53 - bertemu

48 12 0
                                    

Chaeryeong melenguh pelan sebelum akhirnya berusaha untuk membuka matanya. Kedua matanya berkedip berulang kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Oh, dan juga untuk memastikan orang yang tertidur di sampingnya.

"Loh, Sean?" katanya terkejut, lalu segera duduk. Sedetik kemudian ia menyesali perbuatannya, karena kepala Chaeryeong jadi terasa sangat pusing.

Sunoo yang mendengar sebuah suara perlahan membuka matanya. Ia menatap sang kakak yang terduduk sambil memejamkan matanya dan memegangi kepalanya. "Kak, pusing?" tanyanya pelan.

"Lo kenapa ada di sini?"

Sunoo yang awalnya hendak mengangkat tangannya untuk mengelus kepala Chaeryeong jadi mengurungkan niatnya. Ia menatap Chaeryeong sebelum akhirnya menjawab, "Kak Aji bilang kalo Kakak sakit."

Chaeryeong diam.

"Kakak ... ketemu Ayah sama Kak Kenan di sini?" lanjut Sunoo dengan suara pelan.

"Tahu dari mana?"

"Kak Aji yang bilang."

Ah ... Chaeryeong menghela napas. Dasar Jisung, tidak bisa menjaga rahasia. Padahal Chaeryeong sudah memintanya untuk tidak mengatakan hal itu pada siapa-siapa.

Ceklek!

"Ha— eh, Arley udah bangun!" seru seseorang yang kalau tidak salah, seingat Sunoo namanya Yira. "Gimana keadaan lo?" tanyanya sambil meraba dahi Chaeryeong. "Udah nggak terlalu panas," gumamnya.

"Udah lumayan enakan, kok, Ra." balas Chaeryeong sambil tersenyum.

Yira a.k.a Yiren ikut tersenyum. "Ini pasti efek karena Udah didatengin adek lo, ya?" ujarnya, kemudian tertawa kecil.

Chaeryeong hanya tersenyum tipis sambil melirik Sunoo yang juga menatapnya.

"Udah malem, mau makan dulu?"

"Boleh,"

"Okee, ayo keluar!" ajak Yiren. "Temen-temen pasti seneng liat lo udah baikan. Terutama si Aji. Dia tiap hari keliatan lemes letoy kayak belum dikasih asupan gizi yang cukup, tahu, Ar." ceritanya.

Chaeryeong menanggapinya dengan tawa. Ia segera turun dari kasur, kemudian menoleh ke arah Sunoo. "Ayo keluar."

***

"Di sini sampe kapan, Mas?" tanya Jisung pada Minho. Saat ini, mereka berdua sedang bersantai di teras sambil menikmati sejuknya angin malam dan memandangi hamparan pohon jati yang terlihat menyeramkan di malam hari.

"Gue cuti dua hari. Tadi habis pulang kerja langsung ke sini setelah lo telepon."

"Oh, berarti pulangnya masih dua hari lagi?"

Minho mengendikkan bahunya. Ia menyamankan posisi duduknya di kursi teras. "Gue ngikut Sean aja, sih." balasnya. "Oh iya, Ji ... lo tahu ayahnya Arley ke sini buat ngapain?"

"Kurang tahu sih, Mas. Tapi, ayahnya Arley datengnya nggak sendirian, kok. Bareng cowok, kalo nggak salah namanya Kenan." kata Jisung. "Terus ayahnya Arley ngobrol-ngobrol gitu sama kepala desa."

"Rumahnya kepala desa di mana?"

"Di deket masjid. Kenapa? Lo mau ke sana, Mas?"

"Ya ... buat mastiin."

"Ngopi, Lur." celetuk seseorang yang baru saja ke teras. Itu Jaehyuk yang membawa secangkir kopi dengan putung rokok di tangan yang satu.

"Rokoknya dikurangi, Jeff. Lo tuh anak kedokteran tapi ngerokok mulu." nasihat Jisung.

"E bujet. Lo anak kedokteran?" tanya Minho kaget.

"Hehehe," Jaehyuk cengengesan. "Kedokteran gigi, sih, lebih tepatnya." lanjutnya sambil duduk di sebelah Jisung.

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang