DA | 19

146 46 80
                                    

Setelah kejadian 2 hari yang lalu kini Ayara berada di apartemennya, namun sebelumnya Arthur telah mengantarnya ke mansion pribadinya malam itu namun paginya Ayara mendapat panggilan dari kantor untuk mengikuti rapat bersama investor dari luar negri dan membahas beberapa masalah bersama kedua sekertaris pribadinya baik masalah di dalam kantor maupun di luar lapangan sana.

Karena terlalu lelah karena baru selesai sampai larut malam, mau tak mau Ayara memilih kembali ke apartemennya yang dekat dengan kantor, namun sayangnya Ayara belum bisa memejamkan matanya hingga saat ini bahkan gadis itu terus memikirkan kejadian di apartemen Arthur.

Tatapan keduanya bertemu, Arthur pun tersenyum tipis. "Mungkin kau lupa kejadian 4 tahun yang lalu saat kau tersungkur dengan seragam putih-birumu, tapi tidak denganku yang selalu mengingatnya hingga detik ini."

Tepat Arthur menyelesaikan kalimatnya Ayara membulatkan matanya seraya membungkam mulutnya dengan kedua tangannya. "K-kauu__"

"Kita belum berkenalan kan sebelumnya saat itu? Ah tidak tepatnya aku yang belum memperkenalkan namaku karena kau terlebih dulu di seret oleh pria kecil seumuranmu." Potong Arthur.

Sedetik kemudian Arthur menyunggingkan senyum manisnya seraya mengulurkan tangannya. "Perkenalkan aku pria yang mengenakan seragam putih abu-abu 4 tahun yang lalu, Arthur Jerome Maxwell."

"K-kau."

"Iya aku pria itu Ara. Maaf aku baru memberitahumu karena aku pikir itu tidak begitu penting untukmu bukan?" Arthur tersenyum tipis.

Sontak Ayara menggelengkan kepalanya keras. "B-bukan begitu, aku terlalu kalut dan sibuk dengan masalahku. Maaf kan aku, Ar." Ujar Ayara penuh penyesalan.

Tangan Arthur terulur mengusap puncak kepala Ayara. "Aku cukup tau apa yang terjadi denganmu Ayara, meski aku telat menemuimu saat itu tapi aku bersyukur bisa menyusul dan menemanimu disini."

"Maaf jika saat itu aku pergi meninggalkanmu begitu saja, dan maaf pula karena perilaku tidak sopan dari temanku. Dan untuk masalah itu terimakasih telah menemani perjuanganku disini." Ayara tersenyum tulus.

"Tapi bagaimana kau tau aku berada disini?"

Arthur mengerlingkan matanya. "Mudah saja, terlebih kau telah memberi nama lengkapmu membuatku lebih mudah mencarimu tapi sayangnya aku terlambat, kau lebih dulu pergi sebelum aku kembali menemuimu dan aku pun yakin jika kita bertemu kembali kau pasti tidak mengingatku karena pertemuan singkat itu dan kau pun tidak benar-benar memperhatikanku."

"M-maaf." Cicit Ayara pelan.

Arthur mengusak gemas surai Ayara. "Tidak apa. Toh kita sudah dekat kan sekarang? Maaf aku baru menyusulmu kesini karena aku harus menyelesaikan sekolahku dulu."

Ayara tersenyum hangat dan menatap Arthur teduh. "Terimakasih sudah menemaniku dan menyusulku kesini, Ar. Terimakasih karena kau selalu menolongku dan ada untukku bahkan di titik terendahku, hanya kau yang tidak pernah pergi dari sisiku." Ayara menggenggam erat tangan Arthur.

Dengan segera Arthur melepaskan genggaman Ayara dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Jangan sedih lagi cantik, lepaskan semua yang menyakitkanmu. Jangan biarkan itu semakin membebanimu. Jangan pernah merasa sendiri karena ada aku disini untukmu."

Ayara membalas pelukan Arthur tak kalah erat hingga ia bisa melupakan orang-orang yang telah menyakitinya. Sungguh Ayara hanya ingin merasakan hidup bebas tanpa beban barang sejenak saja. Ia terlalu lelah menghadapi semuanya sendiri, Ayara hanya berharap ending dari ceritanya happy ending. Ayara pun berharap memiliki pasangan seperti orang tuanya, terus bersama apapun keadaannya, saling berjuang dan bertahan di tengah kesalah pahaman serta badai yang terus menerjang mereka hingga kematian pun menjadi penutup kisah mereka.

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang