27 - cantik

80 11 0
                                    

"Lo di mana?"

Lia tiba-tiba mendapat telepon dari sang kembaran saat baru saja sampai di stan Soobin.

"Kenapa?"

"Mau ke sana! Lo tau kan hari ini Mama lagi bikin kue makanya kabur?!"

"Heh, nuduh!" Lia ngegas. "Ada di jalan xyz."

Winter yang mendengarnya mengernyit. "Lo beli jajan?"

"Nggak, bantuin temen."

"Ya udah, gue ke sana."

"Ngapa-"

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Winter. Membuat Lia berdecak kesal.

"Kenapa?" Soobin tiba-tiba datang sambil membawa satu wadah besar es buah.

"Oh? Nggak apa-apa." Lia mendekat, mencoba membantu Soobin membawa es buah. "Gue bantuin."

Mendengarnya membuat Soobin terkekeh. "Nggak usah, Ji. Gue bisa sendiri, kok."

Ji.

Soobin masih saja memanggilnya Jina. Padahal menurut Lia, mereka sudah cukup dekat jika Soobin memanggilnya Ina.

Lia mundur, membiarkan Soobin meletakkan wadah di atas meja. "Lo kenapa manggil gue Jina mulu?"

"Emang nama lo Jina, kan?"

Lia berdecak. "Gue kira kita udah deket ..." Dia menunduk.

Mendengar suara Lia yang tiba-tiba berubah membuat Soobin menolehkan kepala padanya. "Loh, kenapa kok sedih?"

Yang ditanya menggeleng sambil memukul pundak yang lebih tinggi. "Lo nggak tau kenapa sepupu-sepupu gue manggilnya Ina bukan Jina?"

"Nggak, kenapa?"

"Soalnya kami deket!" Lia memajukan bibirnya. "Gue kira kita udah deket." ulangnya.

"Oh ..." Soobin terkekeh, secara tidak sengaja menampilkan lesung pipinya. Membuat Lia yang awalnya mau marah jadi tidak bisa. "Mau dipanggil Ina juga? Ya udah, mulai sekarang gue panggil Ina."

Lia tersenyum lebar, Soobin juga.

Begitu terus hingga tiba-tiba sebuah teriak membuat mereka terlonjak.

"INAAA- LOH ADA KAK BIAN JUGA?"

Dan menemukan Winter yang berdiri di depan stan. Wajahnya yang semula terkejut menjadi bulan gosong seperti ini; 🌚.

"Bantuin temennya tuh Kak Bian, ya? Aduduh kasian masih temenan~" godanya kemudian terkikik.

Lia kemudian memukul pundak Winter pelan. "Heleh, kayak lo sama Jerry nggak temen aja."

"Temen kok." Winter tersenyum manis. "Temen hidup."

***

Nakyung sudah diperbolehkan pulang dua hari yang lalu. Cewek itu untuk sementara tinggal di rumah Chaeryeong, menempati kamar kosong.

"Arleeeyy!"

"Apa?" Chaeryeong menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

Yang memanggil tersenyum lebar. "Hehehe. Besok gue puasa, ya? Gue udah mendingan! Kaki gue juga udah nggak sakit kok!"

"Ya udah terserah. Kalo besok tambah parah bukan tanggungjawab gue, ya."

Setelahnya Chaeryeong pergi, meninggalkan Nakyung sendiri di kamar. Cewek itu mengambil ponsel dan menyalakan. Membuka aplikasi WA dan melihat beberapa pesan yang belum terbaca.

juna jelek
dimana? (2)

jenjenong
lo dimana? (5)

Para Pencari Cuan
inana🐒: habis maghrib gue ke... (15)

Yah, cuma itu.

Tapi seenggaknya Nakyung ada yang ngechat xixixi.

Para Pencari Cuan (6)

15 pesan belum terbaca

mas reno 🤡
| oi oi oi
| senna gimana

sean sableng
| ya gitu, mas

wina koplak
| "ya gitu" gimana maksud lukh
| kayak arley aja lukh

harley 🔪
| apaan lukh

wina koplak
| 😑

inana🐒
| oh iya..
| waktu itu kan ga jadi bukber,
  mau bukber di rumah arley
  gak?

mas reno 🤡
| |\|GG4|<
| ada senna di sana

sean sableng
| translate : nggak
| wasem lo, mas. gue bilangin
  ke kak sen nanti

inana🐒
| :)
| habis buka gue ke rumah
  arley ya

jenjenong

5 pesan belum terbaca

| sensen
| lo dimanaa
| gue udah tau lo keluar dari
  rs, tapi lo nggak ngasih
  tau ada dimana
| lo nggak ada di kos. gue
  mau jenguk nih
| lo dimana?

ada di rumahnya arley. lo |
tau rumahnya kan? 
kalo mau jenguk sini atuh |
sekalian bawa buah tangan |
ya 😉😉 

| hidih
| yaudah ntar malem ke sana

juna jelek

2 pesan belum terbaca

| lo udah keluar rs? kok nggak
  ngabarin
| di mana?

di rumahnya arley |

| otw

Lah ... Nakyung mengernyit membaca balasan Renjun.

Kenapa cowok itu tiba-tiba otw?

"KAK SEN! ADA TAMU, NIH!" Suara menggelegar milik Sunoo terdengar.

"SIAPA?"

"SAHA IEU ..." Jeda sejenak sebelum Sunoo kembali berteriak. "KAK JUNA!"

Nakyung jadi panik. Kok Renjun cepat sekali sampai?

Ceklek.

"Lo ... ngapain di sini?" tanya Nakyung dengan wajah cengo.

"Mau jenguk lo." sahut Renjun sambil masuk ke dalam kamar yang ditempati Nakyung.

"Jangan ditutup pintunya!" Teriakan yang berasal dari Chaeryeong membuat Renjun membalas dengan teriakan juga.

"Iya! Lagian ngapain juga gue nutup pintunya?!"

"Gak usah teriak!"

"NGACA!"

Setelahnya tidak ada balasan lagi. Membuat Renjun memutuskan untuk masuk, kemudian duduk di lantai. "Kabar lo gimana?"

"Baik, kok. Cuma kepala gue beberapa kali nyut-nyutan."

"Kaki lo?"

"Udah mendingan, kok. Gue juga besok kayaknya bakalan puasa sama masuk."

Renjun menghela napas. "Jangan maksain. Kesehatan lo lebih penting."

Nakyung mengangguk. "Gue gak paksain, kok. Kaki gue emang udah mendingan."

"Apa nggak mau nunggu sampe bener-bener sembuh?"

Mendengarnya membuat Nakyung menggeleng. "Nggak mau. Sumpek gue di sini. Ya walaupun ada Arley sama Sean, tapi tetep aja gue suntuk kalo di kamar ini mulu ..."

"Padahal lo dulu rengek-rengek minta biar bisa absen satu minggu."

Nakyung cengengesan.

"Oh, iya." Renjun mendongak, menatap Nakyung yang juga menatapnya. "Kok nggak ngasih tau gue kalo udah keluar dari RS?"

Nakyung meringis. "Lupa. Hp gue waktu itu diambil sama Sean."

Renjun bangkit, secara perlahan berjalan ke arah Nakyung. Ia membungkuk untuk melihat dengan jelas wajah cantik Nakyung yang terlihat sedikit pucat. Dia merapikan anak rambut Nakyung yang mencuat dan menyelipkannya di belakang telinga. Setelahnya Renjun tersenyum.

"Lo cantik."

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang