DA | 50

167 38 186
                                    

"Masuklah dan beristirahatlah! Kamu pasti lelah." Ujar Max seraya mengusap lembut puncak kepala putrinya.

Ayara semakin mengencangkan pelukannya dan menikmati aroma tubuh sang ayah sudah lama tak ia hirup. Pelukan ini pelukan yang sudah lama hilang dari hidupnya, tempat sandar ternyaman di masa kecilnya, tempat berlindungnya dari segala yang mengancamnya terlebih dari amukan sang ibu di setiap harinya karena tingkah jahilnya.

Ah Ayara merindukan wanita cantik itu pula, wanita tersabar yang menghadapi kenakalan di masa kecilnya meski berakhir mengomelinya.

"Baba mau pergi lagi?" Lirih Ayara seraya mengangkat kepalanya menatap manik cokelat gelap milik sang ayah tanpa melepaskan pelukannya.

Kini kedua anak dan ayah itu berada di depan tempat penginapan dengan jarak setengah jam dari tempat sebelumnya. Tempat itu sudah di pesan Mattew sebelumnya dan kini mereka berada di sana tepat sebelum matahari terbit. Kini di depan penginapan itu tinggal tersisa tiga orang dengan Arthur yang tetap menunggu gadisnya di samping pintu masuk untuk memberi ruang kedua anak dan ayah tersebut. Sisanya mereka sudah masuk ke kamar masing-masing.

Max tersenyum lembut sebelum menyematkan kecupan di kening sang putri. "Nanti Baba akan segera menyusulmu ke Moskow. Besok kamu kembali kesana kan?"

Ayara mengangguk pelan. "Lalu sekarang Baba mau kemana?"

"Ada yang perlu Baba urus, sayang. Mungkin satu atau dua hari setelah kamu sampai Baba akan menjemputmu."

Ayara menautkan alisnya. "Jemput? Baba mau bawa Ara kemana?"

Max tersenyum manis dan menatap Ayara penuh arti. "Nanti kamu juga akan tau sendiri. Cukup persiapkan diri dan Baba akan membawamu menemui seseorang."

Ayara termenung sesaat sebelum menukikan alisnya tajam dan melepas kan pelukannya. "Jangan bilang Baba udah punya calon istri lagi?!! Atau jangan-jangan Baba udah nikah?!! Pokoknya Ara gak terima!! Ara gak bakal restuin!! ARA GAK MAU PUNYA IBU TIRI!!! ARAAA GAK MAUUUU!!!" Pekik Ayara histeris membuat pria di depannya tergelak melihat tingkah putrinya.

"Ara udah cukup punya Mema, Buna, sama Mommy. Gak usah tambahin mama, bunda, ibu atau yang lainnya!! Selamanya ibu Ara cuma Mema!! Satu-satunya wanita yang selamanya akan menjadi orang tua Ara!! Pokoknya Ara cuma anaknya Mema Rachel Keyla Adderson!!!"

Max berdecak pelan. "Ralat!! Rachel Keyla Stone, sweetheart!"

Ayara semakin berdecak sebal menatap sang ayah. "POKOKNYA KALO SAMPE BABA NIKAH LAGI, ARA GAK BAKAL TERIMA DIA JADI IBU ARA!! ARA GAK MAUUU!!!"

Tak

Ayara meringis pelan saat mendapat sentilan sayang dari sang ayah.

"Pikiranmu kejauhan sayang! Selamanya istri Baba cuma Mema, satu-satunya wanita yang Baba cintai dari dulu, sekarang dan selamanya. She is one and only one, forever!"

Ayara mengangkat jari manisnya. "Promise?!! Baba gak bakal nikah lagi dan gak kasih Ara orang tua baru?!!"

Max terkekeh dan menautkan jari manisnya. "Trust me, sweetheart!"

Senyum Ayara semakin merekah lalu kembali memeluk sang ayah dan di balas tak kalah erat oleh Max. "Udah sana masuk kasihan Arthur yang udah nungguin kamu! Di luar juga dingin, Baba gak mau kamu kenapa-kenapa karena setelah ini kita akan melakukan tour panjang lagi supaya keluarga kita bisa berkumpul kembali."

Ayara mengangguk patuh. "Baba juga hati-hati! Sampai jumpa di Moskow, Baba!!"


⚔⚔⚔



Seattle, Washington DC.

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang