44 - tamu tak diundang

66 14 3
                                    

"Tok, tok, tok! Pakeeett!"

"Kak Arley, bukain pintunya dong!" pinta Sunoo yang sedang berleha-leha di depan televisi.

"Gue lagi masak, ya. Lo lagi ngapain gue tanya?" balas Chaeryeong, sarkas. "Mau gue masak sekalian?"

Sunoo tertawa. "Bercanda atuh, Kak. Bentar, Sean bukain." Cowok itu pun berjalan menuju pintu. Baru membukanya beberapa detik, ia kembali menutup pintu. "Maaf, nggak nerima gembel."

"Asem lo, Se! Bukain, nggak?!" Salah satu orang yang ada di luar menggedor-gedor pintu. "ARLEEEYY! SEANNYA NAKAL, NGGAK MAU BUKAIN PINTU!"

"Siapa, Se?" tanya Chaeryeong yang akhirnya memilih untuk menghampiri sang adik.

"Ada tiga gembel di depan pintu."

"Parah. Kukira hubungan kita istimewa, Se." balas suara berat dari balik pintu dengan dramatis.

"Eh? Harry?" Chaeryeong dengan segera membuka pintu. Terlihatlah Junkyu, Lily dan Haruto yang berdiri di luar pintu.

"Emang Kak Arley yang baik, deh! Sean jahat!" kata Lily kemudian memeluk Chaeryeong.

Chaeryeong balas memeluk Lily sebelum akhirnya melepaskannya. "Kalian ngapain tiba-tiba ada di sini? Nggak ngasih kabar lagi."

"Harry udah lulus, Ar." beritahu Junkyu. "Jadi kita ke sini buat merayakan kelulusannya, sekalian refreshing. Gue sama Lila udah titip absen buat seminggu ke depan."

"Oh, gitu ... naik apa?"

"Kereta, gue males nyetir mobil."

Chaeryeong mangut-mangut. "Ya udah, masuk dulu gih. Nanti dikira gembel beneran sama tetangga."

Tiga orang yang dimaksud hanya mengelus dada, tidak berani berkata kasar pada Chaeryeong. Kalau sama Sunoo gas lah.

Pilih kasih, cih.

"Harry rencananya mau kuliah? Kalo iya di mana?"

"Mau sih, Kak." jawab Haruto setelah duduk di sofa. Kakinya ia letakkan di atas sofa, memblokir akses Sunoo untuk duduk.

"Anjer, awas kaki lo!"

"Gak mau, wle." Haruto menjulurkan lidahnya, mengejek Sunoo.

Sunoo berdecih. Lalu ia menghampiri Chaeryeong yang duduk di sofa single. Seperti yang dapat ditebak, Sunoo duduk di sana bersama Chaeryeong.

"Rencana gue si mau kuliah di sini, mumpung ada lo gitu. Buat jurusannya masih bingung sih, gue bingung mau ke jurusan seni atau teknik."

"Kata gue mending lo teknik aja dah." sahut Sunoo. "Lo gak cocok masuk ke jurusan seni."

"Asem!"

Lily melipat kedua tangannya di depan dada. Tubuhnya perlahan-lahan menyandar pada Junkyu yang duduk di sebelahnya. "Kata gue juga mending lo ke teknik aja, Har."

"Bener." Chaeryeong menyetujui. "Kalo dari ketertarikan lo, lo bisa masuk ke teknik lingkungan. Tapi, kalo dilihat dari nilai-nilai lo dulu waktu di SMA, lo mending masuk ke teknik kimia atau teknik fisika. Nilai kimia sama fisika lo waktu di SMA kan bagus, tuh." katanya memberi saran.

"Tuh, dengerin, Har." balas Junkyu yang sekarang sedang menepuk-nepuk kepala Lily yang terlihat mengantuk. Maklum, cewek itu waktu di perjalanan tidak tidur. Ia menemani Junkyu mengobrol, berbeda dengan adiknya yang malah langsung tidur setelah kereta berjalan. Mana pake ngorok lagi. Malu-maluin aja.

"Tapi kalo mau masuk ke jurusan seni juga enggak apa-apa." Chaeryeong kembali bersuara. "Lo suka musik, kan? Bisa tuh masuk ke jurusan Etnomusikologi atau jurusan seni musik."

"Intinya dimantapkan dari sekarang." Junkyu yang berada di seberang sofa pun menepuk-nepuk pundak adiknya pelan.

"Kalo mau nanya-nanya tentang jurusan teknik, sepupu gue banyak yang ngambil jurusan itu." kata Sunoo memberi saran. "Teknik informatika, teknik elektronika sama teknik mesin."

Haruto mangut-mangut. "Oke, makasih sarannya ..."

"... gue masuk ke sastra aja kali, ya?"

DUAGH! BUGH!

"LO KALO NGAJAK BERANTEM NGGAK USAH NGODE, DONG!"

***

Hari sudah malam, saat ini rumah kontrakan Chaeryeong lumayan ramai. Keramaian itu disebabkan oleh tiga bujang yang sedang menonton pertandingan bulutangkis.

"WANJER, DIKIT LAGI DAPET POIN ITU! AAARGHHH!" Haruto berteriak frustasi.

"Kenapa lawannya minta reka ulang, sih?! Kan jadinya nggak dapet poin. Aish!" Sunoo bersungut.

"Tetap tenang, para bocil. Masih ronde pertama." kata Junkyu menyemangati.

"Berisik banget. Ditegur tetangga nanti, loh." Chaeryeong tiba-tiba datang sambil membawa 5 piring. Di belakangnya ada Lily yang membawa magicom ke ruang tengah. Setelah meletakkan barang-barang yang mereka bawa, Chaeryeong dan Lily kembali ke dapur untuk mengambil sayur dan lauk yang sudah dimasak.

Brak!

Junkyu, Sunoo dan Haruto yang sedang menonton televisi dikagetkan dengan pintu yang didobrak. Bukan didobrak, sih ... lebih ke dibuka dengan kasar.

Junkyu dan Haruto saling bertatapan. Mereka sudah berpikiran negatif. Siapa itu? Kenapa membuka pintu dengan kasar? Maling, ya?

Iya, bener. Maling makanan.

"ARLEEEYY, SEAAANN, YUHUUU!" Nakyung yang awalnya bersemangat untuk makan malam tiba-tiba terdiam kala netranya menangkap dua sosok tidak dikenal bersama dengan Sunoo yang sedang duduk lesehan di ruang tengah.

Kayak kenal, deh, yang itu ... Mata Nakyung fokus pada wajah Junkyu.

"Oh! Kalian sepupunya Arley sama Sean, ya? Kenalin, gue Senna. Kelahiran 2000 yang sekarang lagi kuliah teknik informatika tahun keempat. Gue itu orang terkalem yang pernah ada."

"Hilih, orang kalem mana yang masuk rumah bukannya salam tapi malah teriak-teriak?" sindir Chaeryeong yang sudah berada di ruang tengah. Di tangannya ada semangkuk besar soto. Sementara Lily yang berada di belakangnya membawa piring berisi ayam, perkedel dan tempe goreng.

Nakyung nyengir menanggapi sindiran Chaeryeong.

"Nggak nerima gembel, pergi sana." usir Sunoo saat Nakyung akan duduk di sampingnya.

"Jahat banget, nggak gue pinjemin motor nanti."

Iya, Chaeryeong kan tidak punya motor, jadinya Sunoo kalau ingin motoran pasti pinjam Nakyung.

"Idihh, ngambek."

"Bodo." Nakyung menjulurkan lidahnya, mengejek Sunoo. Ia duduk di samping Haruto yang sekarang kembali fokus ke pertandingan bulutangkis yang diputar di televisi.

Chaeryeong menaruh barang bawaannya dan Lily ke lantai, kemudian ikut duduk. Bedanya, ia duduk di samping Junkyu yang sedang ngemil. "Oh iya, kenalin. Ini Mas Ikhsan, kalo yang di samping lo Harry. Yang cewek sendiri namanya Lila."

"Hemlo, guis!" kata Nakyung bersemangat. "Gue udah kenalan kan tadi. Diinget-inget ya nama gue!"

"Halooo." Junkyu membalas sapaan Nakyung. "Lo kelairan taun 2000, kan? Gue juga loh."

"Azek, gue nemu yang satu line lagi." kata Nakyung senang. Ia mengambil piring lalu kembali berkata, "Oh iya, sepupu gue juga mau dateng ke sini."

"Mau tinggal di mana mereka? Kosan lo?" tanya Chaeryeong sambil menaruh nasi di tiap piring. "Sayur sama lauknya ambil sendiri, ya."

"Nggak, lah. Ya kali di kosan gue. Ntar mereka bakal nginep di hotel. Eh iya, nanti kita jalan-jalan bareng, ya!"

"Gas lah."

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang