DA | 37

141 40 137
                                    

Ayara tidak bisa lagi untuk tidak menangis. Isakan yang sedari tadi ia tahan pun pecah. Mendengar semua itu, kembali menariknya pada ruang gelap di masa lalu, hampa dan kosong. Ingin rasanya ia berlari mencari ketenangan dan kenyamanan dalam pelukan hangat sang kekasih. Bolehkah ia masih menganggap Albara sebagai kekasihnya? Meski hubungan mereka singkat namun banyak kenangan yang tidak bisa ia lupakan terutama tentang perjuangannya mengobati luka di hatinya.

Aku kangen kamu dan sampai saat ini aku masih mencintaimu, Bara.

Ingin rasanya ia berteriak pada takdir yang selalu memisahkannya pada orang-orang yang di cintainya. Ia hanya gadis biasa yang masih membutuhkan sebuah pundak untuk bersandar, sebuah pelukan hangat untuk menenangkan hatinya dan sebuah telinga untuk mendengarkan  keluh kesahnya. Sekejam apapun Ayara, ia butuh semua itu.

Berbeda dengan Alaric, melihat gadis yang diam-diam di cintainya dan pernah mencintainya menangis membuat dada sebelah kirinya terasa nyeri dan sesak secara bersamaan. Dan sampai saat ini ia belum juga menemukan jawaban atas apa yang ia lakukan di masa lalu yang membuat Ayara lepas dari dekapannya dan sayangnya ia terlambat menyadarinya.

Alaric menghapus jejak air mata yang membasahi pipi putih Ayara sebelum menarik gadis cantik itu ke dalam pelukannya.

"Maaf ..."

"Maafin gue, Ra."

"Please jangan nangis. Maafin gue yang udah buat lo terluka."

Alaric terus menggumamkan kalimat itu, Ayara yang merasa membutuhkan sandaran pun membiarkan tubuhnya di peluk oleh pria itu. Ia pun tidak menolak dan tidak juga membalas pelukan Alaric.

"Jangan nangis Ra ... maafin gue. Gue .... cinta sama lo, Ra."

Reflek Ayara mendorong tubuh Alaric untuk melepaskan pelukannya. Ayara menghapus kasar air matanya dan menatap Alaric tajam, sementara yang di tatap menatapnya sendu.

Ayara menggeleng kuat. "Lo gak boleh cinta sama gue! Gue cuma cinta sama Bara! Perasaan gue buat lo udah lama mati! Saat gue memutuskan untuk pergi saat itu pula gue menyerah dan gak akan pernah balik ke lo lagi."

Alaric menggeleng ribut tidak terima dengan ucapan Ayara. "Kenapa?!! Kalo Bara aja bisa dapat kesempatan buat dapetin lo kenapa gue gak bisa Ra?!! Bukannya lo juga pernah memiliki perasaan itu buat gue?!!"

"Itu dulu Al!! Sebelum lo hancurin kepercayaan gue dan sebelum lo buat gue mati rasa Al!! Dan gue pikir lo gak akan bisa sesabar Bara yang rela menjalin hubungan sama cewek yang belum selesai sama masa lalunya, cuma Bara yang mau bertahan nunggu gue bales perasaannya, cuma Bara yang sabar ngobatin gue. Bara yang ada di samping gue saat gue butuh sandaran. Di saat Ayasa sibuk ngerawat Nana serta oma dan opa yang sibuk dengan urusan kantor baba, gue butuh orang yang nemenin gue yang kesepian Al! Gue juga butuh orang yang peduli dan mau dengerin keluh kesah gue! Gue kehilangan kedua orang tua gue, saudara gue dan oma serta opa gue di secara bersamaan. Cuma lo yang gue harepin waktu itu! Karena lo pernah janji akan selalu ada buat gue tapi apa nyatanya?!! Bulshit!!"

"Maaf kalo gue gak ada buat lo waktu itu. Apa kesalahan gue sebesar itu sampe gue gak punya kesempatan buat dapetin hati lo lagi, Ra?!"

"Lo tau kesalahan lo?!!"

Alaric terdiam karena ia merasa ia tidak pernah melakukan kesalahan fatal yang membuat gadis itu sebegitu benci padanya.

Ayara terkekeh hambar melihat keterdiaman Alaric. "Gak usah minta maaf kalo lo sendiri gak tau letak kesalahan lo, Al!!" Sarkasnya.

Alaric menggeleng lemah. "Gue emang gak tau letak kesalahan gue, bisa tolong jelasin ke gue yang buat lo enggan kasih gue kesempatan lagi?!!"

Ayara memejamkan matanya erat seraya mengatur nafasnya, lagi dan lagi ia harus kembali ke lorong masa lalu yang membuatnya terluka.

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang