DA | 20

187 46 125
                                    

Setelah pertengkaran itu, Alaric memutuskan untuk kembali tinggal di apartemen dengan alasan ingin menjaga Ayara dan tidak mau meninggalkan gadis itu sendiri, lagi. Setiap hari pria itu terus mengganggu hari-harinya namun seolah hatinya telah tertutup rapat, Ayara mengabaikan semuanya. Ayara selalu ingat kata-kata Arthur untuk tidak mempercayai siapapun bahkan orang terdekatnya sekalipun. Karena mereka juga memiliki potensi besar untuk kembali menjatuhkannya ke dalam rasa kecewa dan penyesalannya, terlebih jika mereka dengan terang-terangan pernah melukainya, Alaric dan Albara adalah contoh nyata baginya.

Mungkin kalian tidak tau apa yang membuat Ayara menjaga jarak dengan Alaric yang selama ini terlihat dekat dengannya. Jika dulu Ayara memiliki Albara untuk menerima kenyataan, kini Ayara harus kembali menelan pil pahit kenyataan yang ia rasakan akibat kekewaan dari pria itu membuatnya semakin mengokohkan pondasi dirinya supaya lebih kuat meski dengan cara merentangkan jarak untuk mereka saat ini karena Ayara butuh waktu untuk menerima semua kenyataan dan kenangan yang harus memupuskan semua harapannya. Ya Ayara pernah berharap sebegitu dalamnya pada kedua pria itu sebelumnya, meski di waktu dan di belahan bumi yang berbeda.

Ayara hanya memberikan jarak bukan benar-benar berniat untuk memutuskan tali persaudaraan. Seperti saat ini meski dalam hatinya kesal namun Ayara tetap membiarkan Alaric melakukan sesuka hatinya di apartemen miliknya. Sudah hampir 3 minggu ini pria itu terus menerornya dan mengikutinya bahkan Arthur tidak bisa lagi menemaninya karena pergulatan sebelumnya yang di lakukan kedua pria tersebut.

Arthur, pria dewasa itu memilih mengalah dari pada harus beradu mulut dengan pria remaja yang tengah pubertas itu. Namun Arthur selalu memeringatkan Ayara untuk menghubunginya jika terjadi sesuatu padanya bahkan pria itu berkata pintu apartemennya selalu terbuka untuknya. Lagi pula sebenarnya Ayara memiliki akses bebas keluar masuk ke apartemen pria itu karena Arthur telah memberikan kode kunci apartemennya.

Terlebih sudah satu minggu lebih pria itu pergi ke suatu tempat untuk memastikan sesuatu.

"Ngelamun lagi?"

Ayara mengerjap pelan. "Al?" Beonya.

Alaric hanya tersenyum kemudian mengusap lembut puncak kepala Ayara. Ayara pun ikut tersenyum. "Apa lo gak mau pulang? Semua orang nunggu kepulangan lo di rumah."

Ayara menghela nafas panjangnya. "Aku belum siap, Al."

Seolah tau kecemasan Ayara, Alaric menggenggam erat kedua tangan Ayara dan menatapnya lembut. "Di rumah cuma ada mommy, grandma sama daddy."

Ayara menatap Alaric gugup. "A-aku masih takut." Cicitnya pelan.

Tidak bisa Ayara pungkiri, masih ada ketakutan untuk bertemu dengan Albara yang kini menyandang status sebagai mantan pacarnya. Jauh di dalam sana Ayara masih memiliki rasa pada pria itu yang sudah menemaninya bangkit selama pria itu berada di sisinya. Ada rasa rindu terselip di dalam hatinya, namun rasa kecewa lebih mendominasi membuatnya memilih untuk tidak menemuinya dalam jangka waktu dekat ini. Bahkan Ayara tidak sempat atau mungkin lupa karena sudah terlanjur kecewa dengan kenyataan sebelumnya saat Albara memintanya untuk melupakannya. Perkataan halus untuk mengakhiri hubungannya tanpa menyebutkan kata putus.

Sampai saat ini Ayara masih tidak tau alasan kenapa pria itu memintanya untuk melupakannya setelah 3 tahun yang lalu pria itu meminta dirinya untuk membuka hati untuknya. Apa benar wanita yang pernah ia temui adalah alasan pria itu mengakhiri hubungan mereka? Semudah dan secepat itu? Ayara tidak yakin.

"Lo itu lucu! Habis bunuh orang, lo masih bisa ketawa haha hihi. Giliran cuma di putusin sampe ngurung berminggu-minggu disini." Alaric menggeleng pelan.

Ayara melotot kesal. "ALARIC!!!"

"Serius, Ra! Sekarang lo pulang ya, sebentaaaaar aja." Alaric menatap Ayara penuh permohonan.

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang