Extra Part 4

141 30 143
                                    

"Pagi semua!!" Sapa gadis bertubuh cukup pendek di bandingkan kedua saudara kembarnya dengan riang.

"Pagi kakak!" Sahut sang ayah yang di hadiahi kecupan di pipinya oleh putri sulungnya.

Di susul oleh putra tampan mereka lalu putri bungsu mereka.

"Pagi mom, dad, and little brother!" Sapa Arkano seraya mencium pipi ketiganya.

Sementara Alice hanya mengecup pipi mereka tanpa mengeluarkan sepatah katapun namun bisa membuat adik bungsu mereka tersenyum tipis.

Ya 5 tahun yang lalu keluarga kecil mereka kedatangan anggota baru yang tentu saja di sambut suka cita oleh mereka terlebih Arkano yang sangat bahagia mendapat saudara laki-laki setelah 12 tahun menjadi satu-satunya anak lelaki di keluarga itu.

Namun sayang impiannya tak sejalan dengan realita yang ada karena pria kecil itu tumbuh tidak sesuai dengan harapannya yang bisa ia ajak main bola, game, dan permainan anak lelaki pada umumnya. Karena adik bungsunya tumbuh menjadi bocah pendiam yang jarang sekali mengeluarkan suaranya dan menunjukan ekspresinya, ya bocah bernama Arseno Keyled Maxwell tumbuh menjadi bocah dingin berwajah datar persis seperti adik kembarnya, Alice Keyla Maxwell.

"Sarapan yang banyak biar kalian semangat sekolahnya bentar lagi kalian bakal naik kelas 3 dan sibuk ujian jadi harus di persiapkan dari sekarang." Ujar Ayara panjang lebar.

"Una tetap semangat dan jangan paksain diri. Arkan, daddy tau kamu pinter tapi jangan banyak main dan sering buat masalah lagi, daddy gak mau sampe kamu di keluarin gara-gara kenakalan kamu itu! Dan untuk Alice, sekarang fokus aja ke pelajaran kamu dan kurang-kurangi kegiatan kamu di luar akademik, sekarang kamu udah mau kelas 3 dan waktunya fokus untuk ke masa depan." Nasehat Arthur tegas.

Ketiganya hanya mengangguk singkat tanpa niat membantah, entah mereka kerjakaan atau tidak yang terpenting saat ini cukup anggukan kepala sebelum ayah mereka murka dan mengomeli mereka.

"Kami berangkat mom, dad! Berlajar yang pinter ganteng!" Seru Aluna seraya mencium punggung tangan kedua orang tuanya sebelum mengusak gemas adik kecilnya yang tak bergeming sedikit pun.

Di susul Arkano lalu Alice yang mengikuti jejak Aluna karena itu lah rutinas wajib mereka setiap pagi tapi ada yang membedakan dari mereka jika Arseno diam saja dengan tindakan kedua kakaknya tapi tidak pada Alice, balita itu akan mencium punggung tangan Alice lalu mencium pipinya sebelum gadis itu pergi. Begitulah interaksi kedua manusia datar itu, meski sama-sama pendiam namun keduanya lah yang paling dekat satu sama lain. Entah mereka sama-sama nyaman atau karena mereka itu sama dengan dunia yang mereka ciptakan sendiri.

Alice tersenyum tipis dan mengecup kening Arseno sebagai balasan sebelum melangkah keluar. Ayara dan Arthur menatap lembut keduanya, meski mereka jangan mengeluarkan suara dan menunjukan ekspresinya tapi merekalah yang paling menurut jika di perintah, mereka akan melakukannya tanpa membantah tidak seperti Aluna dan Arkano yang harus beradu mulut terlebih dahulu, meladeni negosiasi mereka yang terlalu banyak protes.

"Nah sekarang Arsen mau berangkat sama siapa?" Tanya Ayara seraya mengambil tas putra bungsunya itu.

"Terserah." Jawabnya singkat.

Ayara hanya bisa menghela nafas panjangnya, karena ia merasa tangah melihat Ayasa kecil pada diri putra bungsunya itu. Arseno itu benar-benar jiplakan dari kembarannya, yang membuatnya kesal di antara ke 4 anaknya tidak ada satupun yang mirip dengannya.

Jika Aluna itu mirip dengan Ayana maka Arkano benar-benar turunan Arthur, sementara kedua putra dan putri bungsunya malah tumbuh menjadi sosok Ayasa dalam versi lain dan itu membuatnya kesal. Hey dia yang mengandung tapi kenapa tidak ada yang mirip dengannya satu pun?!!

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang