"Sen-Sen, jalan-jalan yuk!" ajak Haechan yang lagi-lagi nyelonong masuk ke kamar Nakyung.
Nakyung baru saja mandi. Untungnya dia sudah pakai baju. Dia hanya mengelus dada. "Mau ke mana?"
"Besok lo udah pulang, kan? Ayo pergi! Di bawah ada Bang Jeffrey sama Selly, tuh!"
"Mau ke mana?" Nakyung mengulang pertanyaannya.
"Nggak tau. Gue kan bukan anak sini."
Nakyung kembali mengelus dada. "Ya terus ngapain ngajak gue jalan-jalan?!"
"Buat kenang-kenangan, lah ... ajak juga tuh si Juna."
"Ke alun-alun hayu." Jaehyun tiba-tiba nongol di balik pintu. "Masih sore, sabi lah di sana sampe malem."
"Kak Sen, ada Kak Juna tuh di bawah." Kini terlihat tubuh Sullyoon di balik tubuh Jaehyun.
"Naaahh! Ayo pergi!" Haechan menarik-narik tangan Nakyung.
"Bentar, ih." Nakyung menepis tangan Haechan. "Gue ganti baju dulu, pergi sana." usirnya.
Dan begitulah ceritanya bagaimana Jaehyun, Renjun, Nakyung, Haechan dan Sullyoon berada di dalam mobil milik Jaehyun.
Jaehyun dan Renjun berada di kursi depan, Nakyung dan Sullyoon di kursi tengah sedangkan Haechan menggelepar di kursi belakang.
Tak lama kemudian Jaehyun menghentikan mobilnya di parkiran. "Udah sampe, turun."
Mereka berlima pun turun. Berjalan mengekori Jaehyun yang berdiri paling depan, persis seperti anak ayam yang mengikuti sang induk.
Jaehyun berhenti. Haechan yang berjalan di belakangnya menabrak punggung lebar milik sang kakak. Mengaduh pelan saat punggungnya juga ditabrak Sullyoon.
"Ngapain berenti, sih, Bang?" protesnya.
Yang diprotes menoleh ke belakang.
"Lah kalian ngapain ngekor di belakang?"
***
"Huhuhu, nggak bisa lebih lamaan lagi di sininya, Sen?" Haechan menangis pura-pura.
Hari ini adalah hari di mana Nakyung akan balik ke Jogja.
"Nggak bisa. Gue udah pesen tiket hari ini."
Tangisan buaya milik Haechan semakin keras terdengar.
Jujur saja, Jaehyun dan Sullyoon sedikit jyjyque melihat saudara mereka yang nangisnya kayak anak kecil yang ketauan ngompol di celana.
"Udah atuh, jangan nangis." Nakyung mengusap punggung Haechan yang memeluknya. "Pas akhir tahun kalo nggak sibuk gue balik ke sini, kok."
"Beneran?"
"Kalo nggak sibuk."
Haechan melepas pelukannya, menatap Nakyung dengan wajah berbinar. Sementara yang ditatap hanya mengernyit jijik melihat wajah sepupunya yang ingusan. "Kalo ke sini lagi jangan lupa oleh-olehnya yaa~"
Jaehyun reflek menoyor kepala Haechan. "Sinting ini bocah."
"Awh! Jahat lo, Bang." kata Haechan sambil meringis. "Pulang jam berapa?"
"Ini mau berangkat." Nakyung menarik kopernya. Berjalan kemudian memeluk Sullyoon. "Lo kok udah tinggi aja, sih? Padahal dulu lo pendek banget. Gue jadi kalah tinggi sekarang."
Sullyoon terkikik dan membalas pelukan Nakyung. "Udah nasib Kak Sen pendek."
"Padahal ortu gue tinggi-tinggi. Kok bisa ya anaknya boncel gini." keluh Nakyung sambil melepas pelukannya. "Baik-baik, ya. Kalo butuh bantuan telpon aja."
Sullyoon mengangguk.
Gantian Nakyung memeluk Jaehyun. Tubuh mungilnya tenggelam di tubuh besar sepupunya. "Baik-baik lo Bang sama Echan-Selly. Dijaga baik-baik mereka. Kalo udah nemu calon jangan kasih kendor. Masa udah tua gini belum ada calonnya."
Jaehyun terkekeh. "Iya-iya. Lo juga baik-baik di sana. Kalo stres mikirin skripsi bisa minta tolong ke gue. Oke?"
Nakyung mengangguk dalam pelukan Jaehyun. Sedetik kemudian dia melepaskan pelukan.
"Senna nggak mau peluk Mama?" Tzuyu yang sedari tadi melihat drama picisan anak remaja pun bersuara.
"Mau, dong." Nakyung segera memeluk sang mama. "Doain kuliah Senna lancar ya, Ma."
"Pasti itu. Hati-hati di jalan, ya. Kalo udah sampe jangan lupa telpon Mama."
"Iya, Ma."
Kini Nakyung ganti memeluk sang ayah yang berdiri kayak 🧍🏻. "Ayaaahh, jangan lupa tiap bulan transfer uang saku Senna, yaaa."
"Minta dislending kamu."
Nakyung terkikik.
Sang ayah melepaskan pelukan. Menangkup wajah Nakyung kemudian tersenyum. "Kalo ada apa-apa jangan sungkan buat telpon Ayah atau nggak Mama, ya. Jangan ngerepotin Ina terus."
Nakyung mengangguk.
"Ke stasiun bareng siapa?"
"Bareng Juna. Orangnya udah di luar, tuh." tunjuk Nakyung pada Renjun yang berdiri di luar.
Sang ayah mengangguk. "Hati-hati."
"Pastinya." Perlahan tapi pasti, Nakyung keluar dari rumah sambil menyeret koper. Berdiri di depan Renjun yang menatapnya. "Ayo pulang."
Renjun tersenyum. "Saya sama Senna pulang dulu, Om, Tante."
"Hati-hati kalian." Tzuyu dadah-dadah.
"Ayo." Renjun menautkan jari-jarinya dengan jari-jari Nakyung.
Tolong ingatkan Nakyung untuk bernapas.
***
"Diem-diem bae jomblo." Minho masuk ke kamar Lia. Di sana ada kembar Genora.
"Dih, kalian aja yang jomblo." sahut yang paling muda.
"Emang lo punya pacar?" Lia bertanya, tapi pandangannya masih fokus pada ponsel.
"Punya, dong." Winter senyum-senyum sendiri.
Minho yang baru akan duduk di lantai pun terjungkal dan Lia segera menolehkan kepalanya ke sang kembaran. "SEJAK KAPAN?!" teriak mereka berdua kompak.
"Uhm ... sehari setelah lebaran?"
Lia memegang bahu Winter. Menatapnya serius. "Sama Jerry?"
Winter mengangguk polos.
"Kok nggak bilang?" Kini Minho bertanya setelah mengelus pantatnya yang sakit akibat terantuk lantai.
"Lupa, hehe." Winter nyengir.
"Akh ..." Lia melepaskan cengkeramannya pada bahu sang kembaran. "PJ jangan lupa!" tagihnya galak.
Minho mengangguk setuju. "Nggak PJ nggak langgeng."
"Ih, kok gitu kalian?!" gerutu Winter.
"Gimana kalo nanti kita ke Malioboro ..." usul Lia. "Senna hari ini pulang, sekalian ajak dia."
"Kita ke Burger Queen!" Minho menimpali.
"Lah, Arley-Sean gimana?" Winter mana bisa melupakan Chaeryeong. Chaeryeong juga satu-satunya orang yang dia beritahu sebelum memberitahu Minho dan Lia.
Mana bisa dia tidak mentraktir Chaeryeong:(
"Kapan-kapan ajak juga ke Malioboro."
"Lah, kalian ikut?"
"Iya, dong!"
"Ditraktir juga?"
"Jelas!"
"Kalian nggak kasian sama duit gue?" melas Winter.
"Ngapain kasian? Senna hari ini pulang, pasti bawain amplop dari Mamanya. Lumayan kan buat traktir." Minho menaik-turunkan alisnya, menggoda sang adik.
"Amplop segitu cuma cukup beli burger satu, ya."
"Sesungguhnya berbagi itu indah."
Ya sudah lah, Winter pasrah saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu
Fiksi PenggemarCuma cerita sehari-hari Minho, Nakyung, Lia, Winter, Chaeryeong dan Sunoo sebagai sepupu. Juga tentang kehidupan asmara keenamnya. lokal!au