DA | 02

649 74 19
                                    

Malam semakin larut hawa dingin pun menyelimuti gelapnya malam namun tak membuat seorang gadis berusia 15 tahun itu beranjak dari balkon apartemennya dengan memainkan ponselnya untuk menghubungi seseorang di seberang sana. Hingga suara bass terdengar dari balik ponselnya.

"Bagaimana?"

"Kami mulai menemukan keberadan anaknya."

"Bagus, itu titik awal yang terang untuk misi kita ke depannya. Awasi dan terus kabari perkembangannya."

"Namun ke tiga pemeran utama itu berada di negara yang berbeda-beda Ra."

"Gak masalah kita akan mulai dari yang terdekat dan mungkin kita akan menyelesaikannya dalam kurun waktu yang lama. Ada masalah?"

"Gak. Aku akan selalu di belakangmu dan mendukungmu."

"Thanks Ar."

"My pleasure. Sleep tigh Ra."

Panggilan pun terputus namun gadis berpiyama biru muda itu masih stay di tempatnya menatap gelapnya malam tanpa bintang dan bulan.

"Maaf jika yang aku lakukan akan mengecewakan kalian tapi aku gak akan menyesal untuk membalaskan kematian kalian sekalipun aku harus menjadi seorang pembunuh. Tenang disana ma, ba. Kami merindukan kalian mema ... baba ..."


⚔⚔⚔




Dor dor dor

Ayara melenguh saat mendengar suara kegaduhan dari luar. Terdengar dengan jelas suara gedoran pintu dengan brutal membuat sang empuh mendengus pelan. Dengan malas dan mata setengah terpejam ia pun berjalan untuk membuka kan pintu.

Ceklek

Tuk

Terdengar suara ringisan dari bibir tipis Ayara membuat sang pelaku membungkam mulutnya kaget.

"Ups! Sorry."

Melihat sang pelaku membuat gadis itu kesal setengah mati, bagaimana tidak? Ia baru tidur pukul 3 dini hari dan sekarang harus terbangun tepat jam 6 pagi hanya karena manusia menyebalkan di depannya itu dan lebih menyebalkan lagi adalah dia saudara sepupunya sendiri.

"Ngapain sih pagi-pagi udah ganggu ketenangan orang?!!" Sarkasnya.

Pria remaja itu hanya tersenyum dan langsung merangkul Ayara. Gadis itu hanya diam ia paham betul pasti ada udang di balik batu jika Alaric seperti itu.

"Jangan marah-marah nanti lekas tua."

"Serah Al! Aku ngantuk!" Ketusnya seraya menepis tangan Alaric.

Mengabaikan sepupunya ia segera bergegas pergi meninggalkan laki-laki itu yang justru kini mengekorinya. Setelahnya ia memangku wajahnya dengan kedua tangannya menatap Ayara yang tengah membasuh wajahnya.

"Apa lihat-lihat?!!" Ketusnya.

"Elahh galak amat sih lo."

"Bodo!"

"Ara ..." panggil Alaric dengan nada yang terdengar di lembut-lembutkan.

Gadis itu hanya bergumam sebelum menatap malas laki-laki di depannya yang kini tengah memasang wajah melasnya.

"Laper ..." rengeknya.

Ara pun hanya mengangkat satu alisnya. "Terus?!"

"Makan yuk."

"Gak ada bahan masakan Al. Aku belum belanja."

"Makan di luar aja yuk sekalian beli bahan masakan."

"Pake uang kamu ya?!!"

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang