12 - kehidupan arley dan sean

125 18 2
                                    

Oke, di chapter ini kita akan membahas tentang kehidupan Chaeryeong dan Sunoo dahulu setelah kedua orangtuanya bercerai.

Kala itu, Chaeryeong masih duduk di kelas sebelas dan Sunoo masih SMP, tepatnya kelas sembilan.

"Bunda ngapain?" Chaeryeong bertanya saat mendapati bundanya sedang berkemas-kemas. "Mau dinas luar kota lagi?"

Sang bunda tersenyum lebar, yang terlihat sangat dipaksakan. "Bunda minta maaf ya, kalo selama ini belum jadi bunda yang baik buat kamu sama Sean."

Chaeryeong mengernyit mendengarnya. Hatinya sudah was-was ketika mendengar bunda berkata seperti itu. "Bunda ngomong apa, deh? Bunda udah jadi bunda yang baik buat aku sama Sean, kok."

"Maafin Bunda, ya."

Belum sempat Chaeryeong membalas, sang bunda sudah menyelesaikan berkemasnya dan pergi meninggalkan Chaeryeong sendirian.

Bingung, Chaeryeong pun segera mencari sang ayah.

"Ayah, Bunda kenapa?"

Sang ayah menatap Chaeryeong sejenak. "Panggil Sean. Ayah mau bicara."

Perasaan Chaeryeong semakin menjadi-jadi ketika mendengar suara ayahnya yang terdengar berbeda. Ia mencari Sunoo, lalu mengajaknya untuk menemui ayah.

"Maafin Ayah sama Bunda. Kami rasa, kami udah nggak cocok lagi. Nanti siang, sidang cerai Ayah sama Bunda bakal berlangsung."

Jeder!

Bagaikan tersambar gledek, Chaeryeong dan Sunoo mematung. "Ayah sama Bunda kenapa? Kalian selama ini baik-baik aja ..." kata Sunoo dengan suara bergetar.

Coba bayangkan, kedua orangtua kalian yang terlihat baik-baik saja selama ini tiba-tiba memutuskan untuk berpisah? Yang benar saja.

Ayah tersenyum tipis. "Maaf."

Chaeryeong melirik sang adik kemudian menatap ayahnya. "Aku bakal terima perceraian Ayah sama Bunda, selagi itu memang yang terbaik. Tapi, perceraian yang dimulai karena salah satu pihak yang berpaling, itu nggak bener." katanya sebelum akhirnya menarik Sunoo pergi dari ruang tamu.

Hati Chaeryeong sakit. Ia sebenarnya sudah mengetahui permasalahan antara kedua orangtuanya. Selingkuh, sang ayah berpaling dari bundanya.

"Kakak ..." Sunoo memanggil dengan lirih. "Kenapa Ayah sama Bunda harus pisah?"

Chaeryeong tersenyum kecut sebelum akhirnya memeluk Sunoo. "Itu yang terbaik. Kamu nggak mau, kan, kalo liat Bunda sedih? Selama ini, tanpa kamu tau, Bunda biasa nangis diem-diem waktu fajar."

Sunoo mengusak rambutnya di leher Chaeryeong. "Tapi Sean nggak mau pisah ..."

"Mau gimana lagi? Ayah sama Bunda mungkin nggak berjodoh. Kamu yang kuat." ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung Sunoo, berusaha menguatkan sang adik walaupun Chaeryeong sendiri ingin menangis.

Esoknya, tiba-tiba sang ayah tidak bisa ditemukan di penjuru rumah. Dan Chaeryeong menemukan sebuah catatan kecil dengan beberapa berkas.

Maaf, Kak. Ayah harus pergi. Jaga Sean baik-baik, rumah ini buat kalian.

Tangis Chaeryeong pecah ketika membacanya.

Sekarang ... ia hanya punya Sunoo, kan?

***

Winter sedikit panik ketika mendengar salah satu teman sekelas Chaeryeong yang bilang jika sepupunya itu tiga hari terakhir tidak berangkat tanpa ijin. Niatnya, ia akan meluncur ke rumah sang sepupu untuk memastikan jika Chaeryeong baik-baik saja.

"Eh, Wina. Tadi ada surat ijin, dari Arley. Katanya ada acara keluarga. Jadi dia nggak bisa masuk sampe Jumat nanti." kata teman sekelas Chaeryeong yang melihat Winter.

"Oh? Udah ada surat ijinnya? Wah, makasih, ya!"

"Iya. Btw, lo nggak tau keadaan sepupu lo sendiri?"

"Duh, gimana ya ... Arley tiba-tiba nggak bisa dihubungi. Gue mau ke rumahnya nggak ada yang nganter. Nanti gue mau minta anter ke Mas Reno, buat mastiin keadaannya Arley."

Sang teman mengangguk. "Ya udah, deh. Semoga Arley baik-baik aja, ya."

"Aamiin, makasih ya!"

***

"Kak, Sean nggak pengen di sini lagi ..." Sunoo tiba-tiba masuk, lalu duduk di samping Chaeryeong yang sedang belajar di atas kasur.

Mereka berdua bolos sekolah.

"Maksudnya?" Chaeryeong mengalihkan pandangannya, menatap Sunoo tidak paham.

"Sean pengen pindah. Sean nggak sanggup kalo harus tinggal di sini. Kenangan kita waktu masih jadi keluarga lengkap bikin Sean sakit."

Chaeryeong menghela napas. "Cari rumah itu nggak gampang, Se. Pindah rumah juga nggak segampang yang kamu pikirin. Kita saat ini nggak punya uang banyak. Tabungan Kakak cuma ada sepuluh juta."

"Tabungan Sean udah ada tiga juta, kok. Nanti kita patungan aja buat beli rumahnya." kata Sunoo sambil memeluk lengan Chaeryeong. "Atau enggak, rumah ini kita jual aja. Terus kita beli rumah, ah enggak, kita ngontrak aja dulu. Atau enggak ngekos. Ya ya ya?" pintanya.

"Bukannya Kakak nggak mau, tapi-"

"Ihhh, ayo dong, Kak! Kakak tega ngeliat Sean menderita di sini tiap hari?"

Chaeryeong menggembungkan pipinya. "Hish, banyak mau kamu." ucapnya sambil menoyor kepala Sunoo.

"Di deket SMA Kakak ada kos, kan? Kita bisa ngekos di situ."

"Tapi itu jauh dari sekolahmu. Lagian, kalo kita ngekos, mobil Kakak mau ditaruh di mana?"

Iya, Chaeryeong kan sudah diajari menyetir mobil semenjak SMP, makanya saat SMA ia dibelikan mobil oleh sang ayah.

"Coba diskusiin dulu sama ibu kosnya, ya?"

Chaeryeong kembali menghela napas ketika melihat mata sang adik yang berbinar penuh harapan.

"Ya udah, nanti sore Kakak coba ke sana."

***

"Anjing?!" Winter memekik ketika mendapati rumah keluarga Dionysius tertempel tulisan 'Dijual, silahkan hubungi ...'

"Loh, mereka pindah?" Minho juga terkejut.

"Ada yang nggak beres ini. Kita harus cari tau, Mas."

"Biar gue aja yang nyari tau. Lo pulang aja sono, belajar. Katanya besok ada ulangan."

"Aaakh! Tapi gue khawatir sama Arley!"

"Udah, ayo pulang. Ntar habis nganterin lo, gue coba cari di mana Arley, oke?"

Winter hendak membantah ketika Minho kembali berucap, "Nggak usah bantah. Cepet naik."

Setelah mengantarkan Winter pulang, Minho dengan motornya mengelilingi kota. "Om Stevan sama Tante Widiya kemarin ngapain ya ke pengadilan?"

Mereka ... nggak ngelakuin sidang cerai, kan? Tapi kenapa nggak ngabarin keluarga ... Duh, semoga cuma masalah kecil.

Minho menghentikan motornya ketika matanya melihat dua sosok yang mirip dengan Chaeryeong dan Sunoo sedang berada di depan sebuah kos-kosan.

"Arley! Sean!"

Duo Dionysius menoleh. "Eh? Mas Reno."

Minho dengan segera menghampiri mereka berdua. "Kalian ngapain di sini? Gue, Ina sama Wina khawatir karena kalian nggak bisa dihubungi."

Chaeryeong tersenyum tipis. "Ceritanya panjang."

Dan itulah, awal mula bagaimana Sunoo bisa jatuh cinta kepada kakaknya sendiri.

***

lanjut g nie

dijawab atau enggak kayaknya tetep tak lanjutin, sih

btw, ini kenapa jadi pengen bikin story-nya arley sendiri yah.. sepertinya menarik

SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang