7 - malming part dua

107 16 1
                                        

Malam Minggu —lagi.

Seperti biasa; Nakyung akan rebahan di kos, duo Genora akan jalan-jalan dengan Minho menjadi supir walau endingnya nanti Minho akan jalan dengan Minju —pacarnya, dan Chaeryeong akan cuddle dengan Sunoo di kamar sambil menonton film.

Iya, awalnya Sunoo sudah membayangkan seperti itu saat tiba-tiba tadi sore Chaeryeong bilang harus pergi bersama temannya.

Dan di sinilah dia.

Berada di pojok kafe, sendirian.

Padahal dia mau melepas rindu dengan sang kakak. Walaupun bertemu tiap hari, Sunoo tidak bisa bermanja-manja karena Jungwon selalu datang ke rumah. Saat Jungwon tidak datang, pasti salah satu di antara mereka ada kelas atau sibuk dengan tugas.

Apalagi kakaknya sedang rajin-rajinnya jadi asisten dosen.

Sunoo menghela napas kesal. Dia menumpuk kedua tangannya di meja lalu meletakkan dagunya di sana. Menatap sekeliling.

Kafe ini lumayan ramai.

Mungkin karena ini malam Minggu.

Cowok itu kembali menghela napas sesaat sebelum dia melihat postur tubuh yang dikenalinya duduk berhadapan dengan cowok yang wajahnya dapat Sunoo lihat.

Chaeryeong dan Taehyun.

Katanya pergi bersama teman, namun kenapa Sunoo melihat kakaknya duduk dengan Taehyun?

Mana Taehyun senyum-senyum gaje ke Chaeryeong lagi!

Apa iya Sunoo ngga panas?

Cowok itu segera bangkit dari duduknya, berjalan mendekat menuju meja keduanya.

"Kak Arley." Yang dipanggil Chaeryeong, tapi yang menoleh dua orang. Dapat Sunoo lihat wajah Chaeryeong yang terkejut. "Katanya pergi bareng temen, kok ada di sini bareng Kak Ega?"

"Gue juga temennya Kak Arley, kali." Taehyun menyahut.

"Gue gak nanya sama lo."

Taehyun dan Sunoo saling bertatapan tajam.

"Oh, iya ... tadi ada tugas kelompok," Chaeryeong menunjuk tas yang dia taruh di lantai. "Ini. Udah selesai, kok."

Iya, Taehyun itu satu angkatan dengan Chaeryeong. Dia anak akselerasi waktu SMA.

"Udah selesai?"

Chaeryeong mengangguk.

"Ayo pulang."

Taehyun hendak menahan tapi melihat Chaeryeong yang sudah memakai tasnya dan bangkit membuatnya urung.

Kenapa Chaeryeong sangat mematuhi Sunoo, sih?

Apa cewek itu tidak suka berdekatan dengannya?

Sebenci itu kah dia dengan Taehyun?

"Duluan, ya. Nanti biar gue yang ngoreksi tugasnya."

Setelahnya Taehyun ditinggal sendirian.

Ternyata belum siap aku,
Kehilangan dirimu,
Belum sanggup untuk jauh darimu,
Yang masih 'slalu ada dalam hatiku,

"Aih, kenapa lagu yang disetel lagu galau, sih?" Cowok itu menggerutu. "Jadi tambah galau, kan."

***

"Sennaaa! Main, yuk!" Pintu kamar kos Nakyung digedor-gedor. Membuat sang empunya kamar segera bangkit dari tidurnya dan membuka pintu.

Bisa berabe kalau anak kos lain terganggu.

"Apa, sih, Na? Gue mau rebahan. Jomblo dilarang keluar di malam Minggu, tau."

Lia mengernyit. "Ngomong apaan, sih? Ayo keluar. Kita jalan-jalan."

"Nggak, ah. Gue mau malmingan di kasur aja. Mau menggalau."

"Tumben-tumbenan menggalau." Lia menyerobot masuk. "Kenapa lagi?"

Nakyung menutup pintu kemudian berjalan ke kasur, merebahkan tubuhnya. "Ya gitu."

"Ya gitu gimana, sih? Ditanyain nggak jelas. Kayak Arley aja."

Nakyung menghela napas keras. Matanya menatap langit-langit kamarnya. "Gue kurang apa, ya, Na?"

"Kurang waras."

"Ih, gue serius tau. Kenapa Juna ngga mau pacaran sama gue?"

"Emang lo pernah nembak Juna?"

"Nggak, lah!"

"Terus ... itu kata siapa?"

"Apanya?"

"Itu tadi, kalo Juna ngga mau pacaran sama lo."

"Kata gue."

"Belum tentu. Mungkin dia belum sadar kalo dia sebenernya suka sama lo, Sen."

"Tapi masalahnya, Na ..." Nakyung membalikkan tubuhnya, menghadap ke Lia. "... Juna udah punya pacar."

"APA?"

Lah, sejak kapan Renjun punya pacar?

"Yang bener?" Lia menghampiri Nakyung, kemudian duduk di sebelahnya.

Yang ditanya mengangguk. "Gue juga baru tau. Tadi pas gue nanya ke dia, malmingan ke mana? Terus dia jawab, jalan sama pacar, nih." Cewek itu mewek. "Gue kurang apa sih Naaa?"

"Pacaran sama siapa?"

"Jihan, anak FKM."

FKM itu fakultas kesehatan masyarakat.

"Gila? Pacaran sama anak kesehatan?"

Nakyung mengangguk. "Kayaknya tipe Juna tuh cewek yang pinter kesehatan, ya? Apalah gue yang dulu pelajaran biologi sering bolos."

"Tapi setau gue ... tipe Juna tuh lo, Sen."

"Nggak usah boong, deh. Kata-kata lo nggak bikin gue makin baik."

"Seriusan. Juna sendiri pernah bilang ke gue."

"Masa?" Nakyung masih tidak percaya. "Terus kenapa dia pacaran sama Jihan bukan sama gue?"

"Karena lo terlalu astaghfirullah untuk dia yang juga astaghfirullah."

"HEH! KELUAR LO DARI KAMAR GUE!"

***

Yah, endingnya yang jalan-jalan di malam Minggu yang suram ini hanya Minho dan Winter.

"Mau ke mana?" Minho bertanya dari balik kemudi.

Tadi dia habis dikabari oleh Lia jika cewek itu akan bersama Nakyung di kosan.

"Ke mana aja, deh. Gue juga gak tau mau ke mana. Biasanya kan Ina yang ngasih rekomendasi."

"Lo nggak mau gitu jalan bareng gebetan?" Minho mulai menjalankan mobilnya.

"Ngga punya." Winter menatap Minho.

Kenapa masnya tiba-tiba bertanya seperti itu?

"Lah, terus yang biasanya anter jemput lo kalo gue atau Arley nggak bisa nganter siapa?"

Pipi Winter mulai memerah. "Um ... itu ..."

"Pacar, ya?"

Plak!

Minho mendesis setelah mendapat tamparan di lengannya. Dia menoleh, menatap Winter yang pipinya semakin merah.

"Kok pipinya merah? Beneran pacar?"

"ENGGA IH!"

Sang kakak tertawa. "Terus siapa, hm?"

"Temen!"

"Temen kok sampe pipinya merah?"

"IHH MAS RENO DIEM, DEH!"

Minho tertawa semakin keras. "Duh, iya. Siapa namanya?"

Winter memalingkan wajahnya, menghadap jendela. Dia merasa wajahnya menghangat. Pasti wajahnya benar-benar merah.

"Jerry."

***

lagi ngerjain tugas, eh laptop minta dibanting. daripada tambah stres mendingan update cerita aja 🙏🏻

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang