Sen. Boleh gak gue ajak pacaran?"

"Sinting."

Haechan tertawa. Cowok itu kemudian duduk. "Sok atuh rebahan."

"Gimana gue mau rebahan kalo lo aja duduk di tengah-tengah kasur, Ehsan Aditya?!"

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang