DA | 31

138 50 117
                                    

"Kemarin aku sempat beberapa kali ke tempat uncle William, beliau tampak frustasi karena belum bisa menemukanmu beliau juga bercerita begitu pun dengan keluargamu di Jakarta yang masih terus mencarimu. Tidakkah kau ingin menemui mereka? Atau setidaknya kabarilah mereka supaya mereka sedikit tenang karena tau kau masih hidup dan baik-baik saja, Ayara."

Suasana hening setelah celetukan Juna beberapa menit yang lalu. Bahkan sesampainya di tempat tujuan keduanya masih tetap bungkam, Juna yang mengerti posisi Ayara pun mencoba untuk memberi ruang gadis itu untuk berfikir bahkan hingga keduanya selesai dengan makan malamnya pun keduanya masih saja bungkam.

"Jalan sebentar mau?" Tanya Juna setelah keluar dari pintu restoran.

Ayara diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk singkat. Keduanya pun jalan dengan bersisian, namun keduanya kembali bungkam.

Juna menghela nafas panjangnya. "Di sela-sela kesibukanku dengan spesialis penyakit dalam yang ku ambil membuatku sering bertemu dengan dokter William dan beberapa kali singgah di kediamannya. Aku juga sempat bertemu Bastian beberapa kali."

Mendengar nama Bastian membuat Ayara menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Juna. "Apa kabarnya?"

Juna terkekeh pelan. "Dari banyaknya orang yang ku ceritakan yang tengah frustasi mencarimu, kau justru hanya bertanya kabar pria itu?"

Ayara mengangkat satu alisnya. "Apa aku salah?"

Juna menggeleng pelan. "Dia baik dan dia juga memutuskan akan mengambil jurusan kedokteran setelah selesai high school nya. Kau tidak ingin menanyakan kabar keluargamu? Atau mungkin kabar saudaramu?" Pancing Juna.

Ayara menghela nafas panjangnya. "Aku tau aku salah karena harus mengasingkan diri seperti ini. Tapi aku bisa apa Juna?!! Aku tidak bisa kembali sampai aku menyelesaikan kuliahku. Dan aku tidak bisa memunculkan diriku di tengah mereka sementara Arthur masih belum juga di temukan hingga sekarang. Aku tidak ingin berbahagia di tengah keluargaku sementara Arthur entah berada dimana meninggalkan orang tuanya, keluarganya, orang-orang terdekatnya, bahkan dia harus meninggalkan orang-orang yang di sayangnya. Dan ingatkan jika semua itu karena aku Juna! Karena aku!"

"Kau tidak bisa memposisikan dirimu dengan Arthur, Ayara! Lagi pula mereka juga tengah mencari keberadaannya sama seperti keluargamu yang juga sama tengah mencari keberadaanmu. Mereka sama-sama kehilangan dan mereka juga sama-sama tengah berjuang untuk menemukan orang-orang yang mereka sayang. Bedanya kau memutuskan untuk menghilang hanya karena rasa bersalahmu, sementara Arthur? Bisakah kau menurunkan egomu sedikit supaya saudara dan keluargamu tenang? Kau tidak bisa terus-terusan egois seperti ini, Ayara."

Rahang Ayara mengeras bahkan kedua tangannya mengepal kuat. Bola mata Ayara mulai memerah.

"Kau bilang aku egois?!!" Ayara mengangguk samar seraya tertawa sumbang.

Ayara menatap Juna nyalang. "Kau tidak tau apapun tentang kehidupanku Juna!! Aku memang egois karena hanya mementingkan diriku sendiri!! Tapi semua itu aku lakukan untuk melindungi mereka!! Aku tidak ingin mereka terseret karena ambisiku untuk mengancurkan mereka yang telah menghancurkan keluargaku!! Aku tidak akan melepaskan mereka sebelum mereka membayar semua yang telah mereka lakukan pada keluargaku, Juna!!" Seru Ayara.

Ayara menghirup udara dengan rakus berharap bisa sedikit menghilangkan sesak ketika harus kembali terseret ke masa lalu. "Kau tidak tau bagaimana rasanya harus menjadi tawanan hanya karena sebuah dendam yang tidak beralasan. Bagaimana aku bisa melepaskan mereka yang tega menculik bayi yang baru berusia 2 hari dengan seorang wanita lemah yang baru saja melahirkan kedua anak kembarnya? Tidakkah mereka mempunyai sedikit belas kasih? Tidak hanya itu mereka juga tega menyiksa wanita lemah itu mengabaikan darah yang membasahi tubuh wanita lemah itu itu dan tangisan seorang bayi yang tidak berdosa dan tidak tau apa-apa. Bahkan mereka membiyarkan bayi itu tergeletak begitu saja yang hanya beralasan plastik tipis di tengah dinginnya suhu dunia yang baru saja ia rasakan setelah mendekam 10 bulan di dalam rahim ibunya! Mengabaikan raungan sang bayi yang kedinginan dan kelaparan, mereka justru menyiksa ibu dari bayi tersebut di tengah penderitaan sang ibu yang harus menyaksikan putrinya sendiri meraung karena kedinginan dan kehausan, ibu mana yang tega melihat anaknya seperti itu? Dan kau tau?! Bayi itu adalah aku dan ibu itu adalah ibu kandungku. Kau tidak pernah tau bagaimana di posisi itu Juna! Kau tidak akan pernah tau!" Ayara menggeleng lemah seraya menatap Juna sayu.

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang