DA | 30

153 48 129
                                    

University of Oxford, Inggris.

Seorang gadis cantik dengan balutan kemeja navy dan celana jeans hitam yang membalut kaki jenjangnya, melangkah dengan raut datar tanpa ekspresinya menyelusuri lorong kampus menuju perpustakan tempat favoritnya setelah selesai jam kelasnya seraya menuju kelas selanjutnya.

Aroma khas buku menyeruak di indra penciumannya saat kakinya mulai memasuki area perpustakaan yang cukup ramai dengan berbagai kegiatan mereka entah individu maupun berkelompok, mereka benar-benar menikmati kegiatan mereka dengan buku-buku tebal sebagai referensi mereka. Begitupun dengan Ayara yang sudah memegang buku tebal di tangannya sebelum meletakannya di atas meja dan mulai membacanya di pojok perpustakaan.

Pojok perpustakaan adalah spot favorit Ayara karena selain sepi dan damai, Ayara bisa menikmati dunianya sendiri tanpa gangguan baik melihat orang berlalu lalang maupun suara-suara yang tengah berdiskusi satu sama lain. Dan tentu saja Ayara juga bisa tidur sebentar jika ia benar-benar tengah mengantuk maupun kelelahan.

Hampir satu jam Ayara sibuk membuka lembaran demi lembaran dan membaca setiap bait yang tersusun rapi di atas kertas membuat gadis itu hanyut dengan dunianya sendiri. Hingga suara decitan kursi mengalihkan atensinya, mata hazelnya bertemu manik amber yang sering ia lihat satu tahun terakhir ini. Pria itu tersenyum seraya menyapanya tanpa suara.

"Hai!"

Ayara mengernyitkan dahinya. "Haruskah tanpa suara?" Ayara mengedarkan pandangannya sebentar sebelum menunjuk menggukannya dagunya. "Lihat! Mereka pun tengah berkelompok dengan suara yang cukup keras."

Pria itu menyengir lebar. "Kau tidak ada kelas?"

"Ada tapi setengah jam lagi. Bagimana denganmu, Vic?"

"Aku sudah selesai tapi nanti ada kelas sore dan sekarang aku harus mengerjakan tugasku untuk kelas nanti sore."

Ayara mengangguk singkat. "Kau tidak bersama Samuel?"

Victor menggeleng singkat. "Dia tidak ada kelas hari ini.

Ayara kembali mengangguk seraya menutup buku tebalnya dan kembali menatap lekat manik amber milik Victor membuat pria itu mengernyitkan dahinya bingung. "Ada apa?"

Ayara tersenyum tipis sebelum menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak terasa ya sudah satu lebih ya." Lirihnya.

Victor memajukan tubuhnya dan melipat kedua tangannya di atas meja seraya menatap lekat manik hazel milik Ayara. "Kau merindukannya?" Tebak Victor mengenai sasaran.

"Tentu!" Jawabnya tegas.

"Bukan hanya kau, Ayara. Kami pun sama, apalagi aku yang cukup dekat dengannya."

Satu tahun lebih sudah berlalu namun duka masih menyelimuti orang-orang di sekitar Arthur. Hari itu, tepatnya setelah Ayara sembuh dari luka tembaknya gadis itu memilih untuk pergi ke kota Oxford untuk melanjutkan study nya di ikuti oleh Samuel dan Victor di mana mereka akan melanjutkan progam magesternya di universitas yang sama dengan Ayara yaitu University of Oxford di Inggris dengan jurusan yang berbeda tentunya. Masih ingatkah Samuel dan Victor?

Tidak hanya mereka tapi juga beberapa rekan yang lainnya ikut pindah ke negara ini, meski beberapa dari mereka harus terpisah di berbeda kota karena tuntutan pekerjaan mereka.

"Masih belum ada kabar?"

Victor menggeleng pelan. "Cukup berdoa dan tunggulah kedatangannya Ayara. Bukankah dia sudah berjanji padamu akan hal itu?"

Ayara mengangguk pelan. Victor tersenyum tipis. "Selagi kita tidak menemukan jasadnya maka besar harapannya untuk tetap hidup dan kembali Ayara."

"I hope it."

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang