26 - nongki

55 18 1
                                    

"Ar, Senna udah tidur tuh." kata Minho kala jam sudah menunjukkan pukul sembilan.

Chaeryeong mengalihkan pandangannya dari ponsel ke Nakyung yang tertidur. Untungnya, cewek itu sudah shalat walaupun dalam keadaan duduk karena kakinya yang masih sakit. Ya walaupun cuma shalat isya aja, soalnya kalo mau shalat tarawih takutnya badannya Nakyung jadi makin sakit.

Yang paling muda mengangguk, kemudian menyelimuti Nakyung. "Mau jalan-jalan, nggak?" tawarnya pada Minho.

"Ayo, deh. Sumpek gue ngeliatin Senna mulu."

Dan keduanya keluar dari kamar.

Batas waktu berkunjung sebenarnya hanya sampai jam sepuluh malam, tapi mereka berniat untuk jalan-jalan malam dulu, istilahnya ngedate lah.

Kan Chaeryeong itu selingkuhannya Minho.

Nggak, bercanda.

Akhirnya mereka berdua sampai di taman rumah sakit. Suasananya lumayan ramai, banyak pemuda atau orang tua yang berada di sini.

Minho berjalan menuju sebuah bangku dengan Chaeryeong yang mengekor. Keduanya duduk dan saling memandang langit hitam yang penuh bintang.

"Sean ada perubahan, nggak?" tanya Minho, membuka percakapan setelah beberapa menit dilingkupi oleh keheningan.

Diam beberapa saat sebelum akhirnya bersuara. "Ada."

"Apa? Dia udah nggak maksa lo, kan?"

Chaeryeong bimbang. Apakah dia harus memberitahu Minho jika Sunoo semakin menjadi-jadi?

Tapi dia tidak tahu akibat yang akan terjadi jika ia mengatakan hal itu.

"Nggak, kok." Akhirnya Chaeryeong menjawab dengan senyuman tipis. "Dia nggak maksa."

Asalkan gue mau ... itu nggak akan jadi masalah, kan?

***

"Huehue ... kalian udah mau pulang? Trus gue gimanaaa?" Nakyung merengek.

Saat Minho dan Chaeryeong masuk, mereka melihat Nakyung yang terduduk dengan wajah bantalnya mencari eksistensi kedua sepupunya.

Dan saat ini sudah jam 21.50, Minho dan Chaeryeong harus segera pulang sebelum diusir dari sana.

"Iya, besok ke sini lagi kok. Gue bawain makan. Lo pasti gak suka makanan rumah sakit." Chaeryeong menepuk-nepuk kepala Nakyung.

"Gue sendirian di sini, dong?" Nakyung menatap sekitar, di kamar ini memang hanya ada dirinya seorang. Tidak ada pasien lain.

"Yup." Minho menimpali. "Ati-ati, ya. Kalo mau tidur jangan lupa doa. Jangan sampe ketindihan."

"Mas Reno!"

Minho cengengesan.

"Kalian nggak bisa nginep di sini aja? Temenin gue." Dengan memanfaatkan puppy eyesnya, Nakyung mencoba merayu kedua sepupunya.

Tapi sayang sekali, bukannya merasa iba Minho dan Chaeryeong menatap Nakyung jijay.

"Kalo kita nginep mau tidur di mana, hm?"

Nakyung menggigit bibirnya.

Bagaimana ini? Dia benar-benar takut jika tidur sendirian di kamar yang lumayan luas.

Memang sih selama ini dia tidur sendirian di kosan. Tapi hanya di kosan, cewek itu tidak pernah tidur sendirian di kamar rumah sakit.

Apalagi ini kali pertamanya diopname.

"Nggak bisa, kah? Gue minta ijin ke suster, deh ..."

Setelah mengatakan itu, dua suster masuk ke dalam kamar. "Maaf Mas, Mbak, waktu berkunjung sudah habis."

"Sus, mereka nggak bisa nemenin saya di sini?" Nakyung memelas.

"Tidak bisa, nanti takutnya mengganggu."

"Nggak, kok! Saya nggak terganggu sama mereka. Kalo nggak ada mereka saya malah nggak bisa tidur nyenyak. Boleh, ya, ya?"

Dua suster itu saling berpandangan.

"Udah, ah, Sen. Kita pulang aja." Minho bersuara di tengah keheningan. Cowok itu meletakkan tangannya di pundak yang lebih muda. "Nggak apa-apa, tenang aja. Kalo ada yang aneh-aneh lo bisa teriak biar ada suster yang ke sini. Lagian ini bulan puasa, temen sebangsa lo pada dikurung. Udah, lo tidur lagi. Besok gue sama Arley ke sini."

"Tapi, kan, Mas ..."

"Ssstt, nggak ada apa-apa. Nggak ada setan. Nggak apa-apa." Yang lebih tua tersenyum. "Gue sama Arley balik dulu, ya? Sampai ketemu besok."

Begitulah ceritanya kenapa Nakyung ditinggal sendirian di kamar rumah sakit kelas tiga.

***

"Mau langsung pulang?" tanya Chaeryeong. Karena kini hanya tersisa mobil miliknya, mau tidak mau Minho harus nebeng.

Soalnya mobil Minho tadi dipakai Lia dan Winter untuk mengantar Sunoo pulang.

"Nggak pengen pulang dulu. Enaknya ke mana, ya? Tempat nongkrong yang masih buka jam segini."

"Ke angkringan mau? Ada tuh yang buka sampe tengah malam."

Minho menatap mobil Chaeryeong. "Kita bawa mobil, Ar. Rada nggak nyambung kalo mau ke angkringan."

"Terus mau ke mana?"

"Ayo ke angkringan!" Minho berujar dengan penuh semangat kemudian masuk mobil.

Chaeryeong hanya menatapnya datar.

Nggak kaget, sih. Minho kan tiap hari kayak gitu.

Dan begitulah ceritanya bagaimana Minho juga Chaeryeong nyasar di angkringan jam setengah sebelas malam.

"Eh, ada Reno. Apa kabar, bro?" Seseorang datang dan memukul pundak Minho. Dia melirik Chaeryeong yang duduk di samping Minho. "Sama pacar?"

"Dia temen gue, bukan pacar. Oh iya, Arley, ini Leon. Nah Le, ini Arley."

Jungwoo tersenyum lebar sambil menjabat tangan Chaeryeong. "Salam kenal!"

Chaeryeong mengangguk sambil tersenyum.

Mereka terus berjabat tangan sampai Minho berdehem. "Sendirian ke sini?"

"Nggak, sih. Bareng Mio sama Sheva. Mimi, Vava! Sini, hayu! Ada Reno!"

Kemudian datanglah Moonbin dan Seonghwa.

"Aduh, ada neng Arley. Makin cantik aja~" goda Moonbin.

Chaeryeong hanya menatapnya, tidak berniat membalas.

"Idie, masih aja gue dikacangin."

Kemudian tiga orang itu duduk.

"Loh-loh, kalian ngapain di sini? Duduk di tempat lain sana! Gue kan rencananya ngedate bareng Arley!" usir Minho.

"Idih, katanya cuma temen. Ngapain pake ngedate segala?"

"Suka-suka, dong. Kalian ganggu. Pergi sana hus-hus!" Minho mengibaskan tangannya. "Kalo mau nongkrong bareng kapan-kapan aja, ya. Udah sana pergi!"

"Galak bener." komentar Seonghwa. Cowok itu berdiri, diikuti yang lain. "Ya udah kita pergi. Bye-bye Reno, Arley."

Dan setelahnya tiga cowok itu pergi, meninggalkan Minho dan Chaeryeong sendirian.

Mereka berbincang ringan dengan ditemani segelas kopi.

Sebenarnya Minho melarang Chaeryeong untuk meminum kopi, tapi cewek itu ngotot dan akhirnya Minho memesan kopi susu.

"Kalo ada apa-apa bilang ke gue, ya?" Minho bersuara. "Lo masih jadi tanggung jawab gue."

Chaeryeong mengangguk. "Iya. Lo juga kalo ada apa-apa bisa bilang ke gue. Gue bantu sebisanya."

Gantian Minho yang mengangguk. Cowok itu mendekat, kemudian memeluk Chaeryeong. "Makasih udah bertahan selama ini. Lo hebat, Ar."

Yang lebih muda membalas pelukan. "Lo kenapa tiba-tiba jadi gini?"

"Nggak apa-apa. Gue sadar selama ini jarang ngasih ucapan itu ke lo."

Chaeryeong terkikik.

"Ada-ada aja lo, Mas."

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang