Nakyung melihat Renjun dan Heejin yang juga berada di sana. Renjun tertawa sementara Heejin tersenyum lebar.
Ia tersenyum kecut.
Lia juga melihatnya, dia menatap sepupunya. "Mau beli maklor dulu?"
Belum sempat Nakyung menjawab, tiba-tiba Renjun memanggilnya.
"Eh, Senna!"
Kampret. Eh astaghfirullah.
"Nggak usah. Beli leker dulu aja." Dengan kamera yang masih menyala di tangannya, Nakyung kembali melangkah. Dia tersenyum setulus mungkin. "Halo Juna, Jihan."
"Halo!" Kamera yang dipegang Nakyung merekam Heejin yang tersenyum lebar. Manis sekali.
Pantes aja Juna suka.
Eh? Yakin kalau Renjun beneran suka Heejin?
"Ah, mungkin lo belum tau gue. Gue Senna-"
"Tau, kok." Heejin memotong. "Juna sering cerita tentang lo ke gue."
Eh?
"Kalo gue Jina." Lia tiba-tiba nimbrung. Dia mengambil alih kamera yang dipegang Nakyung, kemudian mulai merekam pedagang leker yang sedang memasukkan leker ke dalam plastik.
"Juna Jina? Nama kalian kembar." Heejin nyengir.
"Hehe, iya." Lia menoleh sebentar, kemudian tersenyum.
"Mas, ini lekernya. Totalnya dua belas ribu." Sang penjual menghampiri Renjun dan menyerahkan plastik yang berisi enam leker beraneka rasa.
"Oh, iya. Ini uangnya." Renjun memberikan uang pas. Setelahnya cowok itu menggandeng Heejin. "Kita duluan ya Ji, Sen. Hati-hati kalian."
Nakyung menatap kepergian keduanya.
Kok sakit, ya?
"Mbaknya mau beli apa?" Pedagang itu bertanya.
"Mau beli rasa coklat kejunya 3, tiramisu 2, red velvet 1, coklat kacang kejunya 2."
"Tunggu sebentar, ya."
***
Nakyung bad mood.
Setelah membeli leker, Lia mengajaknya membeli cilor maklor. Sambil duduk —menunggu, keduanya berbincang.
"Lo beneran mau move on dari Juna, Sen?"
"Iya, lah." Yang lebih tua menjawab. "Buat apa nyimpen perasaan buat orang yang bahkan nggak anggep perasaan kita nyata buat dia?"
Lia menghela napas. "Lo bener-bener yakin? Nanti digombalin Juna langsung kesurupan?"
"Ih enggak!" Nakyung memukul lengan sepupunya pelan. "Sejak kapan gue kalo digombalin dia kesurupan?!"
"Sejak dulu."
"Ish!" Sebal, akhirnya Nakyung membuang muka.
Tapi dia malah melihat sesuatu yang w o w.
"Na! Na! Na!" Cewek itu memukul pundak Lia berulang kali.
"Nggak usah teriak gue juga denger, ih. Kenapa?"
"Ada Wina tuuuh!" tunjuk Nakyung pada cewek yang berada di stan telur gulung. Di sampingnya ada sesosok cowok bertubuh tinggi. "Sama siapa, tuh?"
"Yakin itu Wina? Tadi dia bilang mau beli peralatan, loh. Kok bisa di sini?"
"Lah, mana gue tau?"
"Permisi, Mbak ... ini udah jadi. Cilor lima ribu sama maklor sepuluh ribu pake bumbu pedas manis." Pedagang cilor maklor menghampiri keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu
FanfictionCuma cerita sehari-hari Minho, Nakyung, Lia, Winter, Chaeryeong dan Sunoo sebagai sepupu. Juga tentang kehidupan asmara keenamnya. lokal!au