41 - galau

68 11 0
                                    

Lia menggerutu. Dia tidak membawa motor hari ini, Minho tidak bisa menjemputnya karena masih sibuk bekerja, Chaeryeong sakit dan Nakyung tidak bisa dihubungi.

Ingin nebeng ke Soobin tapi cowok itu absen hari ini.

Terus dia harus pulang naik apa, dong?

Masa naik ojol?

Lia tidak membawa uang.

Sepertinya nasib sial menimpanya hari ini. Cewek itu terduduk lesu di bangku halte yang sudah tua.

Kabar-kabarnya sih bangku itu berhantu, sering terlihat penampakan mbak-mbak berambut panjang hingga menutupi wajahnya yang rata dan menggunakan gaun merah darah.

Tapi Lia mana peduli.

Hantu saja takut padanya, kenapa dia perlu takut pada hantu?

Lia menghela napas lelah. Matanya menatap ponsel yang digenggamnya. Haruskah dia menelepon Nakyung sekali lagi?

Dia menekan tombol telepon.

Menunggu sebuah jawaban operator. Nakyung tidak menjawabnya.

Cewek itu tidak punya kuota atau bagaimana, sih? Biasanya kalau ditelepon langsung diangkat.

Positif thinking mungkin ponselnya dijambret.

Lia kembali menghela napas lelah.

"Loh, Jina?"

Yang dipanggil menoleh ke sumber suara. Melihat cowok yang naik motor vespa.

"Beneran lo ternyata. Gue kira tadi hantu anjir."

"Sembarangan." Jeda sejenak. "Lo ngapain di sini?"

"Oh, tadi habis ada kelas. Lo sendiri kenapa nggak pulang malah diem di sini?"

Bukan Soobin apalagi Yeonjun, itu Renjun.

"Nggak ada yang bisa nganterin pulang."

"Kasian ..." Renjun tertawa. "Bareng gue aja."

"Beneran? Nggak ngerepotin?"

"Kalo ngerepotin nggak mungkin gue ajak. Udah ayo naik."

Ragu-ragu, Lia naik ke motor Renjun.

"Gue nggak bakal ngebut kayak Senna, nggak usah khawatir." kata Renjun menenangkan.

"O-oh, oke."

Mereka berbincang ringan selama perjalanan. Sebelum akhirnya Lia melihat dua orang yang dikenalnya sedang duduk di sebuah kafe dekat jendela.

"Eh, itu Senna ... bareng Jeno."

Renjun yang mendengarnya ikut melirik ke arah yang dilihat Lia. Rahangnya mengeras.

Jangan bilang ... Nakyung sudah menemukan orang lain?

***

"Senna."

Yang dipanggil mendongak, menatap Renjun yang memanggilnya. Saat ini dia sedang duduk di kantin bersama dengan temannya. "Kenapa?"

"Ayo ngobrol sebentar."

Lah, mereka kan sudah mengobrol?

Nakyung mengangguk. "Duluan, ya." pamitnya pada sang teman.

"Yoi."

Akhirnya Renjun berdua dengan Nakyung.

"Lo kenapa nggak bisa dihubungi?" tanya Renjun.

Beberapa hari ini dia mencoba menghubungi Nakyung, tapi nggak dibales.

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang