Karena author sudah bingung mau ngetik apalagi dan lebaran sudah berlalu, jadi kini Chaeryeong dan Sunoo sudah balik lagi ke Jogja.
Dan hari ini, entah kenapa kepala Chaeryeong pusing. Padahal dia tidak makan yang aneh-aneh tadi kemarin.
Akibatnya Sunoo kelabakan. Mau memasak untuk sang kakak tapi dia tidak bisa masak.
"Nggak apa-apa." Chaeryeong bersuara. "Gue makan nanti siang aja, Wina katanya mau ke sini sambil bawa makanan."
Sunoo menggigit jarinya. "Mana bisa gitu! Kakak harus makan. Apa Sean cariin bubur ayam aja?"
"Nggak usah, Se. Percuma makan, ntar gue muntahin."
Ya sudah, Sunoo menyerah berdebat dengan Chaeryeong. Dia duduk di samping Chaeryeong yang rebahan di kasur. Meraba kening kakaknya, merasakan panas yang tidak manusiawi.
"Kakak kenapa bisa sakit gini, sih? Tadi malem tidur jam berapa?"
Chaeryeong berpikir. "Jam setengah tiga, mungkin ...?" jawabnya tidak yakin.
"Tuh, kan! Udah dibilangin berapa kali buat nggak tidur kemaleman, hah?" omel Sunoo. "Bangun jam berapa?"
"Jam lima."
"Pantesan sakit." Sang adik mendengkus. "Udah Sean bilangin, boleh begadang tapi nggak boleh lebih dari jam satu. Kasian badan Kakak."
Chaeryeong tersenyum. Mendongak kemudian mengelus rambut Sunoo. "Gue nggak apa-apa. Cuma ngedrop. Jarang-jarang kan gue sakit, biasanya lo mulu yang sakit."
"Harusnya bersyukur dong kalo sehat terus!"
"Iya, bersyukur. Tapi kan kalo sakit dosanya berguguran, lah gue jarang sakit."
Haish, terserah Chaeryeong saja deh. Sunoo benar-benar capek berdebat jam tujuh pagi.
***
"ARLEY! SEAN!" Winter berteriak keras sekali. Dia panik saat diberitahu jika sepupunya sakit.
Masalahnya Chaeryeong itu jarang sakit, sekalinya sakit biasanya parah. Makanya dia khawatir.
Winter menerobos masuk ke kamar Chaeryeong. Melihat Sunoo yang bermain ponsel sambil mengelus rambut Chaeryeong yang tertidur.
"Idih-idih, gue teriak kenceng banget gak kedengeran." sungut Winter.
Sunoo mengalihkan pandangannya. Kemudian melepas earphone yang dipakainya. "Ya maap, pake earphone." Dia turun dari kasur, berjalan mendekati Winter. "Bawa apaan?"
"Gue bawa ayam geprek-"
"LO GILA, YA?"
"TAPI ARLEY YANG NYURUH!"
"KOK DITURUTIN?"
"KALO ORANG SAKIT KAN HARUS DITURUTI KEMAUANNYA!" Winter menetralkan napasnya yang ngos-ngosan karena ngegas. "Gue juga bawa Aji."
"HAH?"
Winter menendang tulang kering Sunoo. Cowok itu berkata hah tepat di wajahnya. Masalahnya, mulut Sunoo itu bau karena belum sikat gigi.
Eww.
"Udah sana turun, ngobrol sama Aji. Gue sama Arley." Winter mendorong-dorong punggung Sunoo agar keluar dari kamar Chaeryeong. Setelahnya menutup pintu kamar dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara brak!
Sunoo pun ke ruang tamu, melihat Jisung yang duduk anteng di salah satu sofa.
"Ngapain ke sini?" sinisnya.
Jisung mengernyit. Niatnya baik untuk menjenguk Chaeryeong, kenapa sang adik malah sinis?
"Mau jenguk Arley. Tadi ketemu Wina, katanya dia sakit."
"Aji ke sini juga?" Suara serak milik Chaeryeong mengalihkan atensi keduanya.
Melihat Chaeryeong yang datang ke ruang tamu dengan wajah bantal dan Winter yang mengekor.
"Iya, hehe." Jisung nyengir. "Kata Wina lo sakit, makanya gue ke sini. Jenguk lo."
Chaeryeong mengangguk.
"Lo beneran ngedrop biasa, kan?" Winter bertanya heboh.
"Iya, Win. Tanya lagi gue usir lo."
Tapi ya yang namanya Winter mana mempan diberi ancaman seperti itu. Makanya dia kembali bertanya, "Nggak mau periksa ke dokter aja? Siapa tau lo kena DBD lagi-"
"Doain gue yang jelek-jelek lo." Chaeryeong mendengkus.
"Nggak gitu!" Winter menggeleng cepat. "Siapa tau kan, Ar. Lo jarang sakit, sekalinya sakit malah penyakit serem-serem."
"Emangnya Arley pernah sakit apa?" Jisung yang penasaran pun bertanya.
"Gini-gini, dia tuh pernah kena tipes, DBD, Corona, pernah kena leukimia juga tapi untungnya masih stadium awal makanya bisa diatasi." jelas Winter dengan bersemangat.
Wow.
Jisung terperangah.
Chaeryeong pernah terkena leukimia?
Tidak tahu saja dia, jika Chaeryeong juga punya riwayat penyakit mental.
***
Setelah dari rumah Chaeryeong, Winter pergi ke salah satu kafe.
Mau ngapel sama pacar ceritanya.
Di sana sudah ada Jaemin yang duduk di pojokan, jadi dia ke sana deh.
"Udah lama? Maaf, ya. Tadi gue ngurus Arley dulu." kata Winter saat duduk di depan sang pacar.
"Nggak apa-apa." Jaemin meletakkan ponselnya. "Arley gimana? Cuma sakit biasa, kan?"
Jadi Jaemin sudah tahu kalau Chaeryeong lebih sering sakit yang mematikan daripada sakit biasa.
Diberitahu siapa?
Ya Winter, lah. Dia kan suka curhat tentang para sepupunya pada Jaemin.
Winter mengangguk. "Untungnya iya. Tadi gue ajak pergi ke dokter susah bener. Gue khawatir kalo dia lagi-lagi kena DBD. Sekarang lagi musim pancaroba kan."
"Nggak apa-apa, jangan terlalu dipikirin." Jaemin menggenggam tangan Winter yang berada di atas meja. "Nanti malah sakit sendiri. Berdoa dan positif thinking kalo Arley emang sakit biasa, ya?"
Winter mengangguk lesu. "Udah pesen?"
"Udah, lo juga udah gue pesenin kok. Tunggu pesenannya dateng aja."
"Oke deh."
Hening.
Winter fokus pada ponselnya, masih merecoki Chaeryeong untuk menyuruhnya istirahat dan jangan bermain ponsel.
Lah, kalo dia mengirim pesan pada Chaeryeong terus-terusan kan sama aja dia tidak membiarkan Chaeryeong istirahat ...
Sementara Jaemin menatap wajah serius Winter sambil tersenyum.
Ah, senang sekali dia dapat memilikinya.
Tapi tatapan matanya tiba-tiba teralihkan pada sepasang cowok-cewek yang duduk tidak jauh dari tempat duduknya dan Winter.
"Loh, itu Jeno. Sama sepupu lo, tuh." beritahu Jaemin.
"Sepupu gue siapa?" Winter bertanya walaupun tatapan matanya masih terpaku pada ponsel.
"Senna."
"What?!" Winter balik menatap objek yang ditatap sang pacar.
Benar, di sana ada Jeno dan Nakyung yang mengobrol sambil tertawa.
"Lah, udah move on dari Kak Juna ternyata ..."
Bagus, deh.
***
alohaaa. lagi fokus ngetik ceritanya arley, maaf ya aku jarang update 🙏🏻
kemungkinan juga aku bakal hiatus lagi sekitar satu sampai dua minggu soalnya PAS mau dimulai (╯︵╰,)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu
FanfictionCuma cerita sehari-hari Minho, Nakyung, Lia, Winter, Chaeryeong dan Sunoo sebagai sepupu. Juga tentang kehidupan asmara keenamnya. lokal!au