CHAPTER 55 [ RUMAH SAKIT ]

469 16 0
                                    

"Sebelum lo bertindak, gua akan lebih dulu bergerak"
- Gevano Dirgantara .A.

Sejak tiga puluh menit lalu, Vano beserta tim inti Galderide dan juga ibunda Syahila sudah berada di rumah sakit. Syahila pun sedari tadi telah berada di ruang rawat nya.

Dalam pemeriksaan dokter, penyakit asam lambung dan maag Syahila kambuh, bahkan ia juga mengalami kekurangan oksigen. Mendengar itu, Vano sangat-sangat merasa bersalah pada Syahila, karna ia merasa tak mampu menjaga gadis itu dengan benar. Selain itu, kebencian Vano pada tim Rajawali juga menjadi semakin besar, ia merasa sangat tak terima dengan perlakuan Erland dan tim nya terhadap Syahila. Vano tau, bahwa itu semua adalah satu-satunya rencana Erland untuk menghancurkan diri nya dan juga Galderide.

"Gua tau, masih banyak rencana lo untuk ngancurin gua land. Tapi sebelum lo bertindak, gua lebih dulu bergerak" itulah kalimat yang saat ini berada dalam benak Vano. Ia sangat merasa tak terima dengan semua perlakuan anak Rajawali. Perlahan namun pasti, Vano akan menghancurkan geng bernama Rajawali itu sebagai pembalasan dendam nya.

"Vano.. Hila mencari kamu, dia mau membicarakan sesuatu sama kamu" Ujar Fina yang baru saja keluar dari ruang rawat Syahila.

"Iya tante, makasih.." Vano mengangguk paham lalu perlahan membuka pintu ruangan.

"Hil.." panggil Vano pada gadis berkulit putih yang saat ini sedang terlentang lemas di atas bad pasien itu dengan oxygen mask yang membantu pernapasan nya.

Syahila menoleh spontan, "Van.." suara samar samar Syahila terdengar.

"Maaf ya, aku selalu ngerepotin kamu.. Bahkan kata mamah, biaya rawat ku ini kamu yang tanggung. Maaff, aku bener-benerr gak enak sama kamu karna aku selalu ngerepotin kamu. Maafff banget Vano.."

"Syuuutt.." Vano mengelus pelan puncak kepala Syahila yang tertutup jilbab itu, "lu gak perlu minta maaf. Di sini justru harus nya gua yang minta maaf, maaf karna gua ga becus jaga lo..  Dan maaff karna lo harus jadi korban kejahatan musuh Galderide"

Perlahan tangan Syahila memegang baju panjang yang di kenakan Vano dengan sangat erat. "Aku minta maaff, dan aku janji aku ga akan balas semua kebaikan kamu ke aku selama ini.." kalimat itulah yang hanya dapat Syahila katakan pada Vano, sahabat yang paling berjasa dan berarti dalam hidup nya.

Kedua sudut bibir Vano perlahan terangkat dan mengukir kan sebuah senyuman kepada Syahila. "Sekarang lu istirahat, karna yang terpenting sekarang adalah kesehatan lo.. Jangan memikirkan hal yang gak seharusnya lo fikirin di saat sakit kayak gini.."

Lagi lagi senyuman Vano lah yang membuat gadis itu merasa senang. "Gua keluar ya, lo perlu banyak istirahat.. Assalamu'alaikum" Syahila mengangguk paham. Perlahan langkah kaki Vano pun keluar mengarah ke pintu ruangan untuk keluar meninggalkan gadis itu.

Seorang wanita setengah paruh baya menghampiri Vano yang baru saja menutup pintu ruangan. "Vano.. Ini tante beliin kamu makanan untuk sarapan, pasti kamu dan temen-temen kamu belum sarapan kan?" Ujar Fina seraya memberikan tiga buah paper bag coklat yang berisi makanan siap saji.

"Oh,iya tan makasih.." Saat tangan Vano bergerak ingin menerima paper bag itu, justru tangan nya malah di pukul oleh Arya. Arya dengan cepat menerima paper bag itu dari Fina.

"Makasih tan, tau aja kalo saya laper.." Arya menyeringai bagai kuda tanpa dosa. Vano yang melihat itu hanya bisa menghela nafas pasrah karna kelakuan Arya yang menurut nya sudah biasa, bahkan Fina pun hanya bisa terkekeh melihat nya.

"Makan kita guys..!!" seru Arya sembari menaikkan kedua paper bag yang ada di tangan nya itu seakan menunjukkan paper bag pada sahabat nya.

"Giliran makan aje lo nomer satu!" Reyga menoyor kepala Arya kesal.

GEVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang