45 - senna lupa

40 9 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Chaeryeong sudah berada di dapur. Memasak sarapan untuk para tamunya. Hingga ...

"Ar?"

"Iya?" Chaeryeong menoleh, menatap Junkyu yang baru bangun. "Tumben udah bangun. Kenapa? Nggak nyenyak?"

"Iya ..." balas Junkyu sambil duduk di kursi meja makan. "Harry ngorok, gue nggak bisa tidur dengan tenang."

Chaeryeong terkekeh mendengarnya. "Adek lo itu."

Junkyu menempelkan pipinya di meja makan. "Kalo bisa milih, gue nggak pengen punya adek kayak dia. Minimal Lila atau enggak lo, lah. Bisa dibabuin. Harry kalo mau gue babuin pasti harus adu bacot dulu."

Chaeryeong kembali terkekeh. "Masih ngantuk? Kalo iya, tidur aja di kamar gue. Lila udah bangun tadi. Nanti gue bangunin jam tujuh."

"Hmm ... gue shalat dulu habis itu tidur di kamar lo, ya."

"Iyaa." kata Chaeryeong, kemudian Junkyu pergi untuk shalat.

Dan keadaan kembali hening.

***

"Into the aloooonneee!" Minho bernyanyi nyaring.

"Dieeemm!" seru Winter sambil melempar bantal sofa ke arah Minho. "Berisik!"

"Ah elah, nggak asik lo, Win." kata Minho. Cowok itu menghampiri Winter yang sedang duduk anteng di sofa dan duduk bersamanya.

"Ngapain duduk? Nggak kerja?" tanya Winter, namun matanya masih tetap menatap lurus ke arah televisi.

"Nanti. Belum jadwalnya." Minho berdehem. "Betewe, liat apaan?"

"Berita, tuh ..."

"Pelaku pembunuhan berantai 'Fastca' berhasil ditangkap polisi. Setelah menjalani sidang, pelaku ditetapkan sebagai tersangka utama dalam kasus pembunuhan Fastca ini. Fakta menariknya, hakim yang memimpin sidang merupakan pacar dari si pelaku. Ia mengungkapkan, jika sudah mencurigai sang pacar sebagai pelaku di balik pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi. Dengan bantuan teman-teman detektifnya, ia akhirnya berhasil mendapatkan bukti jika pacarnya bersalah. Nah, di lokasi kejadian ada teman saya yang akan mewawancarai salah seorang yang mengikuti sidang tadi. Silahkan,"

"Wah, udah ketangkep pelakunya?" tanya Minho.

Siapa sih yang tidak tahu pembunuhan Fastca? Salah satu kasus pembunuhan berantai yang membuat pihak polisi kebingungan karena sedikitnya bukti.

"Iya. Gila banget gak, sih? Ternyata pacarnya sendiri itu pelakunya." komentar Winter.

"Tapi, menurut gue, lebih plot twist si pelaku, sih. Dia nggak tau kalo pacarnya itu hakim dari kasusnya, kan?"

"Iya juga, ya ..." Winter bertepuk tangan. "Aaa! Gue jadi ngefans sama si hakim! Siapa sih namanya?"

"Helga Wicaksana. Kayaknya dia temennya Arley, deh."

"Anjir, yang bener? GUE MAU MINTA TANDA TANGANNYA!"

"Winaaa!" peringat Irene. "Jangan teriak-teriak!"

"Maaf, Ma!"

***

"Arleeeyy!"

"Apa?"

Junkyu terlonjak kaget melihat Chaeryeong yang nongol setelah ia panggil. "Eh? Kok rapi? Mau ke mana?"

"Gue mau ngampus dulu. Hari ini satu matkul doang, kok. Habis dhuhur gue udah pulang bawa makan."

"Eh, nggak usahh!" seru Junkyu. "Nanti kita hunting makanan aja, gimana? Lo kan udah sering masakin gue, gue pengen eksplor makanan di sini. Kebetulan juga, kan, gue di Jogja."

Chaeryeong berpikir sejenak kemudian mengangguk. "Ah, gue lupa." katanya ketika teringat sesuatu.

"Lupa apa?"

"Temen gue mau ketemuan. Argh, gimana ini?"

"Ajak aja. Hunting makanan bareng." kata Junkyu sambil nyengir.

"Yakin mau jalan bareng dia?"

"Ya ... emang kenapa?"

Chaeryeong menggeleng kemudian tersenyum. "Enggak apa-apa, sih." Ia berdehem. "Gue pergi dulu, ya. Sean ingetin kalo dia ada jadwal jam setengah sebelas siang."

"Okeee! Semangat, Arley!" Junkyu menyemangati. Setelah Chaeryeong pergi, ia pun segera menuju kamar Sunoo, karena di sana sangat ramai.

"Hayoo, lagi ngapain?" tanya Junkyu sambil menyembulkan kepalanya di celah pintu yang terbuka.

"Lagi main uno, Kak. Mau ikut gak?" tawar Lily.

"Gue nggak bisa main uno ..." kata Junkyu sambil masuk ke kamar Sunoo.

"Nggak apa-apa, liat kita dulu! Nanti paham."

"Hmm ... boleh, deh."

"Ayo, ulang-ulang!" seru Haruto.

"Eits, mana bisa." sela Sunoo. "Kita selesaiin dulu! Biar Mas Ikhsan liat gimana cara kita main dan ngeliat lo kalah, awokawokawok."

Haruto memberengut. "Asem lo, Kak."

Lily ikut tertawa bersama Sunoo. "Ambil dulu, Har. Berapa tadi? 20?" tanyanya sebelum akhirnya kembali tertawa.

"Ish!" Wajah Haruto semakin cemberut.

Sementara itu, Junkyu yang tidak mengerti mereka berbicara apa hanya, "Kalian ngomongin apa, sih?"

***

Saat ini, Nakyung sedang bersama dengan Lia. Dua cewek itu berada di kosan Nakyung.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Nakyung.

"Main. Bosen di rumah. Wina lagi suka nonton TV, Mas Reno sibuk kerja." keluh Lia.

"Wina nonton apaan? Kayaknya NCT lagi nggak tampil di event Indo, deh."

"Wina nggak nonton NCT. Lo ... tau kasus pembunuhan Fastca, kan?"

"Ohh ... pembunuhan berantai itu, ya?"

"Iya. Pelakunya udah ketangkep kan tuh, makanya dia pantengin TV terus."

"Kasusnya emang gila, sih." komentar Nakyung. "Tapi, bagi gue, si pelaku juga kasian. Udah pacarnya jadi hakim yang memimpin sidangnya, eh kakaknya jadi pengacara buat si korban. Nyesek, sih."

"Ya ... mau gimana lagi? Udah takdirnya. Lagian, dia juga udah habisin nyawa orang yang nggak bersalah. Itu setimpal, sih, buat dia."

Nakyung mengangguk membenarkan. "Ya udah, ayo kita main-main." ujarnya. Namun sedetik kemudian, ia teringat ...

"EH, HARI APA INI?"

"Hari Jumat, kenapa?"

"Wanjir!" Nakyung kalang kabut. Ia berlari menuju lemarinya dan mengambil jaketnya. "Sepupu gue mau ke sini hari ini! Aduh ... gue lupaaa! Jam berapa ini?!"

"Jam setengah sebelas. Sepupu lo nyampe jam berapa?"

"Jam sebelas lebih seperempat, njir." Nakyung panik. Masalahnya, dari kos ke bandara itu memerlukan waktu setengah jam, itupun kalau tidak macet.

"Ayo, dah. Gue anter. Gue bawa mobil tadi."

"Gassin!"

***

aloha!

bentar lagi liburan selesai dan aku masih membutuhkan liburan :(

apalagi kemarin, waktu liburanku diambil 3 hari buat ikut kegiatan pelatihan kepemimpinan siswa yang mengharuskan nginep di sekul (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠). padahal aku udah merasa pasif di kelas, tapi tetep aja dipilih sama ketua kelas. punya dendam kesumat ni aku sama dia.

ehm, bercanda 🙏🏻

tapi nggak apa-apa si, aku jadi dapet pengalaman dan dapet ide buat bikin cerita yang latarnya hampir sama kayak pelatihan itu, eheheh (⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

dan iya, kasus fastca yang aku singgung di bab ini adalah salah satu cerita dari projek yang lagi aku bikin.

mungkin segitu aja cerita hari ini (ea), sampai jumpa di lain waktu dan jangan lupa bahagia!

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang