15 - niatnya hunting street food, tapi kok ...

89 13 0
                                    

"Inaaa, main yuk!" Nakyung berteriak di depan pintu kamar Lia saat jam menunjukkan pukul 15.30.

"Masuk aja, Sen." Suara Lia terdengar dari dalam.

Maka dari itu, Nakyung masuk. Melihat Lia yang sedang duduk di atas kasur, menatapnya.

"Kenapa ke sini?"

"Lupa, ya?" Nakyung menutup pintu. "Lo ngajakin gue beli jajan sekalian ngevlog. Yang jual jajanan pasti bertebaran banyak, soalnya besok udah mau puasa, kan. Btw, nggak kerasa besok udah puasa aja."

"Oh, iya ..." Lia terkekeh. "Ya udah. Tunggu bentar, ya. Gue ganti baju dulu."

"Oke!"

***

Lia itu sebenarnya youtuber. Dia kadang membuat vlog, review makanan, unboxing barang atau tutorial memasak.

Dan kemarin, Lia meminta Nakyung menemaninya berkeliling mencari jajan, sekalian ngevlog. Mumpung hari ini libur, pasti banyak yang jualan jajan sore-sore begini. Ditambah lagi besok puasa, makin banyaklah orang-orang yang berjualan.

Lia sebenarnya mau mengajak Winter, tapi kembarannya itu harus mencari barang untuk nilai praktikumnya. Mau mengajak Minho tapi pasti akan ditolak karena Minho sedang rajin.

Rajin bermalas-malasan kalau kata Nakyung.

Padahal memang iya.

Ingin mengajak Chaeryeong dan Sunoo, tapi ... mereka berdua akhir-akhir ini sedang sibuk. Chaeryeong sibuk mengerjakan tugas sedangkan Sunoo sibuk mengganggunya.

Jadilah Lia mengajak Nakyung.

"Halo, guys!" Lia sudah menyalakan kamera. "Jadi gue sama Senna mau keliling-keliling cari jajanan! Yey!"

"Di daerah gue, nggak ada satu tempat yang isinya semua pedagang kaki lima. Jadi nyebar di beberapa tempat, gitu. Nah, gue sama Senna mau ke beberapa tempat yang banyak pedagang kaki lima!" Kamera menyorot Nakyung yang baru saja memarkirkan motornya.

"Hayu jajan!" ajak Nakyung, bersemangat.

"Kita lagi di jalan xyz, yang deket sawah. Di sini banyaaaaak banget yang jualan makanan!" terang Lia. Cewek itu menggandeng Nakyung.

"Beli es buah, Na." suruh Nakyung.

"Iya. Nanti beli, kok." Kini kamera menyoroti keadaan sekitar —pinggir jalan— yang dipenuhi oleh pedagang kaki lima.

"Itu, Na!" Nakyung menunjuk salah satu stan. "Ada yang jual es buah. Ayo ke sana!" Dia menyeret Lia dengan penuh semangat ke stan yang tadi ditunjuknya.

Dan akhirnya mereka sampai.

"Jual apa, Mas?" Lia bertanya basa-basi.

"Jual es buah, dodol. Udah keliatan ngapain nanya?" Nakyung ngegas.

"Basa-basi, ih." Lia mencubit pelan pinggang sang sepupu.

Sang penjual hanya haha-hihi. "Mau beli berapa Mbaknya?"

"Satu cup berapa, Mas?"

"Nama Masnya siapa? Kok cakep." Nakyung kembali mengaduh saat Lia lagi-lagi mencubit pinggangnya.

"Hehe. Nama saya Kamal. Btw, makasih udah dibilang cakep." Hyuka tersenyum. Membuat Nakyung hampir kesurupan reog jika saja Lia tidak menginjak kakinya. "Satu cupnya lima ribu, Mbak."

"Beli 8 cup, ya."

Hyuka mengangguk kemudian mulai menyiapkan pesanan Lia.

Sementara itu, Nakyung menoleh pada sang sepupu. "Lo ngapain beli 8?"

"Kan buat gue sekeluarga ditambah lo sama Arley-Sean."

"Habis ini ke rumahnya Arley?"

"Iya." Kamera yang dipegang Lia memperlihatkan Hyuka yang tampak serius menyiapkan pesanan. Lia juga sesekali menyorot es buah dan Hyuka yang kata Nakyung terlihat cakep pisan.

"Mal, ada yang beli- eh, ada Jina sama Senna?" Tiba-tiba saja cowok bertubuh jangkung berjalan mendekati Hyuka. Itu Soobin yang baru saja selesai shalat ashar di mushala terdekat.

Lia yang masih memegang kamera mendongak, kameranya juga ikut diangkat. Menyorot Soobin yang memakai peci.

"Iya, Bang. Lo kenal Mbaknya?"

"Kenal. Dia temen satu kampus." Soobin tersenyum kecil. "Beli berapa?"

"Delapan." Nakyung yang menjawab.

Sementara Lia masih melongo menatap Soobin yang entah kenapa terlihat makin cakep ketika menggunakan peci.

Nakyung menyenggol Lia. Membuatnya sadar. Cewek itu menoleh, tetapi tangannya yang memegang kamera masih menyoroti Soobin yang mulai membantu Hyuka menyiapkan pesanan.

"Serius amat ngeliatnya. Bian cakep, ya?" bisik Nakyung, menggoda.

"Apaan, sih." Lia memukul Nakyung pelan. Perlahan, kameranya mulai menyorot Nakyung. "Habis ini mau beli apa lagi?"

"Gue pengen kentang goreng. Ada yang jual gak ya?"

"Ada, kok." Soobin menyahut. "Ada yang jualan kentang goreng sama cimol di perempatan."

"Gue kira nggak ada yang jual kentang di sini." Lia bergumam.

Soobin terkekeh. Dia menyerahkan plastik yang berisi delapan cup es buah. "Totalnya empat puluh ribu."

Lia mengeluarkan satu uang berwarna biru. "Kembaliannya ambil aja, ya."

"Eh? Beneran, Mbak? Sepuluh ribu banyak, loh? Bisa buat beli kentang goreng 2 plastik?" Hyuka melongo.

"Nggak apa-apa. Semoga laris, ya, es buah kalian! Kita duluan, ya!"

"Hati-hati." Soobin melambaikan tangannya pada Lia dan Nakyung yang mulai menjauh.

"Pacar lo, Bang?" Hyuka tiba-tiba bertanya.

"Hah?" Yang ditanya menatap Hyuka. "Oh, engga."

"Kalo gitu boleh gue deketin?"

"Heh!"

***

Nakyung dan Lia kembali motoran. Di gantungan motor sudah ada beberapa plastik makanan. "Mau ke mana lagi, Na?"

"Ke GOR, yuk. Biasanya kan banyak tuh pedagang kaki lima yang jualan di sekitar sana."

"Tapi, Na." Suara Nakyung kembali terdengar. "Kira-kira, kita mau beli apaan di sana?" Motornya mulai berbelok menuju arah GOR.

"Beli yang kayak biasanya aja. Ada leker, kan? Kita beli itu sama cilor maklor, deh."

"Oke!" Nakyung langsung semangat mendengar kata maklor dan leker.

Leker yang dijual di GOR benar-benar *chef kiss.

Tak lama kemudian mereka akhirnya sampai di GOR. Nakyung memarkirkan motornya, kemudian menghampiri Lia yang sudah menunggunya di seberang.

"Gue yang pegang kamera aja. Lo yang direkam." katanya.

"Oh, ini." Lia menyerahkan kameranya. "Jangan lupa ditekan tombol on-nya. Awas aja kalo lupa ditekan kayak kejadian dulu." ancamannya membuat Nakyung terkikik.

"Siap. Hayu hunting street food!" Nakyung menyalakan kamera. Layaknya seorang profesional, cewek itu dengan penuh semangat menyoroti keadaan sekitar yang penuh dengan pedagang kaki lima. Senyum mengembang di wajahnya melihat pemandangan yang berhasil dia rekam.

"Beli leker dulu?"

"Ayo. Mumpung sepi, tuh." Liakyung menuju tempat penjual leker berada.

Beberapa meter sebelum menuju tempatnya, Nakyung menghentikan langkahnya.

Ada Renjun dan Heejin di sana.

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang