DA | 27

156 43 111
                                    

Malam kembali tiba, Ayara dan Arthur kini tengah duduk di depan TV dengan cemilan yang tengah di pangku oleh Ayara.

"Gak terasa ya udah mau seminggu aja kita disini." Celetuk Ayara.

Arthur tersenyum tipis seraya menahan pergerakan tangan Ayara yang hendak memakan cemilannya kemudian mengarahkannya ke mulutnya dan memakannya membuat Ayara mencebik kesal.

"Kenapa harus ambil di tanganku sih? Kamu kan bisa ngambil sendiri!" Kesalnya seraya menyodorkan toples yang berada di tangannya.

Arthur terkekeh kemudian mengacak gemas surai Ayara. "Dari tangan kamu lebih enak, Ara."

"Ck! Bilang aja tangannya gak mau kotor!"

Arthur tergelak, ia benar-benar gemas pada gadis di depannya itu. Kemudian rautnya kini berubah menjadi serius membuat Ayara menaikan satu alisnya. "Kenapa?"

Arthur menghela nafas panjangnya. "Kita udah hampir satu minggu disini dan kita udah nyusun semua rencana kita mateng-mateng. Apapun yang terjadi di lapangan nanti aku mohon bertahanlah dan tetaplah hidup hingga kamu menemukan kebahagiaanmu kelak. Karena aku menyayangimu dan aku takut jika nanti aku tidak bisa lagi di sampingmu hingga kamu bahagia dengan pilihanmu." Lanjut Arthur dalam hati.

Alis Ayara menukik tajam. "Apa maksudmu Ar?!!"

Arthur menggeleng singkat sebelum mengambil alih toples yang di pegang Ayara dan menaruhnya ke atas meja kemudian menggenggam kedua tangan Ayara. Arthur menatap Ayara teduh.

"Kita tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya. Aku hanya ingin kamu terus bahagia dan memperjuangkan kebahagiaanmu, bagaimanapun keadaanmu dan sekalipun di tengah runtuhnya duniamu. Kamu harus move on jangan terus stuck dengan kesedihan, life must goes on, Ara."

Ayara melepaskan genggaman tangan Arthur kemudian memeluk erat pria di depannya itu, seketika Arthur blank bahkan tubuhnya mengkaku saat menerima serangan mendadak dari Ayara. Sedetik kemudian Arthur melemaskan tubuhnya dan membalas pelukan Ayara seraya mengusap pelan punggung Ayara.

"Jangan pergi." Lirih Ayara dengan suara seraknya.

"Aku tidak ingin merasakan kehilangan lagi."

"Kamu ingat kata-kataku untuk tidak percaya kepada siapapun?"

Ayara mengangguk singkat.

"Kamu juga tidak boleh percaya padaku, Ara. Kamu harus bertahan dan berjuang dengan kekuatan dan kepercayaan diri kamu sendiri. Hanya dirimu sendiri yang bisa kamu percaya, Ara."

"Apa kamu akan meninggalkanku?" Tanya Ayara dengan suara seraknya.

"Kamu tau aku datang kemari untuk mencarimu hingga pada akhirnya aku menemukanmu dan selalu berada di sampingmu. Dan itu menandakan jika aku pun ingin terus bersamamu, Ara. Tapi di sisi lain kita punya takdir masing-masing yang kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi ke depannya."

"Jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada, aku ingin bertemu dan bersamamu lagi disana. Dan aku akan meminta untuk lebih awal menemukanmu sehingga aku bisa menjagamu seumur hidupku. Karena aku sangat mencintaimu, Ara." Lanjut Arthur di dalam hati.

"Ar___"

"Berjanjilah untuk terus bangkit dari keterpurukanmu sendiri, Ara. Buktikan pada dunia jika kamu bisa menaklukan kejamnya dunia, kamu akan terus berdiri dengan kakimu sendiri. Dan menjadi sosok yang tidak bisa di kalahkan oleh keadaan. You are stronger, Ara! And you are dangerous girl. Never give up! And you can change your world and your destiny. You can do it, Ara."

Ayara mengangguk pelan setelah berdiam diri cukup lama mencerna dan memahami kalimat Arthur. "Tapi berjanjilah jika kamu juga akan terus di sampingku menemani perjuanganku hingga kita tidak bisa lagi melawan takdir kita."

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang