25 - sebuah obrolan

70 15 0
                                        

Dan benar saja, Jeno juga kawanannya —Hyunjin, Jaemin, Beomgyu dan Taehyun— sampai di rumah sakit tak lama setelah itu.

Masuk ramai-ramai ke dalam kamar yang ditempati Nakyung sambil membawa buah dan beberapa makanan ringan lain.

Dan, ya.

Sepertinya Winter memulai perang dunia ketiga.

Bagaimana tidak?

Minho memiliki hubungan yang kurang baik dengan Hyunjin, Renjun dengan Jeno, dan Chaeryeong dengan Taehyun.

Benar-benar memicu perang.

"Bisa bicara berdua?" Adalah kata-kata yang diucapkan oleh Minho, Jeno dan Taehyun.

Jadilah keenam orang itu keluar, menyisakan Lia, Nakyung, Jaemin, Winter, Beomgyu dan Sunoo.

Keadaan hening sebelum tawa Jaemin pecah.

"HAHAHA!" Cowok itu menunjuk-nunjuk Nakyung yang menatapnya bingung.

"Bocah prik."

Jaemin mengusap sudut matanya yang berair. "Ngakak banget. Gue kudu mengabadikan momen ini." katanya sambil mengeluarkan ponsel dan memotret Nakyung beberapa kali.

"Heh! Ngapain lo?!" Nakyung berusaha menggapai ponsel Jaemin.

Jaemin mengangkatnya tinggi-tinggi. "Nggak bisa, wle." Dia menoleh ke Sunoo yang terlihat melamun. "Se, lo nggak mau unggah wajah buluknya Senna yang sekarang keliatan makin buluk ke akun lamtur?"

"Hah?" Sunoo berkedip. Menatap layar ponsel Jaemin yang menampakkan potret Nakyung yang memang terlihat lebih buluk dari biasanya. "Boleh, sih. Tapi ntar kamarnya Kak Sen jadi rame gara-gara banyak yang jenguk."

"Gak apa-apaa. Emang kayak gitu. Namanya solidaritas, tau."

***

Minho menyunggingkan senyum tipis pada Hyunjin yang berdiri di hadapannya. Tubuh Minho menyender pada dinding di belakangnya. "Gimana lo sama Maura?"

"Um ..." Jujur, keadaan ini sangat canggung bagi Hyunjin. Cowok itu menggaruk tengkuknya. "Baik, Kak. Kenapa?"

Minho menghela napas. Menegakkan badannya kemudian melangkah mendekati sang lawan bicara. Hingga tidak ada jarak lagi di antara keduanya, dia sedikit mendongak karena Hyunjin lebih tinggi darinya.

"Gue emang nggak masalah kalo Maura sama lo. Tapi yang gue permasalahin adalah kalian main belakang. Padahal waktu itu gue masih jadi pacarnya."

"Gue nggak main belakang sama Maura." bela Hyunjin. Ia sedikit menunduk, menatap mata yang lebih tua.

Minho mencengkeram kerah kemeja Hyunjin. "Gue tau semua yang kalian lakuin di belakang gue. Lo kira gue nggak tau pas kalian ngedate di bioskop? Gue juga ada di bioskop yang sama." Ia terkekeh sinis. "Padahal gue udah ngajak Maura nonton satu minggu sebelum gue ketemu kalian. Tapi apa? Dia bilang nggak bisa karena di hari itu ada kerja kelompok. Nyatanya ..."

Hyunjin menelan ludahnya gugup.

Kenapa Minho sangat menyeramkan?

"... nyatanya Maura nggak kerja kelompok, tapi malah ngedate sama lo."

"Itu kerja kelompok, Kak. Ada tugas buat menganalisis film."

"Lo kira gue nggak tau jurusan lo apa? Lo bukan dari jurusan sastra."

"Maura minta ditemenin-"

"Kenapa dia minta ditemenin lo? Kenapa bukan gue?"

Hyunjin diam.

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang